Badanku agak meriang. Rasanya dingin. Aku memakai jaket tebal, dan tidur menggunakan selimut, pagi menjelang siang itu.
Setelah 3 hari 2 malam menyelesaikan workshop menejemen organisasi dan multimedia Nasyiatul Aisyiyah, alhamdulilah berjalan dengan lancar, aku pulang sampe rumah minggu siang. Dan langsung tewas di kasur. alias tidur.
Paginya, ternyata masih sama, kecapean, dingin, kembung, lemes.
Pagi itu eyang menelpon, untuk mengajak takziah sekaligus silaturahim ke salah seorang tante beliau. tante ibu berarti nenek bagiku.Karena kutunggu tak jua muncul, aku tidur, dan ketika suamiku datang melihatku dalam keadaan tertidur menggunakan jaket dan selimut, dai bertanya : Wah...sakit ya,...aduh sebaiknya ibu gak usah takziah dulu, "
Rupanya tiba tiba eyang datang," Wah mriang apa?" dengan bahasa ngapak nya.
Etok etok mbok,' kata beliau.
Langsung aku bergegas, sebaiknya aku ikut saja, meski badan dingin.
Akupun berhias, dan berkerdudung segera menuju mobil. Akhirnya aku berangkat.
Sampelah kami pada rumah, salah seorang adik nenek ku yang sudah meninggal.
usia nya sudah 90 tahun lebih, badannya sudah membungkuk.
Kudapati beliau sedang menggoreng tempe di dapur, posisi wajan penggorengan dengan kepalanya hampir sama, karena badan beliau yang sudah membungkuk,tapi ingatannya masih cukup baik.
Ibu kaget, dan berkata ," Ya Allah mbah, kok menggoreng sendiri, apa tidak ada yang membantu,"? langsung ibuku mengambil alih menggoreng tempe. Lalu akhirnya aku berkata,"Ibu sama mbah saja, nanti ana yang menggoreng," Akhirnya aku menyelesaikan menggoreng tempe nya, sementara Ibu dan Mbah berbincang bincang di beranda belakang rumah.
Mereka berbincang, berpelukan, dan saling memaafkan, ada beberapa hal yang membuat sedikit hubungan mereka berdua tidak baik, bukan karena mereka berdua, tapi karena ulah orang lain yang membuat hubungan mereka jadi sedikit bermasalah, aku tahu mereka berdua adalah orang orang yang tulus, Ibuku sama sekali tidak bersalah, justru berendah hati meminta maaf, justru orang yang salah malah tidak. dan itu diluar mereka berdua. Diluar Ibu dan Mbah.
Yah begitulah dunia, akhirnya mereka pun saling memafkan, indahnya silaturahim.
Aku bergegeas pulang, dan ibu berkata ," kita jadi takziah tidak,? ibu sebenranya tidak kenal lho? , Aku bilang, monggo terserah ibu saja,Akhirnya setelah kebimbangan yang melanda ibuku, ibuku memutuskan, Jadi saja, betapa berat menggapai ridho ilahi, sudah niat silaturahim, syetan masih menggoda untuk tidak datang.
Akhirnya kami ke sana, dan bertemu beberapa orang kenalan kami.
Selepas silaturahim dan takziah, ibu mengajak ku makan sup, mungkin karena tahu kondisi badanku yang agak meriang, kami makan di sop ari, dan membawa 4 bungkus untk pulang. Akhirnya kami pulang, dan herannya ketika, silaturahim itu badanku tiba tiba sehat saja.Luar biasa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar