24 Agustus, 2020

Pidato M Natsir tentang SEKULARISME

 Pilihan kita, satu dari dua: sekulerisme atau agama….

Sdr. Ketua! Apa itu sekulerisme, tanpa agama, la-diiniyah?

Sekulerisme adalah suatu cara hidup yang mengandung paham tujuan dan sikap hanya di dalam batas hidup keduniaan. Segala sesuatu dalam kehidupan kaum sekuleris tidak ditujukan kepada apa yang melebihi batas keduniaan. Ia tidak mengenal akhirat, Tuhan, dsb.

Walaupun ada kalanya mereka mengakui akan adanya Tuhan, tapi dalam penghidupan perseorangan sehari-hari umpamanya, seorang sekuleris tidak menganggap perlu adanya hubungan jiwa dengan Tuhan, baik dalam sikap, tingkah laku dan tindakan sehari-hari, maupun hubungan jiwa dalam arti doa dan ibadah. Seorang sekuleris tidak mengakui adanya wahyu sebagai salah satu sumber kepercayaan dan pengetahuan. Ia menganggap bahwa kepercayaan dan nilai-nilai moral itu ditimbulkan oleh masyarakat semata-mata. Ia memandang bahwa nilai-nilai itu ditimbulkan oleh sejarah atau pun oleh bekas-bekas kehewanan manusia semata-mata, dan dipusatkan kepada kebahagiaan manusia dalam penghidupan saat ini belaka…

Di lapangan ilmu pengetahuan, Sdr. Ketua, sekulerisme menjadikan ilmu-ilmu terpisah daripada nilai-nilai hidup dan peradaban. Timbullah pandangan bahwa ilmu ekonomi harus dipisahkan dari etika. Ilmu sejarah harus dipisahkan dari etika. Ilmu sosial harus dipisahkan dari norma-norma moral, kultur dan kepercayaan. Demikian juga ilmu jiwa, filsafat, hukum, dsb. Sekedar untuk kepentingan obyektiviteit. Sikap memisahkan etika dari ilmu pengetahuan ada gunanya, tetapi ada batas-batas dimana kita tidak dapat memisahkan ilmu pengetahuan dari etika.

Kemajuan ilmu teknik dapat membuat bom atom. Apakah ahli-ahli ilmu pengetahuan yang turut menyumbangkan tenaga atas pembikinan bom tersebut harus ikut bertanggungjawab atas pemakaiannya atau tidak? Bagi yang memisahkan etika dari ilmu pengetahuan mudah saja untuk melepaskan tanggungjawab atas pemakaian bom itu. Di sini kita lihat betapa jauhnya sekulerisme. Ilmu pengetahuan sudah dijadikan tujuan tersendiri, science for the sake of science.

Di dalam penghidupan perseorangan dan masyarakat, sekulerisme la-diiniyah tidak memberi petunjuk-petunjuk yang tegas. Ukuran-ukuran yang dipakai oleh sekulerisme banyak macamnya. Ada yang berpendapat bahwa hidup bersama laki-laki dan wanita tanpa kawin tidak melanggar kesusilaan. Bagi satu negara menentukan sikap yang tegas terhadap hal ini adalah penting. Sekulerisme dalam hal ini tidak dapat memberi pandangan yang tegas, sedangkan agama dapat memberi keputusan yang terang.

Pengakuan atas hak milik perseorangan, batas-batas yang harus ditentukan antara hak-hak buruh dan majikan, apa yang kita maksud dengan perkataan “adil dan makmur”, ini semua ditentukan oleh kepercayaan kita. Sekulerisme tidak mau menerima sumber ke-Tuhanan untuk menentukan soal-soal ini. Kalau demikian terpaksalah kita melihat sumber paham-paham dan nilai-nilai itu semata dari pertumbuhan masyarakat yang sudah berabad-abad berjalan sebagaimana yang didorongkan oleh sekulerisme. Ini tidak akan memberi pegangan yang teguh. Ada beribu-ribu masyarakat yang melahirkan bermacam-macam nilai. Ambillah, misalnya soal bunuh diri. Ada masyarakat yang mengijinkan dan ada yang melarang. Yang mana yang harus dipakai? Bagi suatu negara mengambil sikap yang menentukan adalah penting, karena hukum-hukum mengenai sikap yang menentukan adalah penting, karena hukum-hukum mengenai persoalan itu akan dipengaruhi oleh sikap tersebut. Lagi, disini sekulerisme tidap dapat memberikan pandangan yang positif.

Jika timbul pertanyaan, apa arti penghidupan ini, sekulerisme tidak dapat menjawab dan tidak merasa perlu menjawabnya. Orang yang kehilangan arti tentang kehidupan, akan mengalami kerontokan rohani. Tidaklah heran, bahwa di dalam penghidupan perseorangan, sekulerisme menyuburkan penyakit syaraf dan rohani. Manusia membutuhkan suatu pegangan hidup yang asasnya tidak berubah. Jika ini hilang, maka mudahlah baginya mengalami taufan rohani. Demikian akibat pemahaman sekulerisme dalam hidup orang perseorangan. Pengaruh agama terhadap kesehatan rohani ini telah diakui oleh ilmu jiwa jaman sekarang….

Ada satu pengaruh sekulerisme yang akibatnya paling berbahaya dibandingkan dengan yang saya telah sabut tadi. Sekuleris, sebagaimana kita telah terangkan, menurunkan sumber-sumber nilai hidup manusia dari taraf ke-Tuhanan kepada taraf kemasyarakatan semata-mata. Ajaran tidak boleh membunuh, kasih sayang sesama manusia, semuanya itu menurut sekulerisme, sumbernya bukan wahyu Ilahi, akan tetapi apa yang dinamakan: Penghidupan masyarakat semata-mata. Umpamanya dahulu kala nenek moyang kita, pada suatu ketika, insaf bahwa jika mereka hidup damai dan tolong menolong tentu akan menguntungkan semua pihak. Maka dari situlah katanya timbul larangan terhadap membunuh dan bermusuhan.

Kita akan lihat betapa berbahayanya akibat pandangan yang demikian. Pertama, dengan menurunkan nulai-nilai adab dan kepercayaan ke taraf perbuatan manusia dalam pergolakan masyarakat, maka pandangan manusia terhadap nilai-nilai tersebut merosot. Dia merasa dirinya lebih tinggi daripada nilai-nilai itu! Ia menganggap nilai-nilai itu bukan sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi, tapi sebagai alat semata-mata karena semua itu adalah ciptaan manusia sendiri…

Jika dibandingkan dengan sekularisme yang sebaik-baiknya pun, maka adalah agama masih lebih dalam dan lebih dapat diterima oleh akal. Setinggi-tinggi tujuan hidup bagi masyarakat dan perseorangan yang dapat diberikan oleh sekularisme, tidak melebihi konsep dari apa yang disebut humanity (perikemanusiaan). Yang menjadi soal adalah pertanyaan, ”Dimana sumber perikemanusiaan itu? Apa dasarnya?*/bersambung.. Paham agama meliputi seluruh bagian hidup

Penulis adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan hidayatullah.com

 

Rep: Admin Hidcom

Editor: Cholis Akbar

Dukung Kami, Agar kami dapat terus mengabarkan kebaikan Lebih lanjut, Klik Dompet Dakwah Media Sekarang!

Update aplikasi Hidcom untuk Android Sekarang juga !

Sebarkan :

Baca Juga

Rumah Wakaf

17 Agustus, 2020

Nikah Beda Agama

 

Hukum Nikah Beda Agama

Author : Pimpinan Pusat Muhammadiyah | Kamis, 19 Oktober 2017 12:44 WIB

Sebelum menjelaskan tentang hukum nikah beda agama, Tim Fatwa Tajih terlebih dahulu menceritakan studi kasus yang pernah terjadi.

Ada seorang laki-laki Muslim berbuat zina dengan seorang wanita Katolik sehingga hamil sekian bulan, lalu ia ingin bertanggungjawab dengan menikahinya dengan kondisi berikut:

Wanita Katolik tesebut menginginkan menikah di gereja dengan cara Katolik kemudian setelahnya menikah secara Islam, kemudian catatan negara dilakukan dengan administrasi Katolik, sedangkan secara Islam tanpa catatan.

Kemudian keduanya setelah itu hidup berkeluarga dalam keadaan berbeda agama. Dalam hal ini pihak laki-laki istilahnya terpojokkan karena sudah menghamili sehingga “Harus” menikahi dengan cara tersebut, dengan tetap pada keyakinan masing-masing.

Dalam prosesnya, orang tua (bapak) dari laki-laki itu sudah mengusahakan dengan semaksimal mungkin untuk menikah dengan cara Islam tanpa syarat, wanita tersebut harus masuk Islam dulu. Namun dari pihak wanita (keluarganya) tetap tidak menyetujui. Kemudian akhirnya, dengan berbagai pertimbangan orang tua ini menyetujui prosesi tersebut. Dan untuk proses bertaubat, mau diarahkan untuk kembali ke jalan yang benar. Laki-laki tadi juga akan menyeru istrinya untuk masuk Islam. Proses tersebut belum terjadi dan masih menunggu hari H.

Menyikapi studi kasus di atas, berdasarkan syariat Islam para ulama sepakat bahwa hukum nikah beda agama adalah “Haram”, dengan ketentuan wanita Muslimah haram menikah dengan selain laki-laki Muslim. Ulama juga sepakat bahwa laki-laki Muslim haram menikah dengan wanita musyrikah (seperti Budha, Hindu, Konghuchu dan lainnya). Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” [QS. al-Baqarah (2): 221]

Akan tetapi yang diperselisihkan para ulama adalah tentang hukum laki-laki Muslim menikah dengan wanita Ahlul Kitab (yaitu Yahudi dan Nasrani: Katolik/Protestan). Sebagian kalangan berpendapat bahwa hal itu diperbolehkan dengan bersandar pada firman Allah dalam (Qs. Al-Maidah : 5).  Ada pula yang mengatakan tidak boleh. Namun demikian Tim Fatwa Tarjih telah mentarjihkan atau menguatkan pendapat yang mengatakan tidak boleh dengan beberapa alasan, antara lain :

1. Ahlul Kitab yang ada sekarang tidak sama dengan Ahlul Kitab yang ada pada waktu zaman Nabi SAW. Semua Ahlul Kitab zaman sekarang sudah jelas-jelas musyrik atau menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa Uzair itu anak Allah (menurut Yahudi) dan Isa itu anak Allah (menurut Nasrani).

2. Pernikahan beda agama dipastikan tidak akan mungkin mewujudkan keluarga sakinah sebagai tujuan utama dilaksanakannya pernikahan.

3. Insya Allah umat Islam tidak kekurangan wanita Muslimah, bahkan realitasnya jumlah kaum wanita Muslimah lebih banyak dari kaum laki-lakinya.

 

4. Sebagai upaya syadz-adz-dzari’ah(mencegah kerusakan), untuk menjaga keimanan calon suami/isteri dan anak-anak yang akan dilahirkan.

Bahkan, sekalipun seorang laki-laki Muslim boleh menikahi wanita Ahlul Kitab menurut sebagian ulama sebagaimana kami katakan, namun dalam kasus yang saudara sebutkan di atas, kami tetap tidak menganjurkan perkawinan tersebut karena syarat wanita Ahlul Kitab yang disebut dalam surat al-Maidah ayat 5 yang dijadikan oleh mereka yang membolehkan perkawinan tersebut tidak terpenuhi, yaitu syarat al-ihshan (الإِحْصَانُ), yang artinya wanita Ahlul Kitab tersebut haruslah wanita baik-baik yang menjaga kehormatan, bukan pezina. Perhatikan firman Allah dalam Qs. al-Maidah ayat 5:

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” [QS. al-Maidah (5): 5]

Dan perlu diketahui, negara kita tidak mengakui perkawinan beda agama, karena menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 1 dinyatakan: "Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu." Dengan deikian artinya, negara kita tidak mewadahi dan tidak mengakui perkawinan beda agama (meskipun pengantin laki-laki beragama Islam). Oleh karena itu, sebagaimana studi kasus di atas, perkawinan tersebut tidak bisa dilakukan dan didaftarkan secara Islam, yaitu di KUA. Dan yang dapat dilakukan hanyalah mencatatkan perkawinan tersebut di Catatan Sipil, sebagaimana penduduk non Muslim lainnya mencatatkan perkawinan mereka di sana.

Perlu ditekankan di sini, pihak laki-laki Muslim tersebut seharusnya tidak merasa terpojokkan sehingga "Harus" menikahi wanita Katolik itu. Perzinaan itu bisa saja terjadi karena atas dasar suka sama suka sehingga menurut hukum positif tidak bisa dipidanakan. Dengan demikian, upaya agar menikahkan mereka berdua dengan cara Islami, yaitu masuk Islam dahulu lalu menikah di KUA, harus terus dilakukan semaksimal mungkin.

Sumber : http://www.fatwatarjih.com/2014/08/hukum-nikah-beda-agama.html?m=1

Foto: Ilustrasi

16 Agustus, 2020

 Merah Putih dalam Pandemi



Merah melambaikan semangat

Putih berkibar bawa kesucian


Keduanya menyatu berkisah tentang makna sebuah kebebasan


Angkasa mengharu biru

Saat percikan darah syuhada,

terlihat tercecer mengaliri pertiwi 

Hampir seabad silam terlampaui


Detik ini,hari kemenangan kembali diperingati


Merah putih tetap berkibar megah,

Tapi manahan pilu


Tak cuma pandemi yg semakin viral

Tapi ulah para pemilik kursi yang hanya memantau dari duduknya

Tanpa bangun,apalagi berbaur merasakan lara rakyatnya


Merdeka,

Diperjuangkan untuk siapa?

Merdeka dipersembahkan untuk siapa?

Merdeka dimenangkan untuk apa?


Menyaksikan kemarau memanjang di negara merdeka

Ternyata teriknya tidak hanya menyengat kulit nusantara belaka,bahkan mengeringkan birunya laut pertiwi


Mata letih untuk dipicingkan 

Hati gersang kehilangan arti sebuah rasa peduli


Dirgahayu Republik Indonesia ke 75



Sumarni

Anggota Majlis Ekonomi

Pimpinan Cabang Aisyiyah Gombong

Kebumen

14 Agustus, 2020

45 tahun

Menjelang subuh setelah minum teh, Nadia dan Yasmin memberi kejutan sebuah dus besar, sambil mengucap...

Barakallah fi umrik ibu...
Semoga Ibu selalu sehat dan bahagia
Secarik kertas dari Nadia tertempel di dus tersebut.

Dus tersebut berisi Laptop merk Dell .
Alhamdulillah Hamdan Katsiran thayyiban mubarakan fiihi

Ibu gak menyangka akan mendapat hadiah special dan mahal.

Katanya biar Ibu kalo bikin laporan penyuluh dan mengisi kajian lewat zoom gak pinjem pinjem lap top Bapak


Hihihi...


Secarik kertas dengan tulisan singkat yang sangat bermakna menjadi semangat menjadi lebih baik, Menjadi Ibu yang baik untuk anak anak dan keluarga.


10 Agustus, 2020

 *💕Ilmu yang bermanfaat💕*


Kultum Subuh 8 Agustus 2020


Setiap selesai shalat subuh, Nabi mengajarkan doa untuk mengawali aktifitas kita setiap hari, doanya adalah 

Allhumma inni asaluka ilman naafian wa rizqan thayyiban wa amalan mutaqabbalan.


Ya Allah aku mhn padaMu, ilmu yg bermanfaat, rizki yg thayyib, dan amal yg diterima.


Apa kriteria ilmu yg bermanfaat?


Kriteria ilmu yang berguna  didasarkan pada tujuan ibadah. Penulis buku Filsafat Sains Dr Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa salah satu cara untuk menolong manusia yg dalam perjalanannya menuju Allah adalah ilmu dan hanya dalam semacam inilah ilmu dipandang bernilai.


Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya dapat  mendekatkan diri kepada Allah.


Berdasarkan landasan ini,  ilmu dikatakan bermanfaat bila 

1. Dengan ilmu itu ia dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah. Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah ditaati dan disembah dengan ilmu. Begitu juga kebaikan dunia dan akhirat bersama ilmu, sebagaimana kejahatan dunia dan akhirat karena kebodohan.”


2. Dengan ilmu itu, ia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuan, yaitu berbagai aktivitas  menuju keridhaan Allah.Orang yang mencari  ilmu untuk menuju keridaan Allah pun  mendapat kedudukan yang istimewa, seperti yang diterangkan Nabi, _“Barangsiapa mati ketika sedang mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, dia di surge sedearajat di bawah para Nabi.”_


3. Dengan ilmu itu,di samping dapat membimbing dirinya, ia dapat juga membimbing orang lain kepada kebaikan. _Nabi bersabda, “Allah akan menyayangi penerus-penerusku.” Belia ditanya,” Siapakan para penerus itu?” Beliau menjawab,”Mereka yang menghidupkan sunnah-sunnahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.”_


4. Dengan ilmu itu, ia dapat memecahkan berbagai persoalan pribadi, masyarakat dan lingkungannya.Nabi bersabda" _sebaik-baik orang itu yang paling bermanfaat bagi sesamanya_


Sebaliknya, bila ilmu itu dicari tidak diniati karena Allah, tidak menambah kebaikan bagi dirinya dan orang di sekitarnya, ilmu itu tidak bermanfaat. Setiap ilmu yang tidak menolong manusia menuju Allah seperti muatan buku yang dibawa di atas keledai. _Tuhan berfirman,”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal_  …(QS 62:5)


Nabi juga mengajarkan doa indah tentang ilmu.

Dalam Kitab Bulughul Maram disebut kan, 


وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: اَللَّهُمَّ اِنْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَارْزُقْنِي عِلْمًا يَنْفَعُنِي )  رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَالْحَاكِمُ


وَلِلتِّرْمِذِيِّ: مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ نَحْوُهُ وَقَالَ فِي آخِرِهِ ( وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ اَلنَّارِ )  وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ


Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah saw pernah membaca doa: "(artinya = Ya Allah manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku dan limpahkanlah rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku)." Riwayat Nasai dan Hakim.


Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu dan beliau berdoa di ujungnya: "(artinya = Tambahkanlah ilmu kepadaku segala puji bagi Allah dalam keadaan apapun dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan penghuni neraka)." Sanadnya hasan.


Wallhu a'lam  bishawab

09 Agustus, 2020

 9 Agustus 2020


Setelah dua hari melaksanakan Musypimda II , dari pukul 07.00 sampe 15.00, hari sabtu sabtu dan ahad, Alhamdulillah... Siang inisini bisa istirahat dirumah.

Setelah berganti pakaian, istirahat sebentar, rupanya, suami melihatku kecapekan, langsung dipijitin punggung ku sampe kaki, sambil hafalan surat al Baqarah sampe ayat 50 an kalo gak salah... 😊


Akhirnya akupun tertidur sampe setelah ashar, kebetulan sedang libur🤭

Terimakasih Allah...sudah memberi pendamping hidup yang baik hati, yang selalu mendukung kegiatanku...


Semoga aku bisa menjadi istri yg selalu beryukur...


Lain syakartum laazidannakum wala inkafartum inna adzabi lasyadiid


Limpahkanlah kesehatan, rizki, ilmu, iman dan Taqwa untuk suamiku, aamin



05 Agustus, 2020

Warisan Nabi Ibrahim

Kultum Nadia Elasalama
5 Agustus 2020

Disarikan dari kajian Yaqeen Institute for Islamic Research

Pada setiap doanya, kebaikan Nabi Ibrahim begitu luas mengalir untuk orang-orang yang beriman. Namun, bagimana doa untuk mereka yang tidak beriman, dan pesan-pesan apa yang bisa kita jadikan teladan untuk menghadapi hal ini?

"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”. "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
(QS Al-mumtahanah: 4-5).

Saat perang Uhud, Rasulullah sekarat karena wajahnya dilukai. Umat muslim mendekati kekalahan —hampir tidak ada harapan lagi. Kaum Kafir Quraisy hampir menang. Pada kondisi tersebut, Rasulullah berdoa 'Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka orang-orang yang belum mengerti.'” (HR. Bukhari)

Ini merupakan perhatian Nabi SAW, sebab:
1. Jika mereka menang, mereka akan percaya bahwa mereka ada dalam kebenaran. Bagi mereka, kita adalah pihak yang bersalah.
2. Jika kita bertindak melawan mereka dengan keburukan, kita semakin menjauhkan mereka dari kebenaran.
3. Dakwah ada dalam tindakan kita.
4. Sikap dan akibat tindakan kita, akan dipertanggungjawabkan (hubungan antara diri masing-masing dan Allah SWT).
5. Kita adalah representasi dari keyakinan kita, maka harus benar-benar berpikir mendalam terhadap setiap tindakan.

Refleksi hadist:
Abu Masud: “Mu’adz bin Jabal Al-Anshari pernah memimpin shalat Isya. Ia pun memperpanjang bacaannya. Lantas ada seseorang di antara kami yang sengaja keluar dari jama’ah. Ia pun shalat sendirian. Mu’adz pun dikabarkan tentang keadaan orang tersebut. Mu’adz pun menyebutnya sebagai seorang munafik. Orang itu pun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan pada beliau apa yang dikatakan oleh Mu’adz padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menasehati Mu’adz, “Apakah engkau ingin membuat orang lari dari agama, wahai Mu’adz? Jika engkau mengimami orang-orang, bacalah surat Asy-Syams, Adh-Dhuha, Al-A’laa, Al-‘Alaq, atau Al-Lail.” (HR. Muslim no. 465)

Dalam hal ini, Mu’adz memiliki tanggung jawab untuk lebih memperhatikan kesanggupan makmum dan jangan sampai menyakiti hati orang tersebut. Hal ini untuk menjaga umat tetap nyaman dan tidak lari dari Islam. Sedangkan bagi sang makmum, sikapnya meninggalkan jamaah merupakanpertanggungjawaban dirinya sendiri kepada Allah.

Sebagai muslim, setiap tindakan adalah dakwah. Kita harus memiliki sensitivitas dan profesionalitas tinggi dalam mencerminkan iman kita, baik kepada mereka yang sudah beriman (untuk meningkatkan ketakwaan mereka), maupun yang belum beriman (supaya mengantarkan mereka kepada kebenaran).
BEROLAHRAGALAH, NAK

Kultum Subuh Oleh Abduh Hisyam
Ahad 02/8/2020

Saat sedang meMbaca Quran saya mendengar bunyi suara kayuhan pada static bike.  Ibu sedang berolahraga rupanya.  Kebiasaan berolah raga penting dilakukan, agar fisik kita selalu bugar.  Ketahanan fisik prima akan membuat kemampuan otak kita dalam bekerja juga lebih prima.

Sejak di bangku sekolah kita mengenal pepatah: Men sana in corpore sano (jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat).  Saat di pesantren saya dikenalkan dengan sebuah pepatah Arab al aqlu al salim fi al jism al salim. Artinya sama saja denga men sana in corpore sano.

Saat di pesantren dulu tiap pagi dan sore para santri diberi waktu luang untuk berolahraga.  Tiap pekan bahkan wajib berlari jogging dengan seragam warna warni berkeliling kampung sejauh dua atau tiga kilometer.   Tiap pagi saya selalu melihat pak Kyai Zarkasyi – pemimpin Pondok -- selalu berjalan berkeliling kampus seluas lima hektar itu.  Ia pernah menyampaikan dalam salah satu pidatonya, “Berolahragalah, namun jangan terlalu berat.  Cukup agar badan mengeluarkan keringat.”

Putra-putra pak Zarkasyi adalah para pemain sepakbola.  Pak Hasan, seorang kyai muda putra pak Sahal – pendiri Pondok-- adalah pemain sepakbola dan striker tangguh.  Badannya yang kecil membuatnya lincah bergerak meliuk di antara para pemain lawan sebelum mencetak gol.  Bukan hanya sepakbola, ia juga pandai bermain bulu tangkis dan tenis meja.

Keberadaan fasilitas olahraga di Gontor ini adalah salah satu yang membuatku teratarik untuk bersekolah di sana.  Saya pernah membaca  booklet bahwa Pondok Modern Gontor dilengkapi dengan satu lapangan sepakbola, dua lapangan bola basket, empat lapangan voli, sepuluh  lapangan bulu tangkis, dan lima belas meja pingpong.  Saat saya masuk dulu di tahun 1980 santri Gontor belum begitu banyak, baru sekitar 2000 an, fasilitas olahraga yang ada termasuk memadai.

Almarhum Bapak selalu mengingatkan agar setiap hari berolahraga.  Pada saat belajar kita membutuhkan otak yang segar, dan kesegaran otak tergantung kepada kebugaran tubuh kita.  Setiap kali berolahraga, gerakan tubuh kita memaksa kita menghirup udara sebanyak banyaknya, dan jantung berdegub keras.   Pergantian udara yang cepat membuat darah kita juga mengalir dengan cepat dan  dipenuhi  oksigen.  Darah yang segar ini mengalir ke  otak dan membuatnya kuat untuk  berpikir. Itulah pesan bapak.

Dalam pelbagai kesempatan, jika sedang ada acara di luarkota, maka bapak akan mengajakku berjalan-jalan berkeliling kota atau kampung.   Saat ke Jakarta Bapak biasa menginap di sebuah hotel di jalan Cik di Tiro.   Pukul berapa pun saya tidur malam sebelumnya, pukul empat harus bangun, salat subuh berjamaah di masjid Cut Meutia dan berolah raga jalan kaki.  Walau mengantuk dan badan merasa masih kurang tidur, bapak tetap saja mengajak berolah raga jalan kaki keliling daerah Menteng.
Sedemikian besar perhatian kepada olahraga kami sejak kecil diajari berenang.  Kami enam bersaudara semua pandai berenang.  Nadia dan Jasmine sejak kecil sudah pandai pula berenang.  Laut dan danau adalah obyek wisata favorit kami sekeluarga.

***

Di dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah memilih Talut (Saul) menjadi pemimpin Bani Israel, walau ia bukan seorang yang kaya.  Ketka para pemuka Israel mempertanyakan dipilihnya Talut sebagai pemimpin,  Nabi Samuel  mengatakan bahwa Allah telah memberi Talut kelebihan yaitu  wawasan ilmu dan badan yang bugar.  Kitab suci menyebut kebugaran fisik sebagai salahsatu kriteria seseorang dipilih menjadi pemimpin.

Mahathir Muhammad mampu menjadi Perdana Menteri walau usianya sudah 92 tahun, karena ia memiliki fisik yang baik dan senantiasa bugar. Perutnya tidak gendut.  Demikian pula Hillary Clinton dalam usianya yang telah mencapai 72 tahun, ia masih berceramah dan aktif dalam kegiatan sosial dan politik.  Semua itu karena fisik yang prima, dan itu didapat dari keteraturan dalam berolahraga.