Nasyiah kebumen berfoto bersama Ayahanda Hisyam Adnan |
Nasyiah Kebumen berfoto bersama Ibunda Hisyam Adnan |
Kemarin suamiku sms :
Terimakasih sayang sudah mengizinkan untuk ke tegal, kamu baik sekali tidak seperti yang lain.
Aku jawab :
hehe bukannya sudah seharusnya..tidak ada yang istimewa..:), birrul walidain itu wajib, dan aku bangga bapak menyempatkan waktu untuk selalu mengunjungi ibu dan bapak.
Sebenarnya, aku juga ingin menengok Mertua, tapi anak anak tidak ada yang menjaga, aku juga harus mengurus usaha dirumah, akhirnya diputuskan, berbagi tugas, yang menengok Bapak dan Ibu Suami saja, maksudnya yang rutin seminggu sekali, sementara kalo pas ada libur bersama, kita semua ikut menengok Bapak dan ibu.
Akhir akhir ini memang suamiku rutin mengunjungi Orangtuanya, Bapak sudah harus sering istirahat karena sakit jantung. Dan suamiku berinisiatif menjadwalkan setiap Hari Kamis dan jum'at berkunjung , sekaligus untuk menggantikan Bapak mengisi pengajian di sana.
Kebetulan pengajian rutin yang diselenggarakan Bapak mertua dilaksanakan tiap jumat ba'da shubuh. Jum'at sekitar jam 09.00, wib suamiku sudah meluncur ke kebumen, karena harus mengikuti rapat rutin PDM kebumen
Jika dibilang cape, pasti cape, apalagi naik bus umum. Perjalanan memakan waktu 6 jam menuju tegal.
Kebetulan suamiku jadwalnya cukup padat karena sedang mengambil kuliah S2 di UIN Jogja, jadi Kamis ke tegal, sekarang malah lebih awal yaitu rabu,dan hari jumat sore sudah pulang, malamnya langusng Rapat rutin PDM, lalu pagi ba'da shubuh sudah harus menuju jogja sampai ahad sore untuk kuliah non reguler di UIN. Ahad malam suami sudah tiba di rumah.
Praktis, kebersamaan kami bersama suami di rumah, hanya minggu malam sampai rabu siang.
Tapi bagiku itu tak masalah, justru ini adalah kesempatan kami untuk berbakti kepada orangtua.
Aku kadang menjumpai beberapa kawanku yang "aneh" dan kekanak kanakan yaitu sering berseberangan dengan mertua, karena tarik menarik perhatian dengan suami mereka.
Contoh:Ini kisah nyata, Sang suami ingin mengantar ibunya menghadiri acara pernikahan ngunduh mantu adiknya, sementara sang istri sedang ujian pendadaran, sang istri marah besar (sampe lempar lemparan sandal) karena sang suami lebih memilih menemani ibunya menghadiri acara pernikahan ngunduh mantu adiknya.
Menurutku sikap sang istri tersebut berlebihan. Hanya pendadaran saja harus ditemani? sendiri kan bisa, dan bagiku, harusnya sang istri justru memberi dorongan menganjurkan sang suami menemani ibundanya, apalagi sang iBu sudah Janda, karena untuk menghadiri moment yang sangat penting yaitu pernikahan sang adik.
Masih banyak lagi contoh yang lain, yang kurang lebih sama, berebut perhatian antara suami dan mertua. Dalam hati aku berpikir, mertua kok dicemburuin sih? kalo wanita lain, itu kita harus marah. La wong ini mertua, orangtuanya sendiri? itu menurutku sangat berlebihan.
Memang, waktuku bersama suami jadi lebih sedikit, tapi inilah pengorbanan, dan inilah kewajiban kita untuk berbakti kepadanya. Niatkan kita untuk ibadah.Semua akan menjadi ringan.
Kebetulan, aku juga punya kesibukan, setiap hari harus mengontrol usaha, dan sore harus mengajar anak anak membaca al qur'an di Tpq nasyiah.
Coba kita lihat , banyak sekali diluar sana, Seorang Suami /Istri harus kuliah di luar negeri sampe 2 tahun , juga para TKI yang harus berpisah dengan keluarganya demi sesuap nasi, aku hanya merelakan waktu 3 hari, untuk menjenguk mertua , bagiku itu belum ada apa apanya.
Apalagi Bapak Ibu kita, orang pertama yang harus kita pergauli dengan baik.
Jadi mari kita membersihkan hati kita untuk memberikan dan menebarkan kebaikan kebaikan, jauhkan rasa iri, dan cemburu apalagi kepada orangtua kita sendiri.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "uff" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (TQS al-Isra’ [17]: 23).
Wallahu a'lam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar