24 Juni, 2020

Jawaban Nadia kepada Bapak tentang Islam bukan sebagai Idiologi

Bismillah.

Dengan penuh keyakinan dan tanpa mengurangi rasa hormat, saya tidak setuju dengan pendapat Bapak. Barangkali teman-teman di grup ini juga merasakan keresahan yang serupa. Dalam tulisan ini, saya asumsikan pembaca adalah seorang muslim yang sepenuhnya yakin dan bangga bahwa Islam adalah agama yang paling benar dan paling baik, sehingga memudahkan kita untuk memahami melalui perspektif yang sama.

Jika Bapak melarang kami menjadikan Islam sebagai ideologi, di mana batas-batasnya?
1. Tampaknya ada sesat pikir dalam argumen _Islam sebagai agama dan jangan sebagai ideologi_. Saya kira, seseorang yang memeluk/menjadikan Islam sebagai agama, berarti sepenuhnya beriman serta menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya yang tertulis lengkap dalam Alquran dan sunnah. Ia percaya diri akan keislamannya. Tidaklah lagi ia butuh dan haus akan ideologi ciptaan manusia, sebab ia tahu dan yakin bahwa segala nilai positif dari ideologi-ideologi tersebut kalah jauh dengan syariat Islam yang telah mengatur segala aspek kehidupan manusia.

2. Jika seseorang beragama Islam namun menganut ideologi tertentu sebagai ideologi di samping agama Islam, berarti ada dualisme dalam pandangan hidupnya. Ia ragu-ragu akan kebenaran Islam sebagai pedoman hidup, sehingga butuh pandangan yang tampaknya lebih rasional, humanis, dan toleran. Konsekuensinya, akan muncul macam-macam pandangan seperti Islam liberal, Islam feminis, Islam komunis, dll. Padahal, antara keduanya punya kontradiksi yang mendasar. Dualisme seperti ini sering dianggap semu, karena cenderung mustahil untuk mendamaikan keduanya. Si penganut akan condong pada salah satu, sehingga kecenderungan pada yang satunya akan terhapus.

3. Bukankah berislam dan menjadikan ideologi lain sebagai pelengkap/tandingan(?) sama saja dengan menjadikan yang selain Allah sebagai berhala? Jika ditarik lebih jauh, pandangan ini dapat mengantarkan seseorang pada syirik aqidah.

4. Buya Hamka pernah memberikan analogi: bayangkan jika ada seorang anggota partai politik yang menganut ideologi berbeda dari ideologi partainya, tentu ia akan dianggap sebagai ancaman. Jika orang yang demikian semakin bertambah, tentulah partai tersebut bisa hancur sebab telah kehilangan identitasnya. Begitu juga dengan agama Islam. Jika seorang muslim menganut ideologi selain Islam, baginya itu bagus dan bermanfaat bagi umat Islam padahal sesungguhnya itu dapat menghancurkan Islam. Ia tidak sadar, bahwa cara terbaik untuk memperjuangkan agamanya adalah dengan meyakini kebenaran Islam secara total, kemudian mengupayakan seluruh tenaga dan pikiran (ikhtiar-ikhtiar halal duniawi) untuk berdakwah, mengajak orang untuk berbondong-bondong beriman dan berislam.

5. Islam adalah rahmat, maka bersyukurlah! tidak perlu khawatir Islam akan berbahaya dan otoritarian. Jika ada muslim yang otoriter, dzalim, aniaya, maka itu adalah sebab hawa nafsu manusia yang tidak berislam secara lurus. _Al islamu mahjubun bil muslimin (Kemuliaan Islam terhijab oleh umat muslim sendiri)._

6. Tampaknya tidak perlu juga kita mengatakan bahwa _Islam terbuka atas kritik dan boleh disalahkan._ Kritik terhadap Islam, bahkan tanpa perlu dipersilakan masuk, sudah ada sejak zaman Rasul. Kritik, keraguan, hingga perlawanan terhadap Islam merupakan hal niscaya dan memang inilah tantangan kita di dunia. Lantas, sudah seharusnya umat muslim hadir untuk membela Islam (murni), melawan kritik-kritik terhadap Islam, dan mengajak seluruh umat manusia untuk masuk ke dalam agama Islam, agama yang lurus, agama yang jauh lebih sempurna dibanding segala agama/pandangan/ideologi dunia. Karena memang inilah tugas seorang muslim.

22 Juni, 2020





Dibalik Seminar Nasional Wanita Cerdas Penggerak Masyarakat

Pertama kali di hubungi oleh Prof Robandi cukup kaget juga. Tepatnya 6 Juni 2020.pesan nya tidak spesifik.
Begini Obrolan nya

[8/6 06.27] Imam robandi: Mbak Navi mengisi acara tanggal 20 Juni ya..?
[8/6 08.23] Navi Agustina: Maaf acara apa Prof?🙏😁
[8/6 08.24] Imam robandi: NATIONAL SYMPOSIUM FOR EMPOWERING
[8/6 08.28] Imam robandi: Okey ya...?
[8/6 08.30] Navi Agustina: Mengisi hiburan ya? Maaf tadi lagi ke belekang Prof😁
[8/6 08.31] Imam robandi: Materi, 8 menit..
[8/6 08.31] Navi Agustina: Insyaalllah Prof, Bismillah

Sejak saat itu sampai tanggal 20 Juni rasanya deg degan, gak karuan , makan tak enak , tidurpun tak nyenyak...hahaha
Meski sudah sering mengisi dan pidato di muka umum, entah kenapa, acara seminar yg berlabel "nasional" bikin saya panas dingin.
Apalagi dengan pembicara pembicara hebat seantero nusantara.
Ditambah lagi flayer nya ditulis "Wanita Cerdas Penggerak Masyarakat"
Tambah deh, antara bingung dan gak percaya, karena saya merasa gak cerdas, cuman lulusan s1, gak kayak Profesor, nulis aja jarang,  saya hanya bisa berbuat sesuai kemampuan saya. seperti wanita wanita penggerak lain nya diluar sana yang tidak sempat diberi jatah bicara.

Wanita Cerdas,  kesan yang muncul di benak saya Habibie, Einstein, dll.
Cerdas, kata Nabi adalah orang yang senantiasa memperhitungkan dirinya dan mepersiapkan bekal untuk akheratnya.

Nah..tepat sekali Nabi kita menjelaskan kata cerdas.
Salah satu hal yang membuat saya dan ribuan wanita pengegrak diluar sana bergerak di masyarakat adalah hanya dengan niat amal sholeh sebagai bekal di akherat nanti. itu aja gak lain.

Dalam surat an nahl 97 Allah berfirman,  siapa beramal sholeh baik laki laki atau perempuan dan dalam keadaan beriman Allah akan memberi kehidupan yg baik dan memberi balasan yg lebih baik dari apa yg mereka kerjakan.

Dukungan Keluarga

Ini yang
  utama, Suami dan anak anak luarbiasa dalam mendukung saya agar presentasi saya sukses.
Bicara dibatasi hanya 8 menit.Tahu sendiri kan, wanita kalo sudah diberi mic sering tidak bisa mengendalikan diri.

Benarlah kata Penelitian wanita bicara 20.000 kata, laki laki cukup 7000 kata

Alhamdulillah, lap top Jasmina aku pake, dan dia juga yg buat design nya.Dibanding yang lain tulisan saya paling super irit.

Judul sempat dikoreksi Profesor agarbkebih fokus.
Hari jumat sore, H-1 ada kegitan gladi kinclong,  Dari jam 3 sire udah ready meski tampilnya menjelang maghrib. Hahaha

Hari H
Selepas Dhuha aku langsung memakai baju rapi layaknya mau ke kantor Aisyiyah.
Aku pilih baju batik majlis kader.
Yah karena aku wakil ketua yg membidangi majlis kader.Aku oleskan bedak dan lipstik secukupnya.

Acara demi acara dipandu oleh MC Mba Arum, dari Pembukaan, Pembacaan ayat suci alquran , mars Aisyiyah dan pidato profesor, sampai saatnya satu persatu wanita penggerak masyarakat  berbicara.
Aku pun berbicara dengan berapi api...sampe  sempat disemprit oleh sang moderator cantik mba nanik, kurang satu menit bu Navi....oke... aku akhiri dengan husnul khatimah🙏





*Wanita Terbaik*


Dalam Surat Attahrim 11-12 Allah memberi _perumpamaan_ wanita terbaik yg bisa menjadi teladan  bagi orang orang beriman, yaitu Asiyah istri Fir'aun dan Maryam ibunda Nabi Isa as sbb

_Dan Allah membuat istri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika istri Fir’aun berkata: “Wahai Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim.” (Perumpamaan yang lain bagi orang-orang beriman adalah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya dan kitab-kitab-Nya, dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (At-Tahrim: 11-12)_

Asiyah adalah istri Fir'aun, tapi tetap teguh  menjaga keimanan nya pada Allah.Dia tidak terpengaruh dengan kekafiran Fir'aun suami nya sendiri.
Karena keteguhan iman nya, dia rela dihukum dan ketika menjalani hukuman, Asiyah berdoa : _"Ya Allah bangunkan aku sebuah rumah di surga"_

Bagi para wanita muslimah yang  kurang beruntung, atau memiliki suami yang yang berakhlak buruk penting kiranya meneladani kisah Asiyah . Agar, kondisi demikian tidak membuatnya lemah, dan semakin jauh dari agama, akan tetapi sebaliknya, Ia malah lebih menjadi kokoh dan teguh pendirian.

Maryam, adalah Ibunda Nabi Isa as, Maryam disebut dalam Al quran sebagai wanita yang menjaga kehormatannya, dan taat beribadah.Maryam lebih suka berdiam diri mendekatkan diri pada Allah dibanding perempuan lain di masanya.

_Siapa wanita terbaik lainnya?_

Nabi  Shallallahu'alaihi Wasallam  dalam sebuah hadits dari Imam Ahmad, menceritakan bahwa, Nabi membuat suatu garis di tanah sebanyak empat garis, lalu bertanya, "Tahukah kalian apakah ini?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: (ini menggambarkan)wanita-wanita ahli surga yang paling utama.(yaitu) Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim bekas istri Fir’aun.

Dari hadits diatas disebutkan wanita terbaik lainnya adalah Khadijah dan Fatimah

Khadijah adalah wanita pertama yg beriman pada Nabi, sekaligus dengan suka cita mendukung perjuangan suaminya memberikan harta dan jiwanya untuk perjuangan dakwah Nabi.

Fatimah, adalah putri Nabi, dikisahkan Fatimah adalah wanita yg taat beribadah dan suka bersedekah, meski Putri seorang Nabi, hidupnya sangatlah sederhana.

_Bagaimana dengan Aisyah?_

Dalam Hadits berikut Nabi bersabda


"كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيلد، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيد عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ"

Banyak dari kaum lelaki yang mencapai kesempurnaan, tetapi tiada yang mencapai kesempurnaan dari kaum wanita selain Asiah binti Muzahim bekas istri Fir’aun, Maryam binti Imran, dan Khadijah binti Khuwalid. Dan sesungguhnya _keutamaan Aisyah_ di atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid di atas makanan lainnya.

Aisyah
Aisyah juga seorang wanita terbaik yg bisa menjadi teladan bagi kaum wanita muslim

Keunggulan Aisyah selain cerdas, menguasai ilmu kedokteran, syair dan fiqih juga banyak meriwayatkan hadits, Aisyah juga sederhana dan banyak bersedekah.

Apa makna Allah memberi perumpamaan diatas?
Allah hendak menyampaikan kepada hamba hamba nya yg percaya, bahwa jika ingin mencontoh wanita terbaik,  bukan dilihat dari kecantikan fisik atau dari harta, lihatlah dari segi _keimanan dan ketaqwaan_ nya kepada Allah.Wanita  terbaik dalam pandangan Allah adalah wanita yg bisa menjaga kehormatannya, taat beribadah, memiliki hubungan yg baik dengan Allah ,d sabar, dan banyak

beramal sholeh untuk mencari keridhoan Allah semata.

Kultum 22 Juni 2020
Wallahu a'lam bishawab

20 Juni, 2020











*Cara Allah Menghidupkan Hati yang Mati*
Kultum oleh Nadia Hisyam

 _Mulailah memperbaiki kualitas diri dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan Alquran, karena dari situ, kita dapat menjadi pribadi yang baik, yang mampu menebar kebaikan bagi umat manusia._

QS Fusshilat: 39
_Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu._

♦️ Ayat tersebut sebagai penjelas (fusshilat) kepada orang-orang yang belum meyakini bahwa Allah dapat menghidupkan kembali nyawa yang telah mati dan manusia kelak akan dibangkitkan kembali.
Contoh: Allah berkuasa menyuburkan kembali tanaman-tanaman pada musim panas, yang sebelumnya mati pada musim dingin.

♦️ Allah menjelaskan tentang orang-orang yang tidak mau beriman, tidak mendapatkan nur, hatinya telah mati dan mereka menghadapi pertanggungjawaban di hadapan Allah. Mulut, pendengaran, penglihatan, dan hati mereka bersaksi langsung kepada Allah tentang segala kesia-siaan yang mereka perbuat.
Allah juga mendeskripsikan tentang kondisi orang-orang yang beriman di hari kiamat, yang sangat bercahaya dan percaya diri terhadap apa yang telah diperbuat selama di dunia, segala yang telah diperjuangkan demi beribadah dan membela agama Allah.

♦️ Sebagaimana nyawa yang dapat dihidupnya dengan kuasa-Nya, tanah dan tanaman yang mengering dan subur kembali, begitu pula segala bagian tubuh manusia akan dihidupkan dan bersaksi atas apa yang diperbuat oleh pemiliknya selama ia hidup.

QS Al Kahfi: 45
_Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu._

♦️ Hati manusia seperti tanah yang disirami oleh hujan. Hujan dari Allah untuk tanah yang kering, sebagaimana ayat-ayat Alquran untuk hati manusia supaya hati itu hidup, baik, bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.

♦️ Hati yang disirami dengan Alquran hanya setahun sekali (saat ramadhan), sebulan sekali, atau kadang-kadang saja, tentu akan berbeda kualitasnya dengan hati yang selalu rutin diisi dengan Alquran. Maka, hidupkanlah hati dengan Alquran setiap saat.

♦️ Mari berdoa supaya hati kita selalu subur, terisi penuh oleh firman-firman Allah, ilmu, dan petunjuk untuk selalu beribadah dan berada di jalan-Nya.

_"Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah  tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)._

16 Juni, 2020

PENDIDKAN NALAR DAN KARAKTER
Kultum Subuh oleh Abduh Hisyam
Ahad, 15/06/2020

Saya beranggapan bahwa ke(tidak)tertiban masyarakat dalam kehdiupan sehari-hari terkait dengan pendidikan yang ia dapatkan di masa kanak-kanak.  Jika seseorang dididik berdisiplin sejak kecil, di masa dewasa ia akan menjadi seorang yang sangat berdisiplin.  Hasil dari sebuah pendidikan tidak dapat dilihat dalam jangka waktu setahun atau sepuluh tahun.  Hasil pendidikan seseorang konon akan tampak setelah empatpuluh tahun.  Keadaan  orang-orang dewasa saat ini dibentuk oleh pendidikan yang mereka terima, yaitu saat mereka di sekolah. 

Bupati Kebumen mendeklarasikan new normal, dan mengumumkan bahwa Kebumen telah zero covid-19.  Bupati dan ketua DPRD mengajak beberapa orang pejabat pemkab secara demonstratif mencukur gundul kepala mereka.   Masyarakat memandang bahwa Kebumen telah bebas dari pandemic sehingga mereka keluar rumah tanpa memperhatiakn protokol kesehatan.  Tempat-tempat wisata dibuka, demikian pula tempat-tempat ibadah.  Warga membludak di tempat-tempat wisata. Dua hari kemudian, kasus paparan virus kembali meningkat.

Masyarakat yang sadar kesehatan tentu bertanya-tanya, apa alasan sang bupati sehingga ia berani mengatakan bahwa Kebumen telah terbebas dari pandemic covid-19, padahal virus masih tersebar dan tidak ada jaminan tidak menulari warga.  Sebuah keputusan yang diambil tanpa landasan ilmiah.  Secara akal sehat diketahui bahwa virus corona tidak akan hilang, apalagi saat vaksin penangkalnya belum ditemukan.  Keputusan bahwa Kebumen bebas covid-19 diambil berdasarkan nalar ataukah nafsu belaka?  Jangan-jangan  para pejabat kabupaten ini tidak punya nalar.

Tanpa pernyataan bahwa Kebumen zero-covid-19 pun, masyarakat sangat abai terhadap protokol kesehatan.  Mereka tidak peduli dengan physical distancing, dan sama sekali tidak mengenakan alat pelindung diri (APD).  Saat melihat seorang pekerja di pabriknya tidak mengenakan masker, ibu saya bertanya kepada sang pekerja, dan dijawab dengan enteng bahwa virus corona sudah hilang.   Persepsi bahwa virus telah hilang di Kebumen ini banyak dipegang warga.  Akibatnya sia-sia segala upaya yang telah dilakukan selama tiga bulan.  Pandemi bukan semakin reda namun semakin marak.

Sebagai pengamat pendidikan dan masyarakat, saya  melihat bahwa kejadian di Kebumen adalah cermin dari pendidikan di sekolah-sekolah selama ini.   Sekolah belum mampu membuat masyarakat bernalar.  Saya teringat hasil PISA yang dicapai para pelajar Indonesia tahun 2018.  Dari 76 negara yang diteliti, nilai para pelajar Indonesia adalah di peringkat 66.  Para pelajar kita menempati  sepuluh besar paling jeblok.  Nilai-nilai mereka jeblok di bidang membaca (371), matematika (379), dan sains (396).

Matematika adalah pelajaran untuk melatih para siswa bernalar.  Jika nilai matematika rendah, berarti kemampuan mereka dalam bernalar  rendah pula.  Itu tercermin dalam tindakan


pejabat pemerintahan.  Mereka bekerja tanpa nalar.  Padahal bernalar adalah perintah alquran:

أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Apakah kamu tidak berfikir (Alan’am/6: 50)

أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Apakah kamu tidak bernalar (Albaqarah/2:44)


Sains adalah pelajaran untuk melatih para siswa mengamati fenomena alam.  Para siswa dilatih agar senantiasa menggunakan data empiris dalam memutuskan sesuatu.  Jika seseorang tidak terbiasa memperhatikan data-data ilmiah maka keputusan yang ia ambil akan keliru, termasuk memutuskan Kebumen bebas covid-19.  Sebuah keputusan tanpa dasar ilmiah sama sekali. 

Memperhatikan fenomena alam adalah kewajiban agama, sebagaimana disebut dalam alquran:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلۡإِبِلِ كَيۡفَ خُلِقَتۡ ١٧
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan (Alghasyiyah/88:17)
وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيۡفَ رُفِعَتۡ ١٨
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan (Aghasyiyah/88:18)
وَإِلَى ٱلۡجِبَالِ كَيۡفَ نُصِبَتۡ ١٩
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan (Alghasyiyah/88:19)


Slogan Kebumen adalah Beriman: bersih, indah, aman.  Beriman berarti mendasari segala  tindakan atas nilai-nilai agama: adil, ihsan, menggunakan nalar. 

Kita melihat masyarakat di masa pandemi ini banyak tidak mengikuti protokol kesehatan.  Mereka tidak mengenakan masker, berkerumun dan saling berjabat tangan, seoalah mereka steril dari virus.   Saya melihat ketidaktertiban ini adalah hasil dari pendidikan di negeri ini yang tidak pernah mengajari para siswa untuk bersikap tertib.  Di jalanan tidak tertib, juga di rumah dan di sekolah. 

Penanaman agar para siswa tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan, dan berperilaku sopan adalah hal-hal yang berperan penting dalam kehidupan.  Namun saya khawatir itu semua tidak pernah ditanamkan oleh para guru kepada anak-anak didiknya.  Jika kini terjadi polusi di sungai, laut, dan udara, itu karena di sekolah tidak pernah ada pendidikan membuang sampah pada tempatnya.

Pembentukan karakter dan budi pekerti luhur mesti dimulai sejak dini. Jika sudah jadi pejabat, sudah terlambat.

12 Juni, 2020

Kultum Subuh
12/6/2020
Navi Agustina

*Keutamaan Sifat Tawadhu*

Allah SWT berfirman, *Dan berendah hati lah (tawadhu) kamu terhadap orang-orang yang beriman,"*
(QS 15: 88).

Dalam Ihya' Ulumuddin, diriwayatkan bahwa suatu ketika Yunus bin 'Ubaid, Ayyub As-Sakhtiani dan al-Hasan al- Basri mendiskusikan arti tawadhu.
Hasan berkata, "Tahukah kamu apa itu tawadhu? Tawadhu ialah saat kamu keluar dari rumah dan menjumpai seorang Muslim lalu kamu melihat bahwa orang tersebut memiliki kelebihan daripada dirimu sendiri."

Manfaat Sifat Tawadhu
1. Mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.
2. Menjadikan adil, disayangi orang2 di bumi

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ /rendah hati , melainkan Allah akan meninggikannya.”
 (HR. Muslim no. 2588).

 Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat.

Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia.

Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)

Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi.
 Nabi Musa ‘  membantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta.

Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya dalam Al quran

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”
(QS. Maryam: 32).

 Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’, mereka menjadi mulia di _dunia dan di akhirat_

Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita. Beliau  pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.”
 (HR. Muslim no. 2865).

Nabi Muhammad.saw sendiri suka memberi salam pada anak anak kecil juga kepada para hamba sahaya, dan menyapa mereka.
Nabi Muhammad juga tidak sungkan untuk membantu pekerjaan istrinya, memperbaiki sepatu, manjahit ,.mengangkut air dll.

Pernah seorang sahabat ketika shalat dan membaca samiallahu liman hamidah rabbana wa lakal hamdu si sahabat berdoa hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiihi

Lalu Nabi menyanpaikan kan bahwa ketika dia berdoa dg lafal tersebut para Malaikat mengerumuninya.

Disini Nabi menyampaikan kebenaran meski itu datang dari orang yg ilmunya di bawah Nabi. itulah sifat Tawadhu

Para Nabi adalah orang orang yang dekat dengan orang miskin.
Ketika Raja Heraklius menanyakan kepada Abu Sufyan bagaimana sifat Nabi, Abu Sufyan menjawab, Nabi menyuruh shalat lima waktu, membayar zakat, silaturahmi dan Nabi dekat dengan orang miskin.

Begitu mendengar jawaban Abu Sufyan Heraklius menjawab...
Berarti memang Muhammad adalah sorang Nabi.

Lawan sifat tawadhu adalah sombong.
Sombong adalah tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan manusia.
Firaun, Namrud , Qarun, adalah orang orang yg sombong karena _menolak kebenaran dan meremehkan manusia_ .Mereka meremehkan peringatan para Nabi, bahkan para Nabi dimusuhi.

Nasehat bagus dari beliau Sufyan bin ‘Uyainah yang mengatakan
_“Siapa yang maksiatnya karena syahwat_  maka taubat akan membebaskan dirinya.
Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya.

 Namun, jika siapa yang _maksiatnya karena sifat sombong_
(lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya.
Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

*Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu. (HR. Muslim)*

Kultum 12/6/2020
Sumber : Kitab Riyadushalihin
Republika
Muslim or id
*Do Not Let Me To Myself*
Kultum Oleh Nadia Hisyam

Nasihat seorang ayah (manusia terbaik: Rasulullah) kepada putrinya (perempuan pemuka surga: Fatimah), untuk membaca sebuah doa tiap pagi dan petang, yaitu:
_Ya hayyu ya qayyum birahmatika astaghistu aslihli sya'ni kullahu wala taqilni ila nafsi tharfata 'ain_

1. Sebutan yang komprehensif
_Ya hayyu_: wahai Rabb Yang Maha Hidup
-Allah adalah sumber kehidupan yang selalu hidup (yang mengawali, mengakhiri, dan membangkitkan)
_Ya qayyum_: wahai Rabb yang berdiri sendiri, tidak butuh segala sesuatu
•Allah bukan hanya menghidupkan, tapi juga mengontrol dan memelihara setiap saat. Semua rezeki makhluk diatur oleh Allah.
•_Ya hayyu ya qayyum_ ada di ayat kursi dan surat thaha. Jika berdoa dengan menyebut nama tersebut akan langsung diijabah (diriwayatkan oleh Anas)

2. Kekuasaan yang komprehensif
_Bi rahmatika astaghistu_: dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan
•Rahmat Allah meliputi segala sesuatu (surga, ampunan, dan pertolongan dunia & akhirat).

3. Permohonan yang komprehensif
_Aslihli sya'ni kullahu_: perbaiki semua urusanku
•Kita meminta agar semua urusan kita diperbaiki baik itu agama, dunia, dan akhirat.

4. Tenang dan menerima
_Wala taqilni ila nafsi tharfata 'ain_: dan jangan serahkan kepadaku sekalipun sekejap mata
•Kenapa kita serahkan semua pada Allah? Karena ada hal di luar kuasa kita yang kita tidak mampu atur. Urusan mengedipkan mata setiap detik, detak jantung, tarikan nafas, aliran darah, seluruhnya sama sekali di luar kendali kita dan kita tidak bisa mengaturnya sendiri. Apalagi hal-hal yang di luar kendali. Maka kita tenang dan yakin bahwa Allah, yang Maha Bijaksana, tahu yang terbaik untuk kita karena ilmu kita tidak ada apa-apanya. Percaya bahwa Allah punya ketetapan terbaik, lebih sempurna dibanding apa yang kita anggap baik. Maka yang harus kita lakukan adalah memaksimalkan/berikhtiar pada hal-hal yang bisa kita kontrol.
•Taat dan menerima dengan melaksanakan yang bisa kita kontrol, adalah bentuk ibadah juga. Pondasi tawakkal menurut Hatim Al Assam:
1. rezeki tidak mungkin tertukar, maka aku merasa aman
2. amalan kita tidak mungkin dilakukan orang lain, maka aku harus sibuk mengerjakannya
3. kematian yang datang tiba-tiba mengharuskan aku harus bersegera beribadah
4. Allah selalu mengawasi, maka aku selalu merasa malu.

06 Juni, 2020

Hadits Seputar Shalat

HADITS SEPUTAR SALAT
Kultum oleh Hasan Bayuni
6/06/2020


 ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ
"bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an" (Almuzamil/73:20)

Apa yang dimaksud dengan "yang mudah"?

Surat atau ayat apakah yang mudah dibaca? Tidak ada penjalasan. Ada beberapa hadits yang mengisahkan kepda kita apa saja yang dibaca Rasulullah tiap-tiap salat.

Fakta yang didapat dari hadits berbeda-beda.  Penyampai hadits pun dapat  keliru baik disengaja atau tidak disengaja.

Ada hadits yang mengisahkan kepada kita bahwa pada waktu mengimami salat Id dan salat Jumat nabi membaca surat "Al A'la" di rakaat pertama dan "alghasyiyah" di rakaat kedua.

Di dalam hadits dikatakan bahwa Nabi membaca: "sabih isma rabbika al 'ala"


 سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى

(Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi)

 dan "hal ataka haditsul ghasyiyah."

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

(Sudah sampaikah kepadamu berita tentang hari kiamat)

Di masa Rasulullah surat-surat belum diberi nama sebagaimana Kita kenal sekarang.

Dari Abdullah ibn Umar, "Umar pernah bertanya kepada seorang sahabat bernama Al-Laitsi. Apa yang dibaca Rasulullah saat salat Idul Fitri. Ia menjawab: "Qaf Wal Quran almajid."

 ق ۚ وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ

(Qaaf. Demi Al-Qur'an yang mulia)
Maksudnya Surat Qaf/50.

Serta "iqtarabat as sa'ah wa insyaqqal qamar." Yang dimaksud adalah Surat Alqamar/54.

 اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

Saat (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah.

Ada hadits lain yang mengisahkan bahwa nabi saat salat Subuh membaca "iza syamsu kuwirat."

 إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ

(Apabila matahari digulung)

Yang dimaksud adalah Surat Attakwir/81.
Tidak ada kewajiban untuk membaca surat tertentub dalam salat. Surat yang dibaca Nabi berbeda-beda dalam mengerjakan salat.

Salat jamaah adalah bagaikan model sebuah  kepemimpinan. Nabi diriwayatkan usai mengakhir salat dengan salam segera berbalik untuk melihat keadaan makmum. Beliau ingin tahu siapa anggota jamaah  yang tidak hadir.  Adakah orang asing (musafir) yang ikut salat berjamaah.

Apa yang dilakukan Nabi adalah sebuah kepedulian.  Seorang pemimpin, apakah itu raja, president atau walikota harus sering melihat keadaan rakyatnya.

Imam yang baik, jika tahu ada salah seorang jamaahnya sedang tidak enak badan akan mempercepat gerakan salat dan membaca surat pendek agar tidak memberatkan makmum yang sakit.

Demikian beberapa hadits yang menjelaskan tentang ayat ke 19 dari surat Almuzamil/73, "faqrau ma tayassara min Alquran."

Teladan Keluarga 1

TELADAN KELUARGA (1)
Kuliah Subuh oleh Abduh Hisyam
5/06/2020

Allah telah memberikan kepda umat manusia dua  tokoh teladan  yang perilaku, sifat dan perbuatannya dapat menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari.  Dua orang tokoh tersebut adalah  Nabi Ibrahim as dan Muhammad saw. 
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim  (Almumtahanah/60:4)

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (Alahzab/33:21)

Manusia tidak akan tersesat dan tidak akan galau dalam menjalani pahit getirnya hidup jika mau mempelajari riwayat hidup dua orang Nabi Allah yang sangat berpengaruh itu.  Nabi Ibrahim adalah tokoh yang sangat kuat dalam memegang prinsip tauhid dan  berjiwa pengorbanan tinggi, serta Nabi Muhammad adalah seorang yang sangat baik akhlaknya, lemah lembut, namun siap bertempur melawan kezaliman dan ketidakadilan.

Di tingkat kenegaraan, kita punya para pahlawan yang harus diteladani perjuangannnya oleh generasi muda bangsa.  Sudah berapa banyak pahlawan nasional yang kehidupannya dipelajari oleh generasi muda kita?

Di dalam keluarga, setiap orang hendaknya dikenalkan dengan sosok keluarga yang menjadi teladan agar memotivasi para anggota keluarga untuk berbuat baik, gigih dan tidak pantang menyerah.  Menceritakan kehidupan kakek buyut kita yang hidup di zaman penjajahan dan berjuang menolong orang banyak, umpamanya, akan menimbulkan kekaguman dan imajinasi tentang sosok idola di dalam keluarga.  Sosok kakek atau bapak adalah sosok yang nyata dan sangat dekat sehingga menirunya bukan suatu hal mustahil.

Pada subuh ini saya mengenalkan sosok kakek buyut anak-anak saya bernama Haji Moeflich.  Beliau adalah kepala desa Jabres selama 40 tahun  lebih sejak masa penjajahan Belanda.  Beliau menjadi pemimpin di desanya melalui pergolakan zaman yang tidak menentu:  zaman penjajahan Belanda, zaman Jeoang, zaman Kemerdekaan, zaman pergolakan local (AOI), zaman demokrasi liberal, masa Orde Lama, dan masa orde Baru. Lima zaman ia lalui dengan penuh suka duka. Namun sosok mbah HM, begitu beliau dipanggil, adalah seorang yang penuh senyum, jenaka dan selalu riang.  Tubuhnya kecil namun kekar dan kuat. Di masa mudanya beliau adalah seniman pemain biola yang amat piawai.

Ketika saya pertama kali tiba di Kebumen, orang mengenal saya sebagai sales mesin pres genteng buatan Tegal.  Tiap hari pekerjaan saya adalah bertamu dari satu pabrik ke pabrik lain, menawarkan mesin produk perusahaan Bapak saya di Tegal. Dengan cepat saya akrab dengan warga Kebumen, terutama keluarga Jabres.  Mungkin karena setiap kali saya berkunjung saya selalu bicara tentang dakwah dan  Muhammadiyah. Maka saya cepat dikenal di keluarga pengusaha genteng Jabres yang sebagian besar adalah anak-anak Mbah HM.

Pada suatu hari saya mengantarkan mesin pesanan mbah HM. Mesin itu tiba saat hari sudah gelap, dan hujan turun.  Saat tiba di rumah Mbah HM, beliau meminta saya menurunkan mesin keesokan pagi saja, karena sudah malam. Mesin itu bobotnya hampir tujuh kwintal. Sangat berat dan dibutuhkan beberpa orang berbadan kuat untuk menurunkannya.  Malam hari karyawan sudah tidak ada.  Namun saya katakan bahwa mesin harus dibongkar malam ini juga, karena truck pengangkutnya harus segera kembali ke Tegal untuk digunakan bekerja  besok pagi. Mbah HM mempersilakan namun saya harus cari sendiri tenaga yang akan menurunkan. Mbah HM kemudian bergumam,”Hubbu Dunya     حب الدنيا. (berlebihan dalam cinta dunia) Ngoyo,”    sambil geleng-geleng kepala.  Sejam kemudian saya sudah berada di rumah beiau yang juga menjadi kantor, dan saya katakan bahwa saya sudah menurunkan mesin di tempat yang telah ditentukan.  Belaiu terkejut mendengar saya telah menurunkan dengan cepat. Ia mengangguk-anggukkan kepala dan sambil  tersnyum  berkata, “Ihris li dunyaka kaannaka ta’isyu Abadan.  Wa’mal li akhiratika ka’annaka tamutu ghadan.”

احرس لدنياك كانك تعيش ابدا واعمل لاخرتك كانك تموت غدا
Jaga kehidupan duniamu seolah engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari.


Sungguh saya sangat terkesan keada beliau.  Dari hadits yang beiau ucapkan, beliau tentu seorang yang cukup alim atau paling tidak pernah mengenyam pendidikan agama walau tidak formal. 

Sebelum pamit dari rumah belaiu, kami sempat berbincang-bincang tentang Amien Rais, sosok yang sedang menjadi berita di mana-mana karena artikelnya yang bertajuk “Suksesi 1997: Sebuah Keharusan.”   Saya paling banyak bicara , dan beliau menjadi pendengar yang sesekali menimpali dengan kata: “wah!”   “Oh!”.  Saya kemudian pamit, setelah menghabiskan secangkir kopi, tentu saja.

Teladan Keluarga 2

TELADAN KELUARGA 2
Kultum oleh Abduh Hisyam
5/06/2020

Pada suatu hari di tahun 1995 saya  diminta menyampaikan khutbah Jumat di masjid Nurul Islam di Pasar Tengok Sruweng.  Usai salat Jumat saya dibisiki oleh mbah HM, bahwa saya lain kali jika berkhutbah sebaiknya mengenakan sarung.  Saya saat itu mengenakan celana panjang, kemeja batik dan kopiah.  Pakaian saya sudah sah saha dan sudah sangat sopan, namuan seorang khatib Jumat di desa sepantasnya mengenakan sarung.  Pakaian yang saya kenakan adalah pakaian priyayi.. Cocoknya untuk para guru.  Saya tersenyum.  Mbah HM mengingatkan kepada saya agar memperhatikan suasana kultur masyarkaat desa agar saya, sebagai mubaligh,  lebih mudah diterima.

Pakaian saya sudah syar’I namun tidak ma’ruf.  Kebiasaan dan kearifan lokal harus menjadi perhatian dalam menyampaikan petuah-petuah agama.

Hingga beberapa saat  nasehat mbah HM itu selalu terngiang di telinga, bahwa penguasaan akan budaya menjadi hal sangat penting dalam berdakwah.  Saya sampaikan kepada pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kebumen saat itu agar mengadakan Training Mubaligh Muda. Teman-teman setuju dan menugasi saya menjadi ketua panitia training tersebut. Pesertanya adalah para pemuda se-kabupaten Kebumen.  Acara diadakan di masjid Nurul Islam dan gedung TPQ di lingkungan masjid. Pesertanya cukup banyak, ada empatpuluh orang.  Di antara yang menjadi pemateri adalah  Drs. Tafsir dosen dari IAIN Walisanga Semarang.

Karena sibuk mengatur tempat training, pembicara serta penggandaan materi, serta minimnya personil panitia, saya tidak sempat menyampaikan surat perijinan kepada aparat pemerintah, termasuk Polsek Sruweng yang letak kantornya hanya sepelemparan batu saja. 

Saat itu, tahun 1996, rejim Orde Baru sedang  berada di puncak kekuasaannya.  Semua kegiatan masyarakat dimata-matai oleh negara.  Tidak mudah menyelenggarakan pertemuan atau rapat-rapat.  Semua pertemuan harus telebih dahulu mengajukan ijin kepada RT, RW, Desa, dan Polsek seerta Koramil. Jika tanpa ijin, sebuah pertemuan sudah pasti dianggap illegal dan dibubarkan. Bukan hanya sekedar dibubarkan, para peserta rapat dapat dituduh mengadakan rapat rahasia untuk merongrong kewibawaan pemerintah serta dapat dianggap musuh negara.  Bukan itu saja, cap musuh Pancasila dapat menghinggapi mereka yang berani mengadakan pertemuan tanpa ijin.

Kami panitia sangat gelisah. Bayangan acara dibubarka paksa sudah di depan mata.  Tiba-tiba salah seorang kawan, mas Yulies Suharyadi berkata dengan seenaknya. “Kalau nanti ada aparat datang menanyakan ijin pertemuan Training Tabligh ini, bilang saja bahwa kita sudah diijinkan oleh mbah HM.”  Saya dan beberapa teman tertawa mendengar usulan itu, namun kami sepakat dan merasa lega.  Ya, bukankah mbah HM adalah sosok yang sangat disegani di Sruweng ini?

Benar saja, training berlangsung dengan lancer dan aman.  Aparat kepolisian tidak ada yang berani mengusik acara kami, hanya karena kami mengatakan didukung oleh Mbah HM. Mendenagar jawaban itu pak Polisi  tidak bernai berbuat apa-apa,. Mereka segan kepada mbah HM.

5 Yang Merusak Hati

LIMA PERKARA YANG MERUSAK HATI
Kultum Subuh oleh Navi agustina
07/06/2020

Ada orang  merancang program kerja  bagus untuk hidupnya, namun sebelum programnya terwujud ia sudah melupakannya dan melakukan hal-hal yang menyimpang bahkan bertentangan dengan rencana yang telah ia susun.  Ada seorang anak yang sejak kecil dididik orangtuanya dengan baik, namun menjelang dewasa ia bagai orang tak terpelajar, hidupnya tidak teratur dan acapkali membahayakan diri dan lingkungannya.  Mengapa hal ini terjadi?
Menurut Buya Hamka, berbeloknya seseorang dari jalur kebaikan menuju ke jalur keburukan adalah karena tekad yang sudah tertanam sejak awal meluntur.  Hati yang teguh mulai melemah, sehingga kandas di tengah jalan.  Dalam buku “Kesepaduan antara Iman dan Amal Saleh” Buya Hamka  membahas tentang masalah rusaknya hati  ini dengan merujuk kepada kitab “Madarij as Salikin” karya Ibnu Qayim Aljauzi.  Menurut Ibnu Qayim ada lima hal yang dapat merusak hati.

PERTAMA, salah memilih teman.
Sebagai zon politikon, manusia tidak dapat hidup seorang diri.  Ia tergantung kepada sesamanya.  Seseorang yang hidup menyendiri, kejiwaannya tidak sempurna.  Ia harus dibantu dan membantu, dipengaruhi dan mempengaruhi orang lain.  Jika orang yang berada di lingkunga kita baik, maka kita cenderung menjadi baik.  Ibarat pepatah, ‘berteman dengan saudagar ikan, badan kita amis.  Berteman dengan penjual cendana, badan kita wangi.”

Memilih teman atau pasangan hidup sangat penting.  Secara akal sehat kita dapat menilai apakah seseorang baik atau tidak.  Ada orang yang cocok diajak bersenang-senang, namun tidak dapat diajak bekerjasama.  Ada yang selalu datang kepada kita saat kita senang, namun  saat kita susah mereka menghilang.

Kejujuran, empati, kehalusan budi, adalah nilai-nilai yang harus kita perhatikan saat mendekati seseorang untuk dijadikan teman.  Dalam mencari pasangan hidup orangtua kita secara tradisional mengajarkan kita untuk memperhatikan “bobot, bibit, bebet’ (akhlak, latarbelakang keluarga, harta). Kriteria kebanyakan orang dalam memilih pasangan hidup adalah kecantikan, harta, keuturunan, dan agama. Nabi mengajarkan kepada kita agar menomorsatukan agama sebelum ketampanan, harta, dan keturunan.

Teman dapat membawa seseorang  kepada kebaikan, disiplin, senang bekerja menolong orang yang menderita.   Teman dapat pula membuat seseorang   jahat, hidup tidak teratur, malas dan tidak peduli kepada orang lain.  Kelak karena perbuatannya yang tidak baik maka seseorang  akan terjerumus ke dalam api neraka.  Pada saat itu ia akan menyesal karena telah melakukan perbuatan dosa akibat bujukan teman. Dan ia berkata:
يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلٗا ٢٨
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku) (Alfurqan/25:28)

Walau orang-orang jahat itu pada saat berjaya adalah berteman, kelak jika mereka diajukan ke meja hijau, maka masing-masing diri mereka akan mengatakan diri mereka tidak bersalah.  Mereka akan saling tuding dan saling menyalahkan. 

ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ ٦٧
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa (Zukhruf/43:67)

KEDUA, hidup dalam angan-angan.
Seseorang harus mempunyai cita-cita setinggi langit.  Dan untuk mewujudkan cita-cita yang tinggi itu, ia harus realistis dengan bekerja sesuai kemampuan.  Jangan sampai seseorang hanya mengkhayalkan kehidupan yang penuh kenikmatan namun ia tak kunjung bergerak untuk menggapai impiannya.  Demikian pula dengan seseorang yang menginginkan kehidupan bahagia, ia memulai kebahagiaan itu dari dirinya sendiri, dan tidak dapat mengharapkan orang lain membahagiakan dirinya.  Banyak orang ingin mempunyai pendamping hidup yang tampan, cerdas, dan kaya.  Sungguh sempurna pasangannya itu bak Raden Kamajaya. Namun itu semua hanya ada dalam angan-angan.  Tidak pernah ada di dunia nyata, karena manusia tak ada yang sempurna. Ia mungkin tampan, cerdas, namun tidak kaya.  Kaya, pintar, namun tidak tampan.  Tampan, kaya, namun bodoh.  Selalu saja berkekurangan.

Di dalam perjuangan, ada saja orang yang tidak berfikir untuk kepentingan bersama, yang selalu diimpikan adalah keuntungan pribadi. Ibarat kaum muslimin yang ikut dalam Perang Uhud.  Banyak di antara   anggota pasukan Nabi yang hanya berfikir untuk mendpatkan harta rampasan perang.  Motivasi mereka bukan untuk membela agama Allah, melainkan untuk mendpatkan harta. Akibatnya, semangat tempur mereka meredup saat mereka melihat harta milik musuh tercecer di medan tempur, padahal pertempuran belum usai.  Angan-angan untuk mendapatkan harta telah mrusak hati mereka. 

KETIGA, bergantung kepada selain Allah.
Manusia senantiasa merindukan zat maha besar yang dapat menjadi tempat bergantung atau berlindung.  Ada kerinduan kepada Yang Kudus, kata Rudolf Otto.  Manusia merindukan sesuatu yang misterius, mengagumkan, dan menumbuhkan pesona (misterium, tremendum, fasinatum). Zat itu oleh orang-orang beragama disebut Tuhan.  Seorang ahli sejarah agama bernama Mircea Eliade menamakan kecenderungan ini dengan nama homo religiusis.  Alquran menyebutnya dengan “fitrah.” Kerinduan akan yang maha kuat, maha kaya dan maha kudus itu harus mendapatkan pedoman atau petunjuk yang benar, karena jika tidak maka manusia akan menjadikan apa pun yang menakutkan sebagai obyek sesembahan. 

Setelah bekerja demi meraih cita-cita, maka ia harus pasrah kepada Allah semata.   Mereka yang memasrahkan dirinya kepada selain Allah sudah pasti akan celaka.   Karena segala sesuatu selain Allah adalah nisbi dan bersifat sementara.   Hanya Allah yang mutlak dan kekal.  Seseorang yang bergantung kepada manusia, maka nasibnya hanya akan menjadi budak manusia lain.   Sungguh rugi manusia seperti ini. 

KEEMPAT, banyak makan.
Semua makhluk  hdiup pasti butuh makan.  Pangan adalah kebutuhan yang sangat pokok.  Sebelum membutuhkan apa pun, seorang manusia harus terpenuhi kebutuhan pangannnya.  Meskipun demikian manusia tidak boleh berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. 

Rasulullah bersabda, “Kita adalah sekelompok orang yang tidak akan makan sebelum lapar, dan jika makan tak pernah kenyang.”  Konon perut kita harus diisi sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk udara.
كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan (Ala’raf/7:31)
Mereka yang berlebihan saat makan menunjukkan watak rakus. Ia akan mengambil yang melebihi kebutuhannya, dan tidak berpikir ada orang lain yang mungkin lebih membutuhkan daripada dirinya.  Dalam kepemilikan, ia akan mengambil semua.  Ia ingin memonopoli perdagangan, menguasai lahan seluas-luasnya dan tidak berbagi untuk orang lain. Ia menganggap kebahagiaannya tergantung kepada semakin banyak harta yang ia miliki. Orientasi hidupnya adalah “memiliki,” tidak ada jiwa qana’ah, dan dampaknya adalah keserakahan dan kerakusan.

Dahlan Iskan dalam kolomnya bercerita tentang kerabatnya yang gemuk karena banyak makan.  Beratnya mencapai satu kwintal lebih.  Saat meninggal dunia, para petugas sulit untuk menanganinya.  Karena saat ini musim pandemik, maka dibutuhkan hazmat untuk membungkus jenasah, namun tidak ada hazmat yang cukup dikenakan karena badan yang sangat besar.  Untuk mengangkatnya, para petugas sungguh kesulitan.  Peti mati yang digunakan pun tidak ada yang cukup sehingga dibutuhkan peti mati ukuran khusus. Betapa menyulitkan.

 Di tahun 1998, saat awal reformasi, pak Hisyam Adnan bertanya kepada seorang dokter saraf di kota Tegal tentang pilihan politiknya.  Ia mengatakan belum memutuskan akan memilih partai apa. Saat itu, parpol masih sangat kuat.  Yang dipilih adalah partai, bukan caleg. Sang dokter mengatakan, “Yang jelas saya tidak akan memilih partai …, karena ketuanya berperut besar.”   Pak Hisyam kaget dan geli mendengar jawaban sang dokter dan bertanya mengapa. Sang dokter manjelaskan bahwa orang berperut besar menandakan ia  tidak mampu mengendalikan diri saat makan.  Oang yang tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri tidak layak menjadi pemimpin.  Wah, masuk akal juga.
Umar bin Khattab pernah menegur salah seorang warga Madinah yagn berperut gendut, karena mereka yang berperut gendut cenderung lamban dalam bergerak dan sulit melakukan gerakan salat. 

5. Terlalu banyak tidur.

Orang yang terlalu banyak tidur berarti telah menyia-nyiakan hidupnya.  Seorang raja kapal Yunani, Aristoteles Onnasis mengatakan bahwa jika rata-rata orang tidur selama delapan jam, ia hanya tidur selama tujuh jam.  Ia sengaja mengurangi lama tidurnya satu jam sehari, karna ia ingin mempunyai lebih banyak waktu dari kebanyakan orang. Jika dalam sehari seseorang mengurangi waktu tidurnya satu jam, dalam setahun ia memiliki kelebihan 360 jam atau  15 hari.  Kelebihan hari ini adalah sebuah karunia.

Bapak H. Mas’udi selama hidupnya senantiasa mengajarkan kepada anak-anaknya agar tidur tidak terlalu malam, dan bangun lebih awal daripada orng kebanakan.  Beliau selalu menasehati sambil mengutip sebuah kata mutiara, “Early to sleep, early to rise, make healthy wealthy and wise.”
Dalam Alquran disebutkan bahwa tidur diciptakan agar manusia beristirahat. 
وَجَعَلۡنَا نَوۡمَكُمۡ سُبَاتٗا ٩
dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat (Annaba/78:9)

Jika ia sudah cukup bristirahat maka tidak perlu lama-lama seseorang tidur. 

Demikian lima hal yang merusak hati.