28 Oktober, 2020

Klappertaart by Nadia Elasalama

 


Kebetulan Ibu akan ke pasar membeli telur, tempe, buah dll.

Tiba tiba kak nadia pingin ikut.

Gak biasanya.

Ternyat kak nadia mau beli kelapa muda.

Sepertinya penjual kelapa muda di pasar setahu ku tidak ada.

Tapi kalo kelapa biasa banyak.

Benar...akhirnya setelah kita keliling pasar, ternyata memang sudah tidak ada penjual kelapa.


Pasar tengok memang rame hanya sampe dhuhur. Ba'da dhuhur sudah  sepi.

Namanya juga pasar pinggiran.

Akhirnya kakak mencari kelapa.muda ke kota kebumen.

Sampai di rumah, ternyata kaka.membeli banyak bahn kue... ternyata kakak kau bikin puding.. namanya Klappertaart

Dari jam 4 sore sampai jelang maghrib kakak utak atik di depan kompor..hasilnya...kue Klappertaart yg super enak... alhamdulillah...

Makasih kaka... jazakillah khair ❤️


28 oktober 2020

25 Oktober, 2020

Berbakti pada Orangtua

 *Birrul Walidain*


Dalam sebuah kisah sahabat, diceritakan tentang Usamah bin Zaid, seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang begitu rajin merawat pohon kurmanya. Ketika ada yang bertanya, mengapa Usamah senantiasa menjaga dan merawat pohon kurmanya, ia menyatakan memang sengaja mempercantik kebun kurmanya karena ibunya sangat suka jika melihat keadaan kebun kurma itu indah.  Sahabat yang sangat disayangi Rasul ini mengatakan, apa saja hal dunia yang diminta oleh ibunya, ia pasti memenuhinya.


_Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapaknya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.”_

(QS Lukman 14).


Wallahu a'lam bishawab

11 Oktober, 2020

Teh poci dan roti bakar sebelum subuh


Kebiasaan baru kami, selapas bangun, tahajud, habis tahajud bikin teh poci dan bakar roti untuk persiapan subuh. Kadang kalo tidak ada roti kita rebus telor, atau kadang makanan yg lain...

Insyaallah ketika subuh rasanya bersemangat, apalagi sunnah di keluarga kami habis subuh ada kultum bergilir.

Semoga sunnah ini bisa terus kami lakukan untuk menguatkan pondasi agama keluarha kami.

Saling mendukung dalam kebaikan, mengingatkan dalam  menetapi kebanaran dan kesabaran 

Rabbana hablana min azwajina wadhurriyatina qurrota a'yun

Wajalna lil muttqina imaman

09 Oktober, 2020

La tahzan Innallaha ma'a na

 10 oktober penuh air mata

Ada kesedihan mendalam hari ini

Mestinya ini tidak perlu terjadi

Tapi mengapa terjadi?

Karena manusia punya perasaan

Kalo gak sedih , hatinya sudah mati

Kenapa harus ada air mata?

Pasti Allah ingin agar kita semakin sabar

Dan mungkin ada hadiah indah di belakang yg kita tidak tahu.

Berprasangka baik pada Allah...

La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzalimiin

Robbana dzalamna anfusana

Wa inlam tagfhfirlana wa tarhamna

Lanakunanna minal khasirin


04 Oktober, 2020

Syukuran sederhana




Alhamdulillah, kemarin bisa kumpul bareng keluarga, untuk menikmati dan mensyukuri karunia Allah yang senantiasa diberikan untuk kami dan keluarga. Banyak atau sedikit kita harus selalu Bersyukur
Seperti pesan nabi Ayyub, sabar , syukur dan memuji Allah

Nasi Biryani buatan Tante Yuyun emang luarbiasa masyaallah.
Ditambah sedikit sate kambing pak Roto, buah semangka dan Pizza hut untuk para keponakan yang datang.
Ada bonus asinan dari Tante Yuyun.

Yang tidak bisa hadir Tante idut dan keluarga, dan Tante tika dan keluarga, Tante Tika habis berhubungan dengan pasien Covid di PKU jadi sementara izin dulu.

Alhmadulillah, acar simpel aja, doa bersama mendoakan semua yang hadir, dan mohon keberkahan untuk keluarga.

Kata ulama, Keberkahan adalah bertambahnya kebaikan.
Semoga dengan hijrah di rumah ini, kebaikan kebaikan akan selalu bertambah, semakin baik ibadah nya baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Rabbi anzilni munzalan mubarakan wa anta Khairul munziliin ...aamiin

Kisah Abu Qilabah

 *TELADAN  SABAR DAN SYUKUR DARI KISAH ABU QILABAH*


Ibnu Hibban di dalam ats-Tsiqot menyebutkan kisah menakjubkan tentangnya, yang menunjukan kekuatan keimanan Abu Qibalah kepada Allah.


 Beliau bernama ‘Abdullah bin Zaid al Jarmi, salah seorang dari para _ahli ibadah dan ahli zuhud_ yang berasal dari al Bashroh.


Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin al Huwairits Ra Beliau wafat di Negeri Syam pada tahun 104 Hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Yazid bin ‘Abdil-Malik. ‘


Abdullah bin Muhammad berkata: Aku keluar menuju tepi pantai untuk memantau kawasan pantai dari kedatangan musuh. Tatkala tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat (di tepi pantai). 

Di dataran tersebut ada sebuah kemah, yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya. Pendengarannya telah lemah dan matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat baginya, kecuali lisannya.


 Orang itu berkata 

 اللَّهُمَّ أَوْزِعْنِي أَنْ أحمدك حمدا أكافىء بِهِ شُكْرَ نِعْمَتِكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ ، وَفَضَّلْتَنِي على كَثِيرٍ من خَلَقْتَ تَفْضِيلا


*Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji-Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan*


 ‘Abdullah bin Muhammad berkata,”Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini.

 Apakah ia memahami dan mengetahui yang diucapkannya itu? Ataukah ucapannya itu ilham yang diberikan kepadanya?” Akupun mendatangi, lalu mengucapkan salam kepadanya.

 Kukatakan kepadanya: “Aku mendengar engkau berkata ‘Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji-Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan’.


 Nikmat manakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu, sehingga engkau menysukurinya?” 


Orang itu menjawab: Tidakkah engkau melihat yang telah dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat aku bersyukur kepada-Nya, karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidahku ini. Namun, wahai hamba Allah. Engkau telah mendatangiku, maka aku perlu bantuanmu. Engkau telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. 

Aku memiliki seorang anak yang selalu melayaniku. Saat tiba waktu sholat, ia mewudhukan aku. Jika aku lapar, ia menyuapiku. Jika aku haus, ia memberi aku minum. Namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya, maka tolonglah engkau mencari kabar tentangnya. Semoga Allah merahmati engkau. 


Aku berkata,”Demi Allah, tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya, dan ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah,   maka akupun berjalan mencari anak orang tersebut, hingga tidak jauh dari tempat itu, aku sampai di suatu gudukan pasir.

 Tiba-tiba aku mendapati anak orang tersebut telah diterkam dan dimakan binatang buas. Akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji’un.


 Aku berkata,”Bagaimana aku tega  mengabarkan kejadian ini kepada orang tersebut?” Tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub Alaihissallam. 

Begitu aku menemui orang tersebut, maka akupun mengucapkan salam kepadanya. Dia menjawab salamku dan bertanya,”Bukankah engkau orang yang tadi menemuiku?” Aku menjawab,”Benar.” Ia bertanya,”Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?” 


Akupun berkata kepadanya,”Apakah engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub Alaihissallam ?” 


Ia menjawab,”Tentu Nabi Ayyub Alaihissallam.”


Aku bertanya,”Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Ayyub? Bukankah Allah telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?” Orang itu menjawab,”Tentu aku tahu.” 


Aku bertanya,”Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?”

 Ia menjawab, *Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah* 


Aku berkata,”Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya.” Ia menimpali,”Benar.” Aku bertanya,”Bagaimanakah sikapnya?” Ia menjawab, *"Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah"*


Aku berkata,”Tidak hanya itu, Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau tentang hal itu?” Ia menjawab,”Iya.” Aku bertanya,”Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?” Ia menjawab,” *Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah*. Langsung saja jelaskan maksudmu,  Semoga Allah merahmatimu.


” Aku (pun) akhirnya  berkata,”Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan binatang buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau.” Orang itu berkata, *”Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepada-Nya, lalu Ia menyiksanya dengan api neraka,”* kemudian ia berkata,”Inna lillah wa inna ilaihi roji’un,” lalu ia menarik nafas yang panjang, kemudian meninggal dunia. Aku berkata,”Inna lillah wa inna ilaihi roji’un.” 


Sunggu Besar musibah ini, jika aku biarkan begitu saja, maka  orang ini akan dimakan binatang buas. Dan jika aku hanya duduk, maka aku tidak bisa melakukan apa-apa.


Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya, dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis.


Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku: “Wahai ‘Abdullah. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?” Akupun menceritakan kepada mereka yang telah aku alami. Lalu mereka berkata,”Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!” Akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata: _“Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan Allah. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur”_. 


Aku bertanya kepada mereka: “Siapakah orang ini. Semoga Allah merahmati kalian?”


Mereka menjawab,”Abu Qilabah al Jarmi sahabat Ibnu ‘Abbas. Dia sangat cinta kepada Allah dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” lalu kamipun memandikan dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolati dan menguburkannya. Setelah usai merekapun berpaling pulang, dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di daerah perbatasan. 


Tatkala malam hari tiba, akupun tidur. Aku melihat di dalam mimpi, ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah: 

سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ 


“Salamun ‘alaikum bima shabartum” [keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga) karena kesabaran kalian], maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. [ar-Ra’d/13:24].


 Aku bertanya kepadanya,”Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?” Ia menjawab,”Benar.”

 Aku berkata,”Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua?” Ia menjawab,”Sesungguhnya Allah menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak bisa diperoleh, kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang, dan tenteram bersama dengan rasa takut kepada Allah, baik dalam keadaan sendirian maupun dalam keadaan di depan khalayak ramai.” 


Sumber : Al.Manhaj

Disampaikan dalam kultum ba'da shubuh oleh Ibunda Navi Agustina 

4 September 2020