Kemarin, aku baru mendapatkan punjungan/berkat dari tetangga, yang sedang melaksanakan perayaan mapati anaknya. Ini isi berkatnya :
Lumayan enak, ada nasi, lauk, sayur kluban, dan kerupuk dan ada satu bungkusan dalam plastik yang berisi, kacang kulit dicampur irisan pisang dengan kulitnya, lanting, dicampur menjadi satu, yang kemungkinan besarnya orang tidak akan memakan nya. Yah ini tradisi dari nenk moyang yang masih melekat sampai sekarang. karena nenek moyang melakukan itu, kita ya harus nurut, mungkin itu yang ada dalam pikiran para pemegang tradisi itu.
Menurut hematku, mungkin bungkusan itu, agar terkonsumi dan tidak mubadzir, alangkah eloknya, jika potongan pisang itu jangan dipotong, tapi dibiarkan utuh, sehingga orang pasti akan memakannya, begitu pula dengan singkong dan ketela, jangan dibiarkan dicampur dengan pisang
Makanan yg dibungkus plastik berisi irisan pisang, lanting dan ketela/singkong |
Kemungkinan, jika sajian nya seperti itu, akan dibuang. jadi meski ikut tradisi, kita harus kritis juga, mana yang perlu mana yang tidak. Mengenai perayaan mapati, mitoni ini, kadang kadang dianggap wajib oleh masyarakat, Yang kasihan yang orang miskin, mereka sampai hutang kesana kemari, karena, kalo tidak mengikuti tradisi tersebut, khawatir bayinya tak selamat, dicemooh tetangga dll. Nah itulah yang harus dirubah. Untuk merubah mindset mereka memang tidak mudah, buktinya perayaan tradisi tersebut sampai sekarang masih berlangsung.
Banyak peryaaan /tradisi di masyarakat yang tak bermanfaat mulai hilang, dan itu positif menurutku. Diantaranya yaitu, tradisi ketika ada orang meninggal. Tahun tahun 98, aku masih menjumpai, ketika ada orang meninggal, sang tuan rumah malah berpesta, dan makan makan. Sekarang sudah jarang, paling hanya air minum kemasan gelas, dan permen untuk menhormati para tamu. dan itu suka tidak suka di awali oleh Muhammadiyah, meski Muhammadiyah tidak pernah mengatakan itu yang mengawali warga Muhammadiyah, rupanya masyarakat lama lama juga mengikutinya, meski perlu proses lama.
Tradisi / budaya masyarakat yang tak bermanfaat mestinya harus kita buang, tapi tradisi yang bermanfaat perlu kita pupuk. Contoh yasinan, yasinan adalah sarana berkumpul, silaturahim warga masyarakat dengan membaca surat yasin. Kita di Muhammadiyah tak ada tradisi yasinan, di NU ada yasina, maka pak AR Fachruddin, dakwah nya sangat bagus, beliau tetap ikut yasinan, tapi sedikit demi sedikit mulai dirubah, tidak hanya membaca yasin, tapi sekaligus membahas tafsir surat yasin, dan surat surat lain. bagitulah dakwah semsetinya, dengan cara santun, lembut seperti yang diajarkan nabi, Tidak asal melarang, tapi memberi solusi.
Bisakah kita mencontoh dakwah ala nabi Muhammad?
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(QS: Ali Imran Ayat: 159)
(QS: Ali Imran Ayat: 159)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar