ini alamat linknya
http://www.mail-archive.com/forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com/msg25536.html
Majakah Tempo, Edisi. 39/XXXVI/19 - 25 November 2007 Nasional Perang Dingin Lembaga Survei Pemilihan langsung kepala daerah menyuburkan bisnis survei dan jasa tim sukses. Persaingan tak sehat lalu tak terhindarkan. PESAN pendek itu merusak sarapan pagi Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Saiful Mujani, Kamis pekan lalu. Datang dari nomor 0813186889** , sang pengirim menyebut dirinya "Rakyat Sulsel yang Tertipu oleh Serial Survei Saiful Mujani". Dalam waktu singkat pesan ini menelusup ke seluruh penjuru angin. "Banyak teman bilang mendapat SMS itu," kata Saiful. Lembaga antah berantah ini menuduh Saiful melakukan kesalahan kejahatan intelektual. Sebab, masih kata pesan tadi, LSI Saiful mengumumkan hasil survei yang menyebut pasangan Amin Syam-Mansur Ramli menang dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan pada hari tenang Jumat 2 November. Ini masa jeda antara masa kampanye yang berakhir pada Kamis 1 November hingga pencoblosan suara empat hari kemudian. Si pengirim mencibir, survei mengenai pemilihan kepala daerah oleh LSI Saiful itu tidak akurat. Survei itu menyebutkan, Amin-Mansyur unggul dengan 41,8 persen suara. Pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang menyusul di peringkat dua dengan 33 persen suara, dan paling bontot Abdul Aziz Kahar Muzakkar-Mubly Handaling, 16,6 persen. Golkar yang bersama Partai Keadilan Sejahtera mendukung Amin-Mansyur bahkan mengeluarkan hasil hitung suara cepat (quick count) yang memastikan kemenangan calon yang mereka usung. Golkar mengatakan hitung cepat ini didukung LSI Saiful Mujani. Komisi Pemilihan Umum Daerah, Jumat pekan lalu, menetapkan hal yang sebaliknya: Syahrul-Agus menang (39,5 persen). Amin-Mansyur di tempat kedua (38,7 persen), dan juara ketiga dipegang Aziz-Mubly (21,7 persen). Saiful Mujani salah memprediksi hasil pemilihan? Ia membantah. Menurut dia, yang ia lakukan adalah survei, dan bukan quick count. Keduanya memang berbeda. Yang pertama dilakukan terhadap responden umum yang dipilih secara acak. Responden yang jumlahnya 800 orang ditanya, di antaranya, jika pemilihan dilakukan hari ini, siapa kandidat yang Anda pilih? Menurut Saiful, responden bisa saja menjawab memilih Amin-Mansyur saat survei tapi belum tentu ia datang ke bilik suara saat pencoblosan. Hasil survei juga bisa berubah karena, misalnya, ada yang menggarap pemilih dari rumah ke rumah atau politik uang pada hari pencoblosan. Partisipasi pemilih yang rendah di kantong suara calon tertentu juga bisa menjadikan hasil survei melenceng dari angka sesungguhnya. Adapun quick count dilakukan dengan merekapitulasi angka hasil pemilihan di sejumlah tempat pemungutan suara yang dipilih secara acak. Asalkan sampel ditarik dengan teknik yang benar, dibandingkan survei, hitung cepat memang lebih akurat. Soal pengumuman hasil survei pada hari tenang, menurut Saiful, tidak dilakukan LSI melainkan oleh Partai Golkar. Belakangan, juru bicara pasangan Amin-Mansyur, Hidayat Nahwiratul, yang juga pengurus Golkar Sulawesi Selatan, mengatakan bukan LSI yang mengadakan hitung cepat melainkan Partai Golkar sendiri. "Dasarnya rekapitulasi suara dari tempat pemungutan suara yang telah menyelesaikan perhitungan, " kata Hidayat. l l l SELESAI? Belum. Adalah Lingkaran Survei Indonesia (juga disingkat LSI), milik Denny Januar Aly, yang "mengantongi angka" dari kisruh ini. Soalnya, hasil hitung cepat Lingkaran tepat memprediksi kemenangan pasangan Syahrul-Agus. Kedua biro riset selama ini memang terlibat "perang urat-saraf" yang sengit. Pada Oktober lalu, keduanya menyajikan angka yang berbeda tentang popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah tiga tahun memerintah. Lingkaran mengatakan popularitas SBY drop hingga 35,3 persen, sedangkan Lembaga menyebut 54 persen. Dua bulan sebelumnya, di sebuah koran nasional muncul iklan yang mendiskreditkan lembaga Saiful Mujani. Dimuat atas nama Lembaga Survei Nasional-mengklaim dirinya bertugas mengawasi kegiatan survei opini publik-iklan ini menuding Saiful telah melakukan dua kesalahan fatal. Pertama, gagal memprediksi potensi golput menjelang pemilihan Gubernur DKI Jakarta dua bulan lalu. Kedua, Lembaga dinilai gagal melaksanakan hitung cepat karena tingkat kesalahan lebih dari satu persen. Saiful keruan saja berang. Ia menuding iklan LSN ini mencemarkan nama baiknya. Apalagi LSI Saiful bukan anggota lembaga itu, sehingga LSN tidak etis menghakiminya. Banyak yang curiga, iklan ini dibiayai Denny untuk menghantam Saiful. Tapi Denny menyangkal. Katanya, LSN adalah organisasi independen. "Saya tidak mungkin mengintervensi lembaga ini," kata Denny. Saiful Mujani membantah lembaganya telah gagal menaksir angka golput dalam pemilihan Gubernur Jakarta. Menurut dia, yang ia lakukan adalah memprediksikan potensi maksimal warga yang ogah memilih. Soal selisih hasil hitung suara cepat terjadi karena perubahan variasi di tempat pemungutan suara akibat faktor golput tadi. Selain itu, kesalahan 1,18 persen secara metodologis masih bisa ditolerir. l l l SAIFUL dan Denny J.A. sejatinya adalah sahabat lama. Keduanya sama-sama pernah menimba ilmu politik di Ohio State University, AS. Sebelum membentuk Lingkaran Survei, Denny bekerja untuk Lembaga Survei Indonesia. Denny sebagai direktur eksekutif dan Saiful sebagai peneliti utama-orang yang bertanggung jawab terhadap semua survei LSI. Berdiri pada Agustus 2003, lembaga ini didirikan oleh Yayasan Pengembangan Demokrasi. Duduk sebagai pengurus yayasan di antaranya adalah bekas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Kepala Bappenas Djunaedi Hadisumarto, Kepala Badan Pertanahan Negara Joyo Winoto, serta pengusaha Theodorus Permadi Rahmat. Tapi pada Mei 2005 Denny dan Saiful pecah kongsi. Musababnya, Denny dituding "mengakali" data. Ketika itu LSI mengerjakan survei pesanan Departemen Sosial tentang persepsi korban tsunami. Mengklaim sampelnya adalah warga Aceh yang kena tsunami, nyatanya kebanyakan responden LSI adalah warga Sumatera Utara. Saiful, yang mengaku tak mengetahui penelitian itu, keruan saja berang. Doktor politik yang menulis tesis tentang jajak pendapat itu merasa kredibilitasnya sedang dipertaruhkan. Denny membantah telah main curang. Katanya data itu sah karena Nias di Sumatera Utara juga terkena tsunami. Apa pun jawaban Denny, pengurus Yayasan Pengembangan Demokrasi telah patah arang. Melalui sebuah penyelesaian "kekeluargaan" , pengurus LSI akhirnya sepakat menceraikan Denny JA. Aktivis mahasiswa tahun 1980-an itu lalu membentuk Lingkaran Survei Indonesia. Badan ini, selain menawarkan survei, juga menjajakan jasa tim sukses untuk pemilihan kepala daerah. Dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan, LSI Denny J.A. adalah tim sukses pasangan Syahrul-Agus. Di Banten, Denny sukses memenangkan Ratu Atut Chosiyah sebagai gubernur. Di DKI, Denny menjadi tim sukses Fauzi Bowo. Di sinilah Lingkaran dan Lembaga semakin berbeda haluan. Saiful menilai survei dan tim sukses tak etis dilakukan oleh badan yang sama. Soalnya, bukan tak mungkin hasil survei "disesuaikan" dengan permintaan konsumen sebagai bagian dari taktik mempengaruhi calon pemilih. Denny beranggapan, survei dan tim sukses sah-sah saja digarap oleh lembaga yang sama. Perbedaan mazhab ini menjadikan perang bisnis antar-lembaga survei menjadi tak sehat. Lembaga yang menghalalkan survei dan tim sukses dijalankan oleh satu badan, misalnya, bisa menggratiskan biaya survei awal yang diminta seorang kandidat. Padahal survei yang berguna untuk mengukur kekuatan kandidat ini biayanya Rp 200-300 juta. Sebagai kompensasi dari survei gratis itu, si lembaga harus dijadikan tim sukses oleh sang kandidat. Setelah itu baru hitung-hitungan bisnis dilakukan. Di sini trik dagang kembali bermain. Menurut seorang peneliti senior, tim sukses lalu menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengegolkan kandidat itu dalam pemilihan. Katakanlah, angka yang disepakati adalah Rp 500 miliar. Biro riset lalu mengajukan penawaran: separuh uang dibayar di muka, sisanya dilunasi setelah sang kandidat dipastikan menang. "Padahal, dengan uang muka itu saja, mereka sudah untung besar," kata sumber itu. Teknik ini tentu mematikan bisnis lembaga riset yang menolak jadi tim sukses. Itu sebabnya, bisnis tim sukses memang menawarkan kemakmuran para pelakunya. Denny menolak menyebut berapa omzet perusahaannya. "Itu rahasia dapur kami, Bung," katanya. Tapi, melihat kantornya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, sulit mengatakan ini perusahaan miskin. Kantor besar itu dilengkapi meja biliar, kafe, dan tempat karaoke. "Anak buah saya biasa lembur sampai pagi. Karenanya mereka harus nyaman dan punya waktu untuk menghibur diri," kata Denny J.A. Sunudyantoro, Irmawati (Makassar)
Apa hubungannya dengan buku 33 Tokoh sastra berpengaruh? Bagiku, jika dikait-kait kan ada. Bagaimana perpecahan kongsi antara Saiful Mujani dengan Denny JA karena perbedaan Mahzab. Dimana saiful Mujani sangat menjunjung etika bahwa menilai survey dan tim sukses tidaklah dibenarkan. Tapi bagi denny JA sah sah saja.
Di sinilah Lingkaran dan Lembaga semakin berbeda haluan. Saiful
menilai survei dan tim sukses tak etis dilakukan oleh badan yang sama.
Soalnya, bukan tak mungkin hasil survei "disesuaikan" dengan
permintaan konsumen sebagai bagian dari taktik mempengaruhi calon
pemilih. Denny beranggapan, survei dan tim sukses sah-sah saja digarap
oleh lembaga yang sama.
Jika sekarang terjadi polemik buku 33 tokoh sastra berpengaruh yang bagi para sastrawan dan orang awam seperti saya merupakan sesuatu keganjilan, karena Denny JA baru beberapa tahun ini membuat buku puisi esai dianggap berpengaruh, lain bagi Denny JA, bagi denny JA sah sah saja siapapun membuat buku dan memilih dia sebagai tokoh sastra berpengaruh mengalahkan sastrawan sastrawan senior yang benar benar jelas pengaruhnya.
"Semua sah sah saja di jaman Demokrasi , menilai survey dan menjadi tim sukses sekaligus, atau membuat buku 33 tokoh sastra berpengaruh, semua sah sah saj..."batin Denny JA."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar