Navi Agustina1, Daliman2
1Magister Psikologi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
2Magister
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
.
“….lebih bersyukur ternyata ujian yang Allah berikan kepada kita ini
belum ada apa-apanya. bahwa ternyata
bekerja didunia Disabilitas butuh kesabaran, kesadaran dan keikhlasan. Pastinya
jadi lebih respect terhadap orang – orang dengan disabilitas maupun dengan keluarganya” itulah salah satu
ungkapan Guru setelah beberapa
bulan menjadi Guru Shadow.Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga negara,
termasuk didalamnya adalah Anak anak dengan disabilitas.Penelitian Kualitatif
ini dilakukan di salah satu Sekolah Inklusi di Kebumen yaitu SD Muhammadiyah Karanganyar Kebumen. Sekolah
Inklusi disini baru memiliki 4 Guru Shadow sebagai Guru Pendamping Siswa
Berkebutuhan, Beberapa temuan yang berhasil diungkap dalam penelitian ini,
Peneliti membagi menjadi 5
Tema dan 13 sub tema sebagai
berikut :
1. Persepsi Pada Guru Shadow :Perubahan Persepi pada
Profesi Guru Shadow dari awal yang
kurang respek menjadi lebih bersykur,Memiliki Pandangan Bahwa Menjadi Guru
Shadow harus memiliki sifat sabar, ikhlas, telaten dan penuh kasih sayang,
2. Makna menjadi Guru Shadow :Menjadi Guru Shadow
menumbuhkan rasa Syukur, Merasa Bahagia Ketika siswa memahami apa yang
diajarkan, Ingin menjadi sesuatu yang bermakna ,
3. Pendampingan kepada Siswa ABK : Meyakini bahwa Refreshing dan memberi Reward mampu
meningkatkan semangat siswa,Meyakini Mengatasi anak Tantrum dengan dibawa ke
ruangan yang tenang, Meyakini Pendampingan satu persatu yang paling efektif
dalam Proses Pembelajaran, Meyakini bahwa dengan memberi pemahaman dan
bersosialisasi dengan siswa regular akan menumbuhkan rasa empati pada ABK, Meyakini
bahwa Ketegasan sebagai cara efektif dalam menerapkan Kedisiplinan, Meyakini
bahwa kerjasama dengan Orangtua sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa,
4. Coping Stress : Guru Mengurangi rasa jenuh dengan banyak bersyukur, berpikir positif, me time,
dan rekreasi
5. Harapan : Harapan pada ABK semoga kelas menjadi
manusia berguna, kepada Pemerintah agar lebih peduli dan perhatian
terutama pada peningkatan sumberdaya dan fasilitas bagi Pendidikan inklusi.
Kata kunci: Guru Shadow, Pendidikan
Inklusi, Pengalaman
Abstract
"...More
grateful that this test that God has given us has not been anything. that it
turns out that working in the world of disabilities requires patience,
awareness and sincerity. Surely there will be more respect for people with
disabilities and with their families” is one of Teacher's words after several
months as a Shadow Teacher. Education is a right for all citizens, including
children with disabilities. This qualitative research was conducted in one
school. Inclusion in Kebumen is SD Muhammadiyah Karanganyar Kebumen. The
Inclusive Schools here only have 4 Shadow Teachers as Companion Teachers for
Students with Need. Some of the findings that were successfully revealed in
this study, the researchers divided them into 5 themes and 13 sub-themes as
follows:
1.
Perception on the Shadow Guru: Changes in the perception of the Shadow Teacher
Profession from the beginning of being less respectful to being more grateful,
Having the view that being a Shadow Teacher must have a patient, sincere,
painstaking and loving nature,
2.
The meaning of being a Shadow Teacher: Becoming a Shadow Teacher fosters a
sense of Gratitude, Feeling Happy When students understand what is being taught,
Wants to be something meaningful,
3.
Assistance to ABK Students: Believing that Refreshing and giving rewards can
increase student morale, Believing in Overcoming Tantrums by being brought to a
quiet room, Believing that one-on-one assistance is the most effective in the
Learning Process, Believing that by providing understanding and socializing
with regular students will foster empathy for children with special needs,
believe that assertiveness is an effective way to apply discipline, believe
that cooperation with parents is very influential on student success,
4.
Coping Stress: Teachers reduce boredom with a lot of gratitude, positive
thinking, me time, and recreation
5.
Hope: The hope for ABK is that the class will become useful human beings, for
the Government to be more concerned and pay attention, especially to increasing
resources and facilities for inclusive education.
Keywords: Shadow Teacher, Inklusif School, Experience
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hak bagi semua warga tanpa kecuali. Hukum di Indonesia
telah menentukan bahwa anak penyandang
disabilitas berhak memperoleh perlakuan
khusus untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini
dijamin oleh Pasal 28H ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang menentukan bahwa
“Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”.
Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disebut UU No. 20 Tahun
2003) yang menentukan bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus”. Begitu juga dalam
Pasal 51 Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menentukan
bahwa “Anak Penyandang Disabilitas diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk
memperoleh pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus”. Dengan
demikian, maka pendidikan inklusi dan/atau pendidikan khusus
berhak diperoleh anak penyandang
disabilitas
Dalam mengikuti pembelajaran di kelas,
siswa berkebutuhan khusus memerlukan guru pendamping, yang sering
disebut guru Shadow atau Guru Bayangan .Guru shadow adalah
istilah guru pendamping khusus pada anak berkebutuhan khusus .
Guru shadow adalah seseorang yang bertugas membantu guru kelas regular,
untuk mendampingi anak autis, dengan tujuan
agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar tanpa gangguan (Rahayu,
2017)
Guru Shadow adalah layanan profesional
yang ditawarkan kepada sekolah dan keluarga untuk lebih mengelola kebutuhan
siswa yang memiliki perbedaan belajar. Guru bayangan atau Guru Shadow
dipekerjakan oleh orang tua untuk bekerja dengan anak mereka di sekolah.
(Mahmmoud, 2020) .Guru Shadow memainkan
peran penting dalam memberikan dukungan tambahan di sepanjang hari sekolah baik secara akademis
dan psikologis, kepada siswa yang membutuhkan dukungan tambahan ini. Rekomendasi dari penelitian ini, agar menyediakan guru shadow
bagi sekolah-sekolah Palestina untuk membantu siswa berkebutuhan khusus.
Penelitian (Hamid, 2021) yang
meneliti 186 Guru, dan dipilih melalui teknik random sampling menunjukkan bahwa peran guru bayangan sangat
penting di sekolah inklusi dan bagi anak luar biasa untuk mengembangkan
dukungan akademik dan sosial pada seorang anak. Guru bayangan memberikan
dukungan untuk mengembangkan keterampilan membaca, menulis, berbicara, membuat
daftar, interaksi teman sebaya, manajemen waktu, dan pengembangan keterampilan
menyapa pada anak. Rekomendasi dari Penelitian ini adalah bahwa guru bayangan
harus lebih diperbanyak di setiap sekolah inklusi. Sekolah inklusi harus
menyelenggarakan lokakarya dan seminar pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan guru bayangan.
(Farakh ,2019) mengungkapkan
sejumlah data bahwa sebagian besar orang tua puas dengan layanan yang
disediakan oleh Guru Shadow . Mereka
juga merasa bahwa kualitas keterampilan Guru
dapat terus ditingkatkan dengan memiliki lebih banyak Pelatihan untuk
meningkatkan kapasitas Guru Shadow.
Dalam sebuah wawancara dengan Kepala
Sekolah di sebuah SD inklusi ditemukan
fakta bahwa sekolah sesungguhnya sangat
membutuhkan Guru Shadow dari lulusan Pendidikan luarbiasa (PLS). Tapi karena
terbatasnya Guru lulusan PLS akhirnya
sekolah hanya menggunakan Guru Pendamping dari Sekolah yang bukan
lulusan PLS, tetapi sudah mengikuti beberapa kali pelatihan dan bekerjasama dengan Psikolog dari luar sekolah
dan sekolah luarbiasa. Dalam menghadapi situasi seperti diatas, dibutuhkan
strategi yang matang dari Sekolah dan guru dalam proses pembelajaran pada siswa
berkebutuhan khusus agar proses pembelajaran
berjalan efektif.
Dalam Penelitian sebelumnya yang
membahas mengenai efektivitas
penyelenggaraan kelas inklusif (Berry, 2006), menemukan bahwa Keberhasilan kelas inklusi yang efektif berasal dari keyakinan dan perlindungan dalam meningkatkan prestasi
akademik siswa.
Dalam Penelitian lain yang juga
dilakukan oleh (Elisa , 2013) menemukan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas
Kelas inklusif di sekolah, yaitu
diantaranya adalah faktor guru. Faktor Guru ini
terdiri dari latar belakang guru, pandangan tentang anak berkebutuhan
khusus, tipe guru, keyakinan guru, empati guru, dan gender guru.
Sementara Faktor pengalaman, terdiri dari bagaimana pengalaman mengajar Guru, dan pengalaman
kontak Guru dengan siswa berkebutuhan khusus. Faktor lainnya yaitu Faktor
pengetahuan Guru. Faktor ini terdiri
dari tingkat pendidikan guru, pelatihan yang pernah diikuti, pengetahuan, dan
kebutuhan belajar guru. Faktor terakhir yaitu
faktor lingkungan. Faktor lingkungan
terdiri dari dukungan sumber daya yang dimiliki Guru, bagaimana dukungan orang tua siswa dan keluarga
serta bagimana sistem sekolah sebagai
penentu kebijakan (Qiftiyah , 2021)
Penelitian (Muhibbin,
2020) memaparkan beberapa gambaran
ketekunan dan semangat pada Guru Shadow ditinjau dari Model grit, diantaranya para Guru Memiliki Kompetensi
pengasuhan anak, berupaya menghapus stigma negatif terhadap ABK, Memiliki dukungan
sosial , kemampuan coping stress dan
adanya penerimaan diri.
Gambaran pengalaman menjadi Guru Shadow diantaranya diungkapkan dalam Penelitian (Nase, 2018) bahwa menjadi Guru Shadow adalah sebuah adalah berkah, ada hikmah dalam membantu sesama, ada keadaan yang menguras emosi, bahkan sempat merasakaan
putus asa. Guru meyakini bahwa kedisplinan
adalah salah satu faktor penting
dalam menghadapi siswa berkebutuhan khusus (Naser, 2018)
Berdasarkan latar belakang diatas, pengalaman mendampingi siswa
berkebutuhan khusus tentunya berbeda beda bagi setiap guru, termasuk perbedaan
daerah juga budaya di sekolah tentunya
akan berbeda di tempat lain. Untuk itu , ini menjadi hal yang penting untuk diteliti lebih
lanjut guna menambah wawasan kelimuan dan pengembangan penelitian tentang Pengalaman Guru Shadow.
METODE
Dalam Penelitian ini , Peneliti mengunakan Metode Penelitian Kualtiatif dengan pendekatan
Fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Karanganyar Kebumen yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi dan terdaftar di Dinas Pendidikan
Kabupaten Kebumen. Penelitian dilaksanakan
pada Periode Bulan April – Mei 2021
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang
perempuan, dengan karakteristik, yaitu:
Guru Shadow yg berusia 20 -40 tahun
dengan lama mengajar antara 10 bulan dan paling
lama 4 tahun.
Karena Pengaruh Wabah Pandemi
Covid 19 yang masih merebak dan tidak memungkinkan untuk wawancara langsung,
HASIL
Beberapa temuan yang
berhasil diungkap dalam penelitian ini, Peneliti membagi menjadi 5
Tema dan 13 sub tema sebagi
berikut :
1. Persepsi Pada Guru Shadow
a. Perubahan Persepi pada
Profesi Guru Shadow,
b. Memiliki Pandangan Bahwa
Menjadi Guru Shadow harus memiliki sifat sabar, ikhlas, telaten dan penuh kasih
sayang,
2. Makna menjadi Guru Shadow
a. Menjadi Guru Shadow menumbuhkan rasa Syukur,
b. Merasa Bahagia Ketika siswa memahami apa yang diajarkan
c. Ingin menjadi sesuatu yang bermakna ,
3. Pendampingan kepada Siswa ABK
a. Meyakini bahwa Refreshing
dan memberi Reward mampu meningkatkan semangat siswa,
b. Meyakini Mengatasi anak Tantrum dengan dibawa ke ruangan yang
tenang,
c. Meyakini Pendampingan satu persatu yang paling efektif dalam
Proses Pembelajaran
d. Meyakini bahwa dengan memberi pemahaman dan bersosialisasi dengan
siswa regular akan menumbuhkan rasa empati pada ABK,
e. Meyakini bahwa Ketegasan sebagai cara efektif dalam menerapkan
Kedisiplinan .
f. Meyakini bahwa kerjasama dengan Orangtua sangat berpengaruh pada
keberhasilan siswa,
4. Coping Stress
Mengurangi rasa jenuh dengan
bersyukur, berpikir positif, me
time, dan rekreasi
5. Harapan
a. Harapan pada
ABK
b. Harapan Pada
DISKUSI
Bagaimana Gambaran pengalaman
Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar?
Berikut penjelasan hasil temuan dilapangan yang disusun
dalam 5 tema dan 13 sub tema berikut :
1. Persepsi pada Guru
Shadow
a.Persepsi terhadap profesi Guru Shadow
Persepsi adalah proses seseorang dalam mengintrepretasi sesuatu terhadap
stimulus (Walgito,1990). Persepsi merupakan suatu proses yang diawali dengan proses pengindraan, yaitu proses diterimanya
stimulus oleh sesorang lewat
alat indera. Proses ini bisa disebut dengan Sensoris. Hal ini merupakan
pemahaman seseorang tentang informasi yang disampaikan oleh orang lain
yang sedang saling berkomunikasi maupun bekerja sama. Dalam dunia ini, setiap
orang tidak terlepas dari persepsi . Ketika ada persepsi bahwa Guru Shadow tak
sehebat Guru kelas, hal ini diawali karena pengindraan seseorang ketika melihat Guru Shadow harus mengambilkan
makan, mengantar anak ke toilet dll.
Beberapa orang menganggap atau mempersepsikan pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan rendah.Demikian
penuturan Partisipan (P3) tentang Persepsi
orang yang menyepelakan profesi ini
“Persepsi saya awalnya sebagai
shadow teacher pekerjaan yang di anggap sepele dan tidak di hargai, karena
hanya membantu mengambilkan makan, minum dan membantu ketoilet” Reaksi orang
tua saya terkejut dan kecewa, kenapa
menjadi shadow teacher bukan menjadi guru kelas. Orang tua saya merasa takut
karena saya belum pernah menangani anak abk.(P3)
Philip Kottler memberikan definisi persepsi sebagai proses seorang
individu dalam memilih,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran yang memiliki arti. Persepsi disini tidak hanya tergantung
pada hal fisik, tetapi juga berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan
individu tersebut. Sedangkan dalam proses memperoleh atau menerima informasi
tersebut adalah juga berasal dari objek lingkungan. Ketika Para Guru Shadow
pertama kali tahu akan menjadi pendamping siswa berkebutuhan khusus, banyak
persepsi yang muncul dari mereka.Ada yang tertarik karena ingin mencari
pengalaman ada juga yang sedih, karena pandangan orangtuanya yang khawatir dan tidak setuju karena melihat
beban yang berat menghadapi siswa berkebutuhan khusus, karena
secara umum, siswa berkebutuhan khusus belum bisa mandiri sepenuhnya.
Setelah beberapa bulan menjadi Guru Shadow, ternyata persepsi mereka mulai
berubah.
“Perubahan yang dialami setelah
mengenal ABK jauh lebih menikmati jika
sudah terbiasa membersamai anak-anak ABK dan meningkatnya rasa syukur atas
nikmat Allah yang sudah diberikan, apalagi mendampingi anak ABK adalah suatu
pekerjaan yg mulia”(P3)
b. Meyakini menjadi Guru Shadow harus memiliki sifat sabar, ikhlas, telatan
dan penuh kasih sayang
Dari Wawancara yang berhasil dianalisa oleh Peneliti, tentang pandangan
Guru Shadow ideal, Guru Guru memiliki
standar khusus menjadi Guru Shadow. Maka menurut pandangan mereka, menjadi Guru
Shadow harus memiliki sifat sabar, telaten, ikhlas dan penuh kasih sayang.
Kasih sayang berbeda dengan kasihan. Kasih sayang tumbuh dari empati.
Sebagaimana disampaikan oleh Guru Shadow berikut
“Pastinya untuk jadi shadow pendidikannya harus sesuai atau setidaknya
pernah mendapat materi dan belajar tentang disabilitas, kedua harus memiliki
niat yang kuat, hati yang teguh, dan rasa sayang terhadap disabilitas . “ (P1)
“menurut saya rasa sayang beda dengan rasa kasihan jadi jangan didasari
oleh kasihan tapi rasa sayang ) . jangan membedak-bedakan dengan orang yang
tidak berkebutuhan khusus, mereka sama
hanya cara belajarnya beda. Jangan mengharap balasan Materi
jadi harus ikhlas” (P2)
2. Makna Menjadi Guru Shadow
a. Menjadi Guru Shadow menambah rasa syukur
Setelah beberapa waktu berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus rasa
tertarik Guru Shadow semakin menguat,
dan semakin tumbuh rasa memiliki, dan sayang kepada siswa. Beratnya hal yang dialami Guru Shadow bukan mengurangi
semangat mereka, tapi justru meningkatkan kegigihan para Guru bagaimana agar
bisa mendampingi siswa dalam pembelajaran sehingga sisa tersebut bisa memahami
apa yang diajarkan.Guru Semakin lama
berinteraksi dengan siswa dalam proses pendampingan, Guru semakin memahami
betapa berat tanggung jawab menghadapi anak
anak hebat .Pengalaman membersamai siswa berkebutuhan khusus baik suka
dan duka membuat para Guru semakin bersyukur. Pengalaman tidak menyenangkan
Ketika anak tantrum , dipukul, ditendang bahkan disobek kerudungnya, hal
tersebut tidak membuat guru marah atau berputus
asa. Semua itu diterima Guru Shadow karena semata mata memahami kekurangan yang dimiliki siswa.Dari
rangkaian pengalaman mendampingi siswa justru membuat Guru semakin bersyukur.
Demikian Penuturan Partisipan P2
“….lebih bersyukur ternyata ujian yang Allah berikan kepada kita ini belum
ada apa-apanya. bahwa ternyata bekerja
didunia Disabilitas butuh kesabaran, kesadaran dan keikhlasan. Pastinya jadi
lebih respect terhadap orang – orang dengan disabilitas maupun dengan
keluarganya”(P1)
b. Merasa bahagia ketika siswa
memahami apa yang diajarkan
Menurut Seligman (2005), kebahagiaan bersifat subjektif, oleh karena itu
pemaknaannya oleh setiap orang mungkin saja berbeda-beda. Kebahagiaan tidak
terjadi begitu saja, namun merupakan akibat sampingan dari keberhasilan
inidividu dalam memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (will to meaning).
Artinya, makna hidup adalah gerbang menuju kebahagiaan. Mereka yang berhasil mencapainya
akan mengalami hidup yang bermakna dan dirinya akan memperoleh kebahagiaan.
Sebaliknya mereka yang tidak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami
kekecewaan, kehampaan hidup, merasakan hidup yang tidak bermakna, dan akhirnya
tidak bahagia (Bastaman (2008).
Makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri, dalam setiap keadaan yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan, dalam kebahagiaan dan penderitaan.
Ungkapan seperti “makna dalam derita” (meaning in sufferring) dan “hikmah di
balik musibah” (blessing in disguise) menunjukkan bahwa dalam penderitaan
sekalipun, makna hidup tetap dapat ditemukan. Dari 4 Partisipan yang
menceritakan pengalaman nya diantara yang menyenangkan adalah Ketika siswa bisa
memahami apa yang di ajarkan oleh Gurunya, seperti diutarakan Partisipan (P4)
yang menceritakan sangat Bahagia Ketika sang Siswa yang didampingi bisa
mewarnai dan mendapat juara, bisa
mengucapkan angka 1 sampai 10 dengan lancar, ketika anak bisa membaca huruf yang sebelumnya tidak pernah disangka sang
guru, dan akhirnya bisa dibaca oleh anak autis, hal tersebut menimbulkan
perasaan Bahagia luar biasa, pengalaman dan perasaan yang tidak bisa ditukar denga materi.
Demikian wawancara peneliti dengan partisipan (P3)
“…Dan pengalaman menyenangkan itu saat reihan bisa berhitung 1-10 disitu
saya merasa sangaaangat senang….”
c. Ingin menjadi sesuatu yang
bermakna
Dalam Terapi Logos, Vicktor Frankl (201&) menulis, Jika Hidup benar
benar memiliki makna, maka harus ada makna dalam penderitaan. Karena
penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam
mendampingi siswa berkebutuhan khusus, ada suka dan duka yang dialami para Guru
Shadow. Kejenuhan karena rutinitas,
badan yang kurang sehat, waktu yang padat, pukulan anak anak berkebutuhan
khusus ketika mengalami tantrum adalah Sebagian kecil dari pengalaman yang dialami para Guru. Semua
pengalaman tersebut, baik suka maupun duka,
tak dirasakan oleh para Guru
Shadow sebagai suatu beban, Motivasi Para Guru tersebut adalah ingin berhasil
mendidik siswanya menjadi anak yang sholeh dan berguna. Bahwa menjadi Guru
Shadow adalah bukan hanya sekedar materi tapi tentang bekal kita di akherat
nanti. Para Guru ingin menjadi sesauatu yang bermakna, bisa menyenangkan dalam kehidupan anak dan suatu
hari mereka para siswa tersebut akan
mendoakan para gurunya.
Dalam Teori Frankl dijelaskan bahwa dorongan utama kita dalam hidup
bukanlah kesenangan, tapi bagaimana kita menemukan bahwa ternyata pribadi kita memiliki makna
bagi orang lain.Demikian wawancara dengan Partisipan bahwa menjadi Guru Shadow
adalah ingin menjadi sesuatu yang bermakna (bermanfaat)
“…dapat membantu memberikan semangat kepada mereka ,dan juga membekali
keterampilan sebagai bekal mereka dikemudian hari.(P4)
“Rasa syukur terhadap Tuhan karena telah memberikan kesempatan untuk
belajar tentang hal yang belum pernah aku pelajari sbeelumnya dan kedepannnya
mungkin ilmu ini bisa bermanffat untuk orang banyak terutama bagi
orang-orang…”(P2)
3. Pendampingan pada anak ABK
a. Meyakini bahwa kerjasama dengan
Orangtua sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa
Orangtua memiliki peran terbesar dalam mendukung keberhasilan Pendidikan
inklusi. Ketika penerapan aturan disekolah dan di rumah berjalan seiring
sejalan, dapat dipastikan pengajaran akan optimal. Namun terkadang hal itu
sulit dilakukan. Demikian hasil Analisa peneliti ketika mewawancarai Para Guru
Shadow, yang sudah berusaha semaksimal mungkin memberi kedispilinan, tapi
ketika dirumah aturan tersebut dilanggar. Hal tersebut karena Orangtua memiliki
rasa iba terhadap anaknya, sehingga terkadang aturan yang sudah berjalan di
sekolah tidak diterapkan dirumah. Misalnya tentang Kedisplinan pada makanan
yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak dengan syndrome autism , seperti makan
makanan yang mengandung gandum, atau coklat. Ketika di sekolah sudah dilarang,
ternyata di rumah orangtua memberikan makanan tersebut karena kasihan.
Berikut penuturan Partisipan tentang pentingnya kerjasama dengan orangtua
dalam penegakan aturan. (P1) dan (P4)
“….ketika rutinitas di sekolah tidak sejalan dg penerapan di rumah.
planning terkadang mjd lebih sulit utk dilaksanakan.. (P1)
” kurang kerjasamanya orang tua,ketika yg diterapkan di sekolah dan di
rumah berbeda ,dan ketika alat peraga untuk pembelajaran rusak. (P4)
b. Meyakini bahwa Media gambar, Alat
Peraga dan memberi Reward mampu
Memotivasi semangat siswa
Hasil penelitian terdahulu tentang
strategi guru dalam memotivasi diri anak berkebutuhan khusus di SD Negri 5
Banda Aceh, Guru melakukan komunikasi menggunakan media gambar dan alat peraga
untuk menarik minat dan motivasi anak dalam berkomunikasi secara interpersonal.
Bahasa verbal dan nonverbal digunakan, misalnya raut muka ekspresif, suara lantang,
artikulasi jelas, gaya tubuh dan bahasa tubuh disertai dengan sentuhan,
belaian, dan tatapan mata. Demikian
juga Guru Guru Shadow di SD Muhammadiyah
Karanganyar juga memiliki strategi yang kurang lebih sama seperti diatas, yaitu
menggunakan strategi intepersonal, juga menggunakan media gambar dan alat
peraga untuk menarik minat anak, beberapa guru
mengajak siswa keluar ruangan
agar anak tidak bosan. Berikut penuturan Guru Shadow dalam menyemangati siswa
“…. Anak diajak keluar kelas/ melihat video pembelajaran melalui gawai agar
menyenangkan” (p1)
c. Meyakini Mengatasi anak Tantrum
dengan dibawa ke ruangan yang tenang.
Bagi siswa dengan syndrome Autisme, Tantrum adalah hal yang wajar dialami
oleh siswa. Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar menerapkan komunikasi persuasive dalam menghadapi
siswa ketika anak sedang mengalami
Tantrum. Dalam menerapkan komunikasi persuasive, Guru sepakat menerapkannya pada saat kondisi
anak stabil yaitu Ketika anak dalam kondisi bisa dibujuk. Interaksi guru dengan
anak berjalan baik. Ketika guru mengerti
dengan kondisi anak , anakpun merasa nyaman, disamping itu, guru juga selalu
mengapresiasi pada setiap kemajuan yang ditunjukkan oleh anak anak tersebut.
Penelitian (Alamsyah Taher, 2019 )
menunjukan bahwa, dalam membentuk
kedisiplinan pada anak gangguan autistic perlu
melibatkan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif perlu diterapkan
karena melihat kondisi emosi anak yang
kadang tidak stabil. Jika
komunikasi tidak tepat maka hal
tersebut dapat memicu tantrum (mengamuk)
pada anak. Hal tersebut sering
terjadi pada setiap anak
berkebutuhan khusus dengan sindrom Autis khususnya.
Berikut penuturan Guru Shadow dalam menangani anak yang sedang Tantrum
“Cara menghadapinya dengan dibawa ke ruangan yang tenang , kemudian tunggu selesai tantrum, diberi
minum dan diberi reward yang dia suka , misalnya kertas untuk menulis bebas
atau mewarnai”(P2)
d. Meyakini Pendampingan satu
persatu yang paling efektif dalam Proses Pembelajaran
Cara pendampingan Guru terhadap siswa berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran adalah menolong atau membantu mengkomunikasikan pesan Guru
Kelas yang sulit diterima kepada siswa.Seperti yang pernah disampaikan salah
satu pengalaman orangtua dari siswa berkebutuhan khusus bahwa Penggunaan petunjuk adalah teknik utama yang
digunakan oleh guru shadow untuk membuat siswa mempelajari keterampilan apa
pun.
Di SD Muhammadiyah Karanganyar,
satu siswa ABK didampingi satu Shadow,
dimana , Shadow membantu menterjemahkan keterangan Guru regular dan mengkomunikasikannya
kepada siswa. Dengan pendampingan satu guru satu siswa, Guru lebih fokus dan
anak bisa lebih mudah menerima pelajaran, seperti diterangkan Partisipan
berikut :
…anak duduk dikursinya
dengan tertib dan belajar menirukan seperti membaca , menulis dan
berhitung….”(P2)
e. Meyakini bahwa dengan memberi
pemahaman dan bersosialisasi dengan siswa regular akan menumbuhkan rasa empati
pada ABK
Dalam proses mendampingi siswa berkebutuhana khusus, Guru Shadow selalu
mendampingi tidak hanya ketika berada di dalam kelas. Ketika di luar kelaspun,
Guru Shadow ikut mendampingi siswa ABK. Ketika bersosilaisasi dengan siswa
regular terutama di luar kelas,
interaksi antar siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus menjadi
lebih intens. Dengan membaur bersama siswa lain, serta memberi pemahaman pada
siswa regular, memberi dampak yang baik pada siswa regular, yaitu tumbuhnya
empati siswa regular kepada anak anak
berkubutuhan khusus. Hal ini sangat baik bagi pembentukan Pendidikan karakter
bagi siswa regular maupun non regular.
Berikut diceritakan bagaimana Guru memberi pengertian pada siswa regular
“….dengan memberikan kesempatan untuk berbaur dengan teman-teman lainnya
yang non ABK, untuk menanamkan teman-temannya juga rasa saling menghargai
,menolong dan menghormati sesama teman,tentunya dengan mengawasi interaksi
terhadap sesama temannya dan menasehati ketika melakukan kesalahan…” (P4)
f. Meyakini bahwa Ketegasan
sebagai cara efektif dalam menerapkan kedisplinan
Sikap tegas dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus diwujudkan dengan
menerapkan kedisplinan. Menurut (Hurlock, 20011), sikap
disiplin yang baik adalah selalu
konsisten. Apa yang benar hari ini, besok juga benar dan lusa pun juga benar.
Perbuatan yang salah harus mendapat hukuman yang sama bila perbuatan itu setiap
kali diulang, dan perbuatan yang benar juga harus mendapat ganjaran yang sama .
Penerapan aturan di sekolah harus sama dengan aturan ketika berada di rumah.
Pengalaman Guru dalam menerapkan kedisplinan pada siswanya digambarkan
dalam petikan wawancara berikut :
“Bersikap tegas ada ketika anak-anak sudah tidak mendengarkan perkataan
shadownya. Contohnya: ketika anak tidak mau belajar dan maunya hanya bermain
terus…”(P3)
“….Pastinya tegas karena kebetulan anak yang saya bimbing itu syindrom
Autisme jadi ketegasan sangat diperlukan…”(P2)
4. Coping Stress Guru Shadow
Coping stress adalah suatu Prilaku kognitif dan usaha yang dilakukan untuk menguasai, mentolerir,
serta mengurangi tuntutan yang sedang dihadapi
individu (Lazarus & Folkman, 1984).Dalam Setiap profesi pasti ada
tuntutan. Dan terkadang tuntutan menimbulkan tekanan atau stress yang kadarnya
bebeda. Dari wawancara dengan beberapa Guru, secara umum kondisi tekanan
pekerjaan masih dalam kategori sedang. Coping setress sebagai saran mengurangi
tekakan atau kejenuhan dalam pekerjaan dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya adalah dengan berpikir positif,
seperti diungkapkan partispipan berikut
“Pernah mengalami jenuh akan tetapi dengan
berpikir positif dan bersyukur rasa jenuh itu akan hilang,mengingat juga
bahwa ABK sangat membutuhkan dukungan dari kita” (P4)
Dalam ajaran Islam, memiliki Pikiran Positif disebut dengan Husnudzan Huznudzon atau
berpikir Positif, adalah sebuah ibadah yang sangat baik, sebagaimana dijelaskan
dalam hadits Nabi sebagai berikut :”Sebagaimana sabda Rasulullah saw, bahwa,
“Sesungguhnya berprasangka baik pada Allah adalah termasuk sebaik-baiknya
ibadah.” (HR Abu Daud) Sementara sikap syukur yang menjadi strategi Coping yang cukup
efektif. Dalam Kitab al-Ghunyah Syeikh
al-Jilani membagi syukur menjadi tiga; “Syukur dengan lisan, yaitu mengakui
adanya nikmat Allah dan merasa tenang. Syukur dengan badan dan anggota badan,
yaitu dengan cara melaksanakan dan pengabdian kepada-Nya. Serta Syukur dengan
hati, yaitu ketenangan diri atas keputusan Allah dengan senantiasa menjaga hak
Allah yang wajib dikerjakan. Rasa jenuh adalah hal wajar yang dialami siapapun
termasuk Guru Shadow. Ada juga yang
menghilangkan rasa jenuh dengan me time, rekreasi dengan oangtua, sehingga
ketika bekerja, sudah segar kondisi psikologis Guru kembali. Berikut partisipan
yang melakukan coping stress dengan melakukan me time, rekreasi, hingga
menonton film.
“Pernah, jenuh pasti ,, karena setiap hari dari senin-sabtu rutinitasnya
begitu terus. Cara mengahadpinya saya biasanya Naik gunung offroad sama bapak
kehutan, dan nonton film. Jadi ada jeda dihari minggu untuk metime.(P2)
5. Harapan
a. Harapan Pada Anak ABK
Edwards (dalam Lopez, 2009) berpendapat bahwa harapan adalah Suatu mental
yang positif yang akan meningkatkan kemampuan seorang individu untuk mencapai
tujuan di masa depan. Guru Shadow memiliki motivasi besar dalam mendidik dan
mendampingi siswa ABK karena mereka memiliki harapan dimasa depan.
Berikut paparan dari 2 partisipan tentang harapan mereka :
“Cita-cita saya ingin menunjukan bakat yang di miliki anak-anak hebat bisa
di lihat oleh semua orang. Contohnya bakat melukis, bakat murojaah.”(P3)
“ semoga pekerjaan ini bukan sekedar ttg materi. tapi mjd shadow adl ttg tabungan
di akhirat, bgmn mendampingi anak' luar biasa titipan Allah dg sabar, telaten
dan penuh kasih sayang 😊(P1)
Ketika menghadapi sebuah problem dalam pekerjaan seberat apapun itu, seseorang
yang memiliki harapan tinggi
cenderung akan dapat
memecahkan masalah yang
tampak besar menjadi masalah-masalah ringan. Bahkan
masalah materi tidak menjadi ganjalan meski dengan beban kerja yang berat,
karena tumbuhnya nilai nilai spiritula yaitu niat ikhlas dari sang Guu. Hal ini
Sepeti diungkapan kan partisipan1 berikut
“semoga pekerjaan ini bukan sekedar tentang
materi. tapi menjadi shadow adalah tentang tabungan di akhirat,
bagaimana mendampingi anak' luar biasa
titipan Allah dengan sabar, telaten dan penuh kasih sayang “(emoticon senyum)(P1)
.
b. Harapan Pada Pemerintah
Semua warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak termasuk Siswa
berkebutuhan Khusus. Meski Pemerintah sudah berupaya memberi perhatian pada
dunia disabilitas, namun menurut para Guru, perhatian Pemerintah masih harus terus ditingkatkan. Apalagi bagi
siswa yang berasal dari kalangan ekonomi menengah kebawah. Sekolah Sekolah
inklusi yang ada di Indonesia mestinya harus mendapat perhatian lebih, karena
beban kerja mereka lebih berat. Hali ini juga dirasakan para Guru Shadow di SD
Muhammadiyah Karanganyar. Demikian harapan dari Guru Shadow kepada Pemerintah.
“…cita-cita semoga pemerintah lebih perduli terhadap para disabilitas dan
guru-guru yang bekerja di dunia Inklusif” (P2)
KESIMPULAN
Dari
penelitian tentang Pengalaman Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar dalam
mendampingi siswa berkebutuhan khusus, ternyata banyak pengalaman menarik yang
bisa digali dari para Guru tersebut, mulai dari
penyesuaian diri, persepsi awal yang kurang baik terhadap profesi Guru
shadow, hingga akhirnya bisa merasakan kenyamanan dan sampai tahap bisa bersyukur menjadi Guru Shadow. Beratnya beban
menjadi guru Shadow dimana harus mendidik dan mendampingi para siswa yang
berkebutuhan khusus yang banyak juga dari kalangan ekonomi bawah,
hendaknya menjadi perhatian pemerintah
agar lebih menunjukan keberpihakanya pada anak anak berkebutuhan khusus, para
guru, dan institusi yang menaunginya.
Temuan
lain dalam penelitian ini adalah, dalam sekolah ini, Guru selalu menyebut siswa
siswa mereka dengan panggilan “Anak hebat”. Hal ini menjadikan anak anak lebih
dihargai dan meningkatkan rasa percaya
diri mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Naser, 2018, “The
Experience of Shadow teachers in helping children with special needs in Telogo Patut
elementary School” , Jurnal Ilmu Keperawatan.
Bimo Walgito, 1990, Pengantar Psikologi Umum,
Yogyakarta, Andi Offset
Berry, R. A. W. (2006). “Inclusion, Power, and
Community: Teachers and Student Interpret The Language of Community in an
inclusion classroom”. American Educational Research Journal, 43, 3, 489-529.
Boeree, C. G. (2010). “Personality theories”,
Jogjakarta: Prismasophie
Chairi, A. (2009). Landasan Filsafat dan Metode
Penelitian Kualitatif. Discussion Paper Dimyati, J. (2013). Metodologi
Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan
Elisa, Syafrida. 2013. Sikap Guru Terhadap
Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Faktor Pembentuk Sikap . Jurnal Psikologi
Perkembangan dan Pendidikan Vol. 2, No. 01, Februari
Hurlock, (2012), “Psikologi perkembangan :,
hal 166, Penerbit Airlangga
Isra Yauminnisa, (2019) Tehnik Komunikasi
Persuasif Guru dalam membenttuk Kedisplinan pada anak gangguan Autistik di SLB
YPAC Banda Aceh
Vicktor Frankl, (2019) “ Mans Search for Meaning”,
, Naura Inspirasi
Ibrahim Mahmoud, (2020) “ The Role of Shadow
Teacher in Improving Autistic Students Ability in Learning”
Alamsyah Taher, 2019 , Teknik Komunikasi Persuasif Guru Dalam
Membentuk Kedisiplinan Pada Anak Gangguan Autistik di SLB YPAC Banda Aceh
Kristanto,
V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) Yogyakarta: CV Budi
Utama.
Kustawan, Dedy, 2012, Pendidikan Inklusif
& Upaya Implementasinya, Jakarta. Manzilati, A. (2017).
McClelland,
D.C. 1987. “Human Motivation” New York : Cambridge University. Press.
Metode Pengumpulan Dataa Penelitian
Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia .
Muhadjir,
N. (2006). Metode Penelitian. Cetakan kedua, Alfabeta, Bandung.
Muhibbin, 2020, “Model grit pada Guru Shadow
(studi Fenomenologi mengenai Grit pada Guru Shadow di Sekolah Inklusi)”,
Prosiding Seminar Nasional Millenial 5.0 Fakultas Psikologi UMBY
Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian
Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. Solo: Cakra Books.
Philip Kotler dan Gary Amstrong, 2001,
Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1, (Jakarta: Prehalindo)
Rahardjo, M. (2011, Juni 10). Materi
Kuliah Metodologi Penelitian PPs. UIN Maliki Malang.
Rahayu, T. (2017). Burnout dan coping
stress pada guru pendamping (shadow teacher) anak berkebutuhan khusus yang
sedang mengerjakan skripsi. Psikoborneo, 5(2), 290-300
Seligmen, 2002, “ Authentic Happines”,
Mizan Bandung
Semiawan, C. R. (2010). Metodei Penelitian
Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Situmorang, S. H. (2010). Analisis Data
untuk Riset Menejemen dan Bisnis. Medan: USU Press.
Stainback dalam buku Sunardi (Sunardi,
2003:144-153)
Subadi, T. (2006). Penelitian Kualitatif.
Surakarta: University Press.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta
Sutabri, T. (2012). Analisis Sistem
Informasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Suwendra, I. W. (2018). Metodologi
Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial
Stainback, W. dan Stainback, S. (1990). Support
Networks for Inclusive Schooling:
Independent Integrated Education. Baltimore:
Brookes Publishing
Sunardi. (1995). Kecenderungan Dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Dikti.
Depdikbud
Qiftiyah,
2021, Shadow Teacher for special needs student : Case study class VI Taman Muda
Ibu Pawiyatan Yogyakarta, Jurnal Pendidikan Dasar, UPI, Cibiru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar