04 November, 2025

Hisham Sarabi

 Saya tulis dari Terjemahan Jurnal Merit 

Hisham Sharabi kembali keharibaan Nya  pada pertengahan Januari 2005, seorang pemikir tangguh dan pengajar luar biasa yang, bersama Edward Said dan Ibrahim Abu-Lughod, memimpin generasi intelektual Palestina,  aktivis yang tinggal dan bekerja di Amerika Serikat. Sharabi meninggal dunia karena kanker pada usia 78 tahun di Beirut. Lahir di Jaffa di wilayah Palestina yang berada di bawah mandat, Sharabi adalah mahasiswa di Universitas Amerika di Beirut ketika kampus tersebut mulai menjadi pusat gejolak politik-intelektual di dunia Arab. Setelah meninggalkan Lebanon karena tekanan politik, ia memupuk hasrat seumur hidup untuk  belajar filsafat Barat dan sejarah intelektual sambil menyelesaikan gelar doktornya dalam mata kuliah tersebut di Universitas Chicago. Menjelang akhir karier mengajarnya yang gemilang selama 45 tahun di Universitas Georgetown, tempat ia membantu mendirikan Pusat Studi Arab Kontemporer, ia dikenal oleh sebagian besar mahasiswa sebagai penyelenggara mata kuliah "Buku-Buku Besar" yang menantang dan wajib. Namun, hati Sharabi selalu tertuju pada Palestina, dan ia mengabdikan sebagian besar kehidupan profesionalnya untuk membangun lembaga pendidikan publik dan advokasi bagi negara asalnya serta hak-hak nasional rakyatnya. Ia adalah editor kawakan Jurnal Studi Palestina dan salah satu pendiri Jerusalem

Namun, hati Sharabi selalu tertuju pada Palestina, dan ia mengabdikan sebagian besar kehidupan profesionalnya untuk membangun lembaga pendidikan publik dan advokasi bagi negara asalnya serta hak-hak nasional rakyatnya. Ia adalah editor kawakan Journal of Palestine Studies dan salah satu pendiri Jerusalem Fund for Education and Community Development serta divisi pendidikannya, Palestine Center (awalnya bernama Center for Policy Analysis on Palestine). Seperti Said dan Abu-Lughod, ia 

menawarkan bimbingan intelektual dan dukungan moral yang penting bagi proyek-proyek terkait Timur Tengah dengan cakupan yang lebih luas, seperti majalah ini, terutama di awal berdirinya. Seperti rekan-rekannya, Sharabi juga merupakan kritikus tajam terhadap korupsi dan pemikiran strategis yang buruk dalam kepemimpinan PLO, dan merupakan suara penting bagi perubahan politik dan sosial progresif di Palestina dan dunia Arab. Meskipun santun dan bertutur kata lembut, Sharabi tidak selalu menerima orang bodoh di kelas. Tak seorang pun yang pernah mengikuti kuliahnya bersama saya dapat melupakan ketika ia mengevaluasi presentasi seorang mahasiswa yang melelahkan tentang seorang pemikir pascamodernis dengan satu kalimat: "Anda belum menambah pemahaman saya." Hisham Sharabi, dengan pikirannya yang omnivora, teliti, dan ketertarikannya yang menular pada apa yang diajarkannya, telah memberikan kontribusi yang tak terkira bagi pemahaman generasi demi generasi murid-muridnya. Ia akan dikenang dan dirindukan selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar