Siswa berseragam biru putih itu sedang asyik merokok, tiba tiba seeorang
pria mengambil rokok dari mulutnya dan
membuangnya ke tempat sampah.
“Maaf, jangan
merokok ya dek, kamu kan masih sekolah, kasihan orangtuamu,” kata sang pria menasehati siswa tersebut. Sang siswa yang tak dikenalnya pun merasa bersalah
dan mengucap, “Maaf pak, terimakasih,”
Pria tersebut bukan
guru sang siswa dan sepertinya tak mengenal siswa berseragam biru putih tersebut, tapi,
dia punya keprihatinan besar, kenapa
anak sekolah sudah merokok, pada saat jam pelajaran. Itulah yang bernama
kepedulian.
Coba jika si penjual
rokok tersebut peduli, dan tidak mengijinkan sang anak membeli karena masih di
bawah umur, mungkin si anak tersebut urung merokok.
Suatu hari ketika
khutbah Idul Fitri, Sang Khatib sedang serius berpidato, di ujung sana ada
siswa siswa berseragam biru putih berlarian keluar dari shaf dan mencari tempat
yang santai. Peristiwa itu sedikit memecah konsentrasi, karena sang Khatib
sedang khusyu, sementara di ujung sana ada keramaian siswa yang sedang berpindah tempat. Siswa siswa tersebut
mungkin tak merasa jika apa yang mereka lakukan membuat suasana tidak tertib,
seharusnya mereka tetap di posisinya, dan tekun mendengarkan khutbah. Tak ada
satupun yang memperingatkan siswa siswa tersebut, padahal siswa tersebut
didampingi sang guru. Celakanya, sang guru tak merasa bahwa yang dilakukan
muridnya itu salah.Atau sang Guru tak peduli?
Ketika saya berlolah
raga di alun alun, sering saya jumpai beberapa siswa yang sedang praktek bermain
bola mengucap kata kata kasar dengan teman mereka dan sang Guru diam saja,
tidak menegur. Batin saya, ini guru hanya mengajar tapi tak mendidik. Bisa
dimaklumi, jika sering terjadi perkelahian di dunia sepak bola kita. Guru tersebut hanya mengajar bermain bola saja.
Etika tak pernah diajarkan.
Rupanya kepedulian
menjadi barang langka di negri ini. Bahkan di institusi Pendidikan yang merupakan
tempat tumbuhnya calon calon Pemimpin. Bagaimana akan tumbuh Pemimpin, jika
anak anak tak mendapat pendidikan budi
pekerti yang baik, ada anak berisik dibiarkan, ada anak merokok dibiarkan, ada
anak berkata kasar dibiarkan, anak anak membuang sampah sembarangan dibiarkan.
Memang berat menjadi
seorang Guru, kalo ingin enak enakaan ya jangan jadi Guru. Guru selain mengajar
juga mendidik, jadi lah guru dimanapun anda berada, bukan hanya di sekolah,
tapi diluar sekolahpun kita harus memiliki jiwa guru. Dengan memiliki jiwa Guru
akan tumbuh kepedulian baik di sekolah
maupun di ligkungan sekitar anda.
Saya pernah
menjumpai Guru merokok di lingkungan sekolah. Dan itu sangat disayangkan,
merokok saja tidak baik, apalagi di sekolah, bagaimana mau menasehati siswa agar tidak merokok, jika sang siswa melihat sang
guru merokok di depan mata kepalanya sendiri.
Itu yang namanya “Guru
kencing berdiri, murid kencing berlari’
Jika semua pihak
memiliki kepedulian terhadap pendidikan, baik orangtua, guru juga masyarakat, Insyaallah
negri kita akan menjadi negeri yang maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar