26 Mei, 2021

Pendidikan Karakter berdasarkan Al Quran dan Hadits dalam Perspektif Islam

  Berikut Rangkuman dari Jurnal Ismail Sukardi

 Pendidikan Karekter berdasar quran dan hadits , dalam perspektif islam


1.  Kerusakan moral di indonesia sdh dlm taraf mengkhawatirkan tkd hanya dilakukan oleh berapa anggita masyarakat  tapi dilakukan oleh oknum lembaga tinggi negara

2. Perlunya Reformasi karakter dg menjadikan  agama  sebagai  sumber utama dan  pertama dlm pendidikan  karakter karena indonsia  adalah  negara religius.

3. Martin luther king

Pendidikan dan Karakter adalah tujuan pendidikan sebenarnya

4.  Meode Pendidikan menurut islam mengambil konsep dari athiyah dan quraish shihab.

Menurut  'Athiyah al-Brasyi (2003: 116-118), seorang ahli pendidikan Islam, menyatakan bahwa t

Setidaknya ada tiga metode pendidikan akhlak dalam Islam

1. pendidikan secara langsung, yaitu dengan

menggunakan petunjuk, petunjuk, nasehat, menyebutkan manfaat dan bahayanya sesuatu.

Nasihat dapat diberikan dalam bentuk kata-kata bijak

2. Pendidikan secara tidak langsung melalui sugesti dengan membimbing perasaan, prilaku anak

3. Menjadikan Guru sebagai model keteladanan

(disini memanfaatkan perilaku anak kecil yang suka meniru, maka Guru haruslah menjadi teladan yang baik)

Quraish menyebut rusyd dan halah dalam pendidikan karakter.

Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia. Dalam bahasa agama Islam, ia dinamai rusyd. Ia bukan hanya nalar, tetapi gabungan antara nalar, kesadaran moral, dan kesucian jiwa. Karakter terpuji merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif.”


Teringat kata kata rusyd dalam al quran adalah ketika nabi luth menegur kaum nya dengan sebutan 

"alaisa Minkum rojulun Rasyid??? Tiak kah diantarkamu orang yang memiliki akal???

itulah teguran Nabi Luth untuk kaum Homosex yang melampaui batas.

Di tempat lain, halah dijabarkan sebagai berikut, “Pengetahuan tanpa penghayatan tidak dapat menimbulkan apa yang diistilahkan oleh para pakar tasawuf dengan halah (“ha” dibaca panjang—H), yakni kondisi psikologis yang mengantarkan seseorang berkeinginan kuat untuk berubah secara positif.” Di sini, secara menarik, Ustad Quraish mengaitkan “keinginan kuat” itu dengan AQ (adversity quotient) yang diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz.


Metode pendidikan karakter menurut quraish Shihab  ada 4 :;Penanaman jiwa, pembiasaan, keteladanan dan lingkungan yg baik

5. Peran seluruh stakholder, baik individu, orgtua,  keluarga, sekolah, lingkungan negara dan media masaa sngt menentukan keberhasilan nilai nilai karakter bangsa.

6. Pendidikan yg sukses bukan menghasilkan lulusan yg baik tp mengjasilkan perubahan prilaku  sbg orang  yg beriman dan bertaqwa baik dlm kata atau perbuatan.

7. Negara melalui beberapa kementrian kemendikbud

8. Kemendikbud  sudah melaksanakan pendidikan karakter tapi baru pada silabus tapi blm menyentuh substansi mengenai konsep pendidikan karakter.

Kritik juga untuk kementrian Pemberdayaan aparatur negara, karena masih banyak korupsi oleh pejabat negara...

9. Tokoh agama, agar menyampaikan pendidikan karakter terbatas  di masjid atau musholla tapi di tempat terbuka seperti mall, RT, RW dll


Jadi Konsep pendidikan karakter yang indah tentunya tidak ada gunanya jika tidak

didukung oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. Semua pihak harus terlibat secara aktif

pendidikan karakter, menuju Indonesia yang beradab dan bermartabat, mulai dari tingkat

individu, keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan formal, hingga pimpinan

bangsa dan tentu saja ulama dan tokoh masyarakat. Rencana kerja strategis yang sistematis

dan kerjasama sinergis antar berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk mewujudkan upaya tersebut

meningkatkan kualitas karakter bangsa yang berada di ambang kehancuran. Semoga

Seminar “pendidikan karakter tidak berhenti pada wacana semata, tetapi segera

ditindaklanjuti dengan aksi nyata dari kita semua. 


Wallahu a'lam bishawab

26 Mei 2021

Met malam, jangan lupa Al Mulk, Al Waqiah, A Asajdah..

Guru dan Ortu Harus Kompak dalam mendidik karakter anak

 Berikut sebuah Penelitian dengan judul '

"Kesejajaran Model Pendidikan dalam keluarga dan sekolah berdasarkan Pendidikan Karakter"

Universitas Negeri Padang yang dilakukan oleh Syuraina dan Ilpi.


beriku ringkasan dari saya.

Penelitian ini meneliti Guru TK aisyiyah di  30 TK di Padang baik di Kota maupun pnggiran dan desa secara  acak

Dari penelitian menunjukan  bahwa penanaman nilai nilai karakter pada anak  tentang  agama dan menadirian dilakukan dengan Pembiasaan dan Nilai nilai kejujuran dan toleraansi dengan  Keteladanan.

Menurut pakar pendidikan nak M Nasih Ulwan, Guru dan Orangtua adalah sosok terbaik dalam pandangan anak, disadari atau tidak, apa yang dilakukan orangtua dan guru akan ditiru oleh anak.

Untuk itu diharapkan Orangtua juga melakukan hal yang sama dengan apa yang sudah dilakukan guru disekolah. Jika di sekolah sudah diterapkan pembiasaan sholat, Makadirumahpun harus demikian .Perlu ada kedisiplinan di rumah seperti yang sudah dilakukan di sekolah. Kapan jamermain, kapan shalat, kapan belajar, kapan makan dll.

Bisa jadi hal tersebut tidak dilakukan oleh orangtua dirumah, untuk menyiasatinya,  Perlu ada inovasi dari Guru dengan menciptakan kegiatan yang dapat melibatkan orangtua dan komunitas sehingga penanaman karakter pada anak dapat berhasil secara maksimal.

Demikian ya..

Jangan pernah untuk mendidik anak anak kita..

Sore, 26 Mei 2021

Met Dzikir Sore