24 Februari, 2016

Kenapa Gonawan tak mengarahkan putrinya???

Tak senagaja aku membuka website SGRC UI . 
Ya, itu adalah komunitas LGBT di kampus UI.
Salah seorang yang sudah melela (membuka diri bahwa dia LGBT) adalah Putri Gunawan Mohammad,  Paramitha MOhammad, pendiri Tempo yang terkenal bijak ditulisan tulisan nya.

Kejujuran Paramitha bahwa dia berbeda ketika masuk semester 3, entah kenapa awalnya, aku juga tak bisa menjustifikasi apa karena salah asuh, atau apa, atau keluarganya memang membebaskan dia berlaku apa saja yang penting tidak merugikan dia dan orang lain.

Dari pendapat ayahnya Gunawan Mohammad, sepertinya keluarga itu cukup liberal. Apapun yang di inginkan anaknya sang ortu membebaskan nya. begitu pun pada pilihan orientasi  sexual Mitha.

Meskipun membebaskan, Mitha pun mengungkapkan nya pada sang Bapak, bahwa di berbeda, sembari dia menyampaikan kekecewaan bahwa dia menemukaa surat cinta sang perempuan untuk Gunawan, yang dibela Gunawan bahwa itu dari seorang wanita amerika yang tak ada hubungan dengan dia.

Wallahu a'lam, yang tahu hanya Gunawan Mohammad dan Allah.

Ada beberapa tulisan yang menggambarkan, jika bertemu dalam keluarga jarang mengungkapkan secara emosi.




Padahal, mereka keluarga sastrawan besar, yang aku kira sungguh penuh dengan kebahagiaan dengan cara menunjukan emosi ke anak anak.Seperti menanyakan bagaimana harimu hari ini?



Gunawan Mohammad bukan orangtua kebanyakan 

Dan dari yang disampaikan Gunawan kepada putrinya, mereka menunjukan sikap datar, tak kecewa atau kecewa hanya mereka yang tahu, karena mungkin menganggap ini normal. Jadi disini, memang Gunawan tak berusaha menyembuhkan putrinya. Orientasi seksual Mitha normal menurut Gunawan dan istrinya.


Lain dengan jutaan orangtua diluar sana yang ingin  putra atau putrinya sembuh, itulah peran orangtua, ketika putrinya salah jalan, karena menurutkan hawa  nafsunya yang mungkin dikira cinta sejatinya, disitulah kita berdiri menemaninya untuk kembali lurus, bukan terus menerus menjerumuskan nya atas nama cinta, karena mencoba  menerima apa adanya.

Yang dialami mitha masih bisa diubah, Mitha harus bisa diajak kembali untuk kembali ke fitrahnya sebagai wanita sejati, yang bisa memiliki suami yang mencintai dia apa adanya dan kelak memiliki putra dan putri sebagai sumber kebahagiaan.Dan yang pasti ini adalah jalan yang di ridhai Nya

Disitulah titik perbedaan nya...Orang2 yang masih memegang  nilai nilai agama, pasti akan merasa resah jika putrinya mengalami kelaianan seksual/orientasi seksual, dan pasti akan berusaha meluruskan nya mengembalikan ke fitrah. Tapi akan sia sia kita bicara jika orang tersebut sudah tidak punya pegangan agama.

Ya sia sia...

PROPAGANDA LGBT YANG KIAN MASSIF

PROPAGANDA LGBT YANG KIAN MASSIF


Membahasa LGBT seperti tak habis habisnya, sejak disahkan nya UU pernikahan sejenis di beberapa negara, dan pada tahun 2103 Amerika akhirnya menyusul. Banyak pertentangan disana sisni, tapi faktanya Obama menndadatanganinya.

Di tanah air, Isu LGBT kembali marak. Apa Pasal? SGRC UI salah satu Komunitas LGBT mendapat pertentangan oleh UI bahwa komunitas nya bagian dari UI.
Nah, kasus ini sudah hampir sebulan bergulir, sampai kini tak berhenti juga. Debat demi debat, bak lewat facebook, twitter, bahkan televisipun bikin acara debat LGBT. Dari Kompas tv, sampai Tv one dan Tv Tv lain semua mengupas LGBT.

Akibat Penolakan dari UI akhirnya isu LGBT kembali bergulir. Lebih banyak yang Kontra dari pada yang pro. Hanya yang Pro memiliki kekuatan media yang cukup besar. Bahkan Facebook sebagai pendukung pernikahan sejenis, mmeblock akun akun aktivisi yang Kontra LGBT. Di Indonesia, Kelompok yang Pro LGBT adalah JIL, Komnas HAM, Komnas Perempuan, KPI, Salihara dll.

Hampir semua agama menolak LGBT, karena Hali itu adalah perbuatan yang sangat keji, melanggar fitrah. Bahkan di Al Qur’an di namakan “FAHISYAH” (KEJI). Perbuatan terkeji diantara perbuatan dosa yang sudah ada.

Tapi atas nama HAM, mereka ingin orang orang menerima kecenderungan sexual mereka kepada kaum sejenis adahal hal yang normal.

Berikut tulisan  Rita Subagyo , bahwa Komunitas LGBT sedang massif berlindung dibalik HAM, Psikologi dll, demi memuluskan tujuan hasrat rendah mereka.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/16/m5ptyy-waspadai-kampanye-lesbi-berkemasan-psikologi
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rita Soebagio*

Wahai umat Islam, hati-hati dan waspadalah! Mung kin, inilah penyakit baru yang akan direkomendasikan para psikolog sekuler sebagai mental disorder (gangguan jiwa) namanya homofobia!

Contoh kasusnya menimpa Darrun Ravi. Ia mantan mahasiswa Rutgers University Amerika yang dituntut 10 tahun dengan 15 tuntutan yang bermuara pada kesimpulan menderita homofobia. Dharun Ravi dianggap bertanggung jawab terhadap tewasnya Tyler Clementi, teman sekamarnya, yang bunuh diri pada 2010 (New York Time, 12 Maret 2012).

Ravi dengan latar belakang budaya India yang kuat, mengaku tidak nyaman melihat perilaku seksual Clementi yang kerap membawa teman gaynya di kamarnya. “Ketidaknyamanan” itulah yang dianggap juri di pengadilan, sebagai “bermasalah”.

Istilah homofobia adalah salah satu buah dari Gerakan Revolusi Seksual Modern yang mengarah pada legalisasi perilaku seks sejenis. Homofobia memandang aneh perilaku seksual, seperti lesbian, gay, transeksual, biseksual, seks pranikah, pornografi, dan fantasi seksual lainnya. (David Allyn, Make Love, Not War: The Sexual Revolution: An Unfet te red History. Little, Brown and Com pany, 2000), (Malik Badri, The Aids Crisis: A Natural Product of Modernity’s Sexual revolution. Kuala Lum pur: Medeena Books).

Istilah homofobia sendiri dicetuskan pada 1960-an oleh seorang psikolog George Winberg, untuk menggambarkan ketakutan yang terus menerus dan tidak rasional terhadap lesbian dan gay. Pada 1972, Winberg menuliskan dalam bukunya Society and the Healthy Homosexual. Pada saat hampir bersamaan, dari sisi prasangka sosial muncul istilah heteroseksisme, istilah yang mengandung analogi seperti seksisme dan rasisme.

GM Herek mengambarkan bahwa heteroseksisme merupakan sis em ideologi penolakan, pencemaran, dan stigmatisasi terhadap berbagai perilaku, identitas, hubungan, dan komunitas nonheteroseksual. Katanya, ini merupakan bentuk diskriminasi instutisional terhadap gay dan lesbian. (GM Herek, The Context of Anti-gay Violence: Notes on Cultural and Psychological Heterose xism. 1990. Journal of Interpersonal Violence, 5, 316-333).

Pascakasus di atas, Clementi dianggap Martir bagi dunia LGBT (Les bian, Gay, Biseksual, dan Trans gender) sementara tindakan Ravi dinilai oleh kelompok Gay Equality Forum sebagai “shocking, malicious, and heinous” (mengejutkan, berbaha ya dan keji). Penilaian kaum homo seksual terhadap kelompok hetero sek sual sudah dilakukan melalui pro pa ganda homoseksual selama 50 tahun ini.

Puncaknya terjadi pada 1989 dengan terbitnya buku yang sangat populer dalam komunitas homoseksual sehingga dianggap sebagai “kitab suci” atau manual book mereka, After the Ball: How America Will Conquer Its Fear and Hatred of Gays, karya pasangan psikolog gay, Marshall Kirk and Hunter Madsen. (Albert Mohler, After the Ball—Why the Homo sexual Movement Has Won. 2004. Crosswalk.com . June 3, 2004. Posted on Fri Jun 04 2004).

Pasangan psikolog gay, Marshal dan Hunter, memberikan pedoman bagaimana para aktivis homoseksual melakukan berbagai propaganda untuk mengubah opini publik agar homoseksual dipandang normal, tidak lagi dianggap sebagai mental illness, tetapi dipandang “sehat”. Dengan itu, masyarakat akan menerima perilaku mereka sampai mendapatkan hak khusus, tunjangan, dan hak istimewa.

Propaganda mereka dilakukan dengan cara menempatkan kaum LGBT sebagai pihak teraniaya dan kor ban dari sebuah tatanan masyarakat yang heteroseksis. Terhadap orang yang tidak setuju dengan LGBT, mereka berikan stigma sebagai orang bigot, hatters, and ignorants (fanatik, pembenci, dan bodoh). Dalam buku ini para aktivis homoseksual dan lesbianisme dibenarkan menggunakan setiap taktik, termasuk penipuan massal, berbohong, fitnah, kedengkian, intimidasi, kekerasan, dan lain-lain. Meskipun banyak akti vis pada awalnya mengutuk pende katan ini, namun setelah dirasakan manfaat dari keberhasilan kampanye propaganda mereka maka berbagai aktivis menjadi pembela utama di depan publik.

Puncak keberhasilan kampanye LGBT adalah ketika mereka berhasil mengeluarkan homoseksual dari DSM (Diagnostic and Statistic Manual of mental Disorder). DSM-I yang disusun pada 1952 oleh APA (American Psychiatric Association) dan edisi keduanya yang keluar pada 1968, masih memasukkan homoseksual sebagai penyimpangan dalam perilaku seksual. Homoseksual pertama kali dike luar kan pada 15 Agustus 1973, yang kemudian diganti dengan isti lah Egodys tonic homosexuality pa da DSM-III.

Istilah ini ternyata menuai kritik dari berbagai kalangan. Sehingga, pada akhirnya istilah Ego-dystonic homosexuality kemudian dikeluar kan pada 1986 dan diperkuat dengan revisi DSM-IIIR pada 1987. Du kung an terhadap DSM semakin menguat ketika pada 17 Mei 1990, WHO mencabut kata “homoseksualitas” dari International Classification of Diseases (ICD). Pada 1994, APA mengeluarkan lagi DSM-IV, yang akhirnya direvisi kembali manjadi DSMIVTR (text revision) pada 2000, yang seluruhnya sudah tidak ditemukan sama sekali homoseksualitas sebagai kelainan seksual.

Sementara itu, Indonesia sendiri dalam Panduan Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) III sejak 1993 telah memasukkan homoseks dan biseks sebagai varian seksual yang setara dengan heteroseks dan bukan gangguan psikologis. PPDGJ-III merujuk pada standard dan sistem pengodean dari International Classification of Disease (ICD- 10) dan sistem multiaksis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV).

Jika pada DSM-I dan DSM-II homoseksual masih dianggap sebagai mental disorder yang didukung oleh 90 persen anggota APA maka pada DSM-IV keadaan menjadi berbalik ketika hanya tersisa 10 persen ang gota APA yang mendukung homoseksual sebagai sebuah penyimpangan. Dengan normalisasi homoseksual oleh berbagai kalangan maka penerimaan kelompok homoseksual oleh masyarakat bergerak ke arah positif. Dunia terbagi ke dalam dua opini, kelompok homoseksual dan antihomoseksual atau kerap disebut dengan homofobia.

LGBT Sabagai Sebuah Gerakan Penularan

Ini yang mngerikan, berikut Tulisan Psikolog UI Adriano Rusfi yang kii Akun FB nya di Hack oleh Facebook, karena lantang menyuarakan Pertentangan  terhadap LGBT.

LGBT: SEBUAH GERAKAN PENULARAN

Oleh Adriano Rusfi
January 26, 2016

Mungkin ada yang heran bertanya, kenapa saya begitu keras terhadap perilaku Lesbianism, Gay, Bisexual and Transexualism (LGBT). Saya seakan penuh murka dan tak memberikan sedikitpun ruang toleransi bagi pengidapnya.

Mungkin saya perlu klarifikasi bahwa saya tidak sedang bicara tentang pelaku, orang dan oknum. Terhadap oknum, orang dan pelaku LGBT, kita harus tetap mengutamakan kasih-sayang, berempati, merangkul dan meluruskan mereka. Dan saya juga tidak sedang bicara tentang sebuah perilaku personal dan partikular. Saya juga tak sedang bicara tentang sebuah gaya hidup menyimpang yang menjangkiti sekelompok orang. Karena saya sedang bicara tentang sebuah GERAKAN!!!

Ya, saya sedang bicara tentang sebuah GERAKAN: ORGANIZED CRIME yang secara sistematis dan massif sedang menularkan sebuah penyakit!!! Sekali lagi, bagi saya ini bukan semata perilaku partikular, sebuah kerumun, bahkan bukan lagi semata-mata sebuah gaya hidup, tapi sebuah harakah: MOVEMENT!!!

Terlalu paranoidkah kesimpulan ini???

Saya telah mengumpulkan begitu banyak kesaksian di kampus-kampus tentang mahasiswa-mahasiswa normal kita yang dipenetrasi secara massif agar terlibat dalam LGBT dan tak bisa keluar lagi darinya. Perilaku mereka sangat persis seperti sebuah sekte, kultus atau gerakan-gerakan eksklusif lainnya: fanatik, eksklusif, penetratif dan indoktrinatif. Ya, ini telah berkembang menjadi sebuah sekte seksual.

Kenapa mereka perlu menjadi sebuah gerakan? Karena target mereka tak main-main: mendorong pranata hukum agar eksistensi mereka sah secara legal. Dan untuk itu mereka membutuhkan beberapa prasyarat:

Pertama, jumlah mereka harus signifikan secara statistik, sehingga layak untuk mengubah asumsi, taksonomi dan kategorisasi

Kedua, keberadaan mereka telah memenuhi persyaratan populatif, sehingga layak disebut sebagai sebuah komunitas

Ketiga, perilaku mereka telah diterima secara normatif menurut persyaratan kesehatan mental dari WHO

Untuk memenuhi ketiga hal ini, maka organisasi ini harus mampu menularkan penyimpangannya secara eksponensial kepada lingkungannya. Mereka telah mempelajari hal itu dari keberhasilan “perjuangan” saudara-saudara mereka di Amerika Serikat. Mereka sadar, pertumbuhan jumlah mereka hanya bisa dilakukan lewat penularan, mengingat mereka tak mungkin tumbuh lewat keturunan. Mereka sadar, tanpa penularan mereka akan punah!!!

Kenapa harus menyasar mahasiswa???

Sebenarnya yang ingin mereka sasar ada dua: Pertama, mahasiswa; dan yang kedua, institusi akademik.

Mereka menyasar mahasiswa, karena mahasiswa adalah generasi galau identitas dengan kebebasan tinggi dan tinggal di banyak tempat kost. Sedangkan institusi akademik perguruan tinggi mereka butuhkan untuk menguatkan legitimasi ilmiah atas “kenormalan” mereka. Mereka bergerilya secara efektif, dengan dukungan payung HAM dan institusi internasional.***

What Can We do?

Yang kita hadapi ini adalah bukan main main. Jika dulu Komunitas LGBT masih malu menampaka diri, karena “kelainan”nya, kini mereka ingin diterima oleh masyarakat, dan berharap mereka akan eksis di berbagai bidang kehidupan. Bahkan salah satu tokoh LGBT Dede oetomo mendaftarkan diri menjadi Komnas HAM.

Akan selalu ada pertentangan , debat twitwar yang tak berkesudahan, karena mereka yang menganggap LGBT itu normal adalah  orang yang pastinya tidak beragama. Jika dia sholat? Perlu dipertanyakan sholatnya. Jika dia ke gereja, perlu ditanyakan apa sebenarnya tujuan di ake gereja.
Semua agama mengharamkan prilaku LGBT.

Mari kita tetap lurus dan keras dan mendengung2 kan bahwa perilaku LGBT itu memang perilaku yang keji, bahkan biantangpun tak melakukan nya.

Mari jaga anak, keluarga, dan lingkungan kita dari perilaku LGBT.
Jika mereka diberi tempat dan diberi angin bahwa apa yang mereka lakukan itu normal, mereka akan semakin menjdai jadi. Kalian bisa cek akun akun LGBT, Khusunya yang GAY, apa yang ada dipikirannya hanya sex belaka. Selfi tanpa baju ditempat tidur, kapan bisa kencan dengan pasangannya, memperbaiki bodi biar terlihat kekar, tak ada satupun yang peduli pada keprihatinan sosial yang sedang terjadi di negri ini. Mereka hanya memikirkan sex, sex dan sex, sex yang kotor !!! catat itu
 Kembali lagi, mari kita jaga mulai dari keluarga kita, lingkungan sekolah,  juga  para mahasiswa, karena LGBT sudah masuk kampus-kampus.

Quu anfusakum wa ahliikum naaran..

22 Februari, 2016

Filsafat

Nadia putri ku masuk  di fakultas filsafat, aku terus terang agak takut dan sedikit khawatir, sebagai orang awam, beberapa anak Filsafat  rumornya banyak yang meninggalkan sholat.

Aku wanti-wanti  nadia, untuk  tetap  menjaga sholat, karena itu kewajibanmu pada Tuhan yang menghidupkanmu.
Kalo bisa sering puasa, agar hawa nafsu menjauh dari pikiran.

Kata kaka memang beberapa ada yang gak sholat, tapi banyak juga yang tetap sholat. Yang Gak sholat ya, emang dari dulunya gak sholat.

Mungkin aku "ndeso"  banget ya,sebagai orangtua,  Bagiku, Kalian boleh kehilangan harta, tapi jangan sampai kehilangan iman, dan pegangan. Karena kita orang Islam, Yang kita pegang adalah Al Qur'an dan Hadits.

Tapi aku melihat sejarah Filsafat Islam, ada Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali, Ibnu Rusyd,Ibnu Khaldun, mereka  orang orang yang hebat. Mereka  orang-orang yang berilmu tapi tidak menuhankan Akal, ada wahyu yang selalu menjadi penyandingnya.Jadi Akal dan Al Qur'an seiring dan sejalan

Contohnya Ibnu  Khaldun, Sejarah mencatat bahwa Ibnu Khaldun telah hafal Al Qurán sejak dini atas didikan ayahnya, ia giat mencari ilmu mulai dari belajar Alquran, tafsir, hadist, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika hingga matematika. 
Dengan ilmunya, ia selalu menjunjung tinggi kehebatan Al Qurán dan menggunakan nilai-nilai spiritual dalam kajiannya. Ibnu Khaldun pernah berkata, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam.
Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”


Ya Allah semoga aku tidak salah dalam menyekolahkan anak anaku, berilah mereka selalu petunjuk MU ya Allah, agar  ilmu pengetahuan dan ilmu agamanya seiring sejalan , untuk kemanfaatan manusia, aamin.


Robbij'alni muqima shalat, wa min dhurriyyati, Robbana wa taqabbal dua...

05 Februari, 2016

Bertemu Mahasiswa Tiongkok




Pagi itu, aku  memenuhi undangan dari Sekolah sebagai Ketua Komite SMP Muhammadiyah 1.
Rupanya aku terlambat. Ibu emi  sang Kepala sekolah sedang memberi sambutan di depan anak anak smp muhammadiyah juga di depan 3 orang mahasiswa dari Tiongkok  yang datang ke SMP dalam rangka pertukaran pelajar, istilahnya Sisterhood, bener gak? hehe

Mereka bertiga diantar oleh Tim dari SMPMuhammadiyah 4 Yogyakarta yang di pimpin oleh Bapak Supriyadi. Pak Supriyadi sekaligus datang untuk memberi motivasi kepada para guru di smp Muhammadiyah 1 Kebumen.

Setelah sambutan dari Kepala Sekolah selesai, acara selanjutnya diisi dengan Hiburan tari dari anak anak SMP Mutu. Para mahasiswa dari Tiongkok sangat gembira melihat aksi mereka.
Selanjutnya, tibalah acara  perkenalan ketiga mahasiswa dari Tiongkok. Mereka adalah mahasiswa  yang sedang belajar di UAD selama 2 tahun.

Dibelakang panggung sebelumnya aku mengusulkan agar disediakan Keyboard, siapa tahu anak anak dari tiongkok tersebut mau mengisi  acara dengan menyanyi.

Oya aku perkenalkan dulu, Dari ujung Kanan ke kiri (Foto) : Aku,  Alicia, Viona,  dan 

Giliran Alicia maju ke depan memperkenalkan diri.Sebelum maju ke depan, aku berbisik pada Alicia (dengan bahasa indonesia tentunya)...
"Lagu apa yang kamu hafal dan suka? " kataku.
Alicia menjawab ," Aku suka rosa, ku menunggu".
Yap kebetulan aku bisa memainkan keyboard, dan aku bisa lagu tersebut.
Lalu  Aku segera menuju keyboard dan memainkan intro, langsung  saja alicia menyanyi, rupanya suara alicia tinggi, lalu aku menghentikan alicia agar mencocokan dengan nada dasarnya. Anak anak pun ribut...Karena alicia menghentikan lahu. Kmipun mencocokan nada dasar sur alicia, agar sesuai dengan iringan lagu tersebut. 
Setelah siap baru aku mulai kembali mebgiringi Alicia

Mulailah alicia menyanyi, dan disambut hangat dengan tepukan oleh anak anak smp muhammadiyah 1.

Selanjutnya alicia juga menyanyikan lagu china, tapi tanpa iringan musik.

Lalu, Viona dan teman nya maju ke depan memperkenalkan diri.

Acara pun selesai.
Setelah acara selesai, kami menuju ruang transit sambil menikmati makan siang dan berbincang bincang dengan mereka.

Bu emi menyanyi beberapa lagu, lalu aku mencoba merayu viona untuk menyanyi.
Aku bisa lagu bengawan solo, lalu aku mencetak lirik di ruangan sebelah, dan aku berikan pada viona.

Viona pun kegirangan, lalu dia membaca lirik, sambil menyanyi, dengan iringan kyeboardku.

Setelah selesai  menyanyikan lagu bengawan solo, dia menyanyikan lagu china yang sangat terkenal, aku sendiri lupa judulnya, tapi tahu nada nya. 
Di  kemudian hari aku mencari di google, lagu tersebut ternyata berjudul :

"Wo Ai ni you ci fen"Ketika ngobrol dengan mereka, mereka mengatakan Penyanyi Indonesia yang mereka suka adalah Afghan dan Rossa. Kalo Alicia sempat mengatakan suka dengan lagu Matahariku (aku tahu dari nada lagunya, ketika dia bernyanyi) tapi dia tidak menyebut Agnes. Yang jelas kalo Rossa pernah menyanyi dan diundang kesana, kata viona.



04 Februari, 2016

ZOYA?


Aku tak pernah berniat membeli kerudung Zoya, meski hanya zoya jilbab yag bersertifikat halal.
Aku pernah mendapat kado dari teman, kerudung merk zoya, hadiah oleh oleh haji. Kalo gak dapat dari teman, ya mungkin aku tak kan pernah memiliki jilbab zoya.
Yang aku tahu kerudung zoya mahal, aku biasa memakai kerunga di bawah harga 50.000,-, yang penting nyaman dan tidak menerawang.

Sekarang  Media Sosial sedang  dibuat heboh dengan iklan Zoya. Pasalnya bukan karena model atau apanya, tapi karena, mengatakan bahwa satu satunya jilbab yang mendapat sertifikat halal dari MUI.
Apa itu berarti kerudung yang bukan merk Zoya tidak halal?

Ya gak lah...memang yang menentukan Halal haramnya produk MUI.

Nah disinilah letak perseteruan itu. Kalo MUI harus membuat sertifikat Halal bagi produk Halal di Indonesia, betapa banyaknya dan repotnya yang harus dikerjakan MUI.
Mestinya yang dibuat itu justru Sertifikat HARAM. Karena yang Halal di Indonesia lebih banyak dari yang HARAM

Misal, Minuman Keras, babi, Darah, harus dilabeli HARAM.
Ini harus jadi perhatian untuk MUI agar tidak jadi bahan tertawaan orang orang. Banyak hal baik yang sudah dilakukan MUI harus tertutup oleh hal yang tidak urgen seperti masalah Halal Haram ini.

Misalkan kerudung HARAM, mungkin seperti yang disampaikan nabi, kerudung punuk unta, atau kerudung yang tipis, tapi memng ada yang mau mendaftarkan sertifikat HARAM? hehe

Bingun juga yah, nah untuk pelebelan sertifikat HARAM ini tentunya MUI yang harus proaktif. 

03 Februari, 2016

Komentar atas Tulisan Amien Rais, “Menumbuhkan Kader Penerus Perjuangan” dalam Suara Muhammadiyah

Oleh : Nadia E Hisyam

Sebagai seorang anak biasa-biasa saja dari seorang tokoh Muhammadiyah yang luar biasa, saya merasa berkewajiban untuk berkomentar, terlebih menambahkan apa yang Bapak Amien Rais maksud dalam tulisannya. Supaya kita lebih leluasa memperoleh titik terang dalam problema Muhammadiyah, yakni melahirkan kader-kader baru Persyarikatan.
Bapak saya enam tahun mengenyam pendidikan pesantren. Tentu kefasihan membaca dan memahami Alquran dan kitab, berbahasa Arab, hingga berpidato tidak perlu diragukan. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Agama Islam, dan kini menjadi tokoh Muhammadiyah daerah yang sehari-harinya mengisi pengajian, memimpin rapat, menyulut militansi ortom, serta blusukan ke sekolah-sekolah Muhammadiyah. Ibu saya hanya tiga tahun mengenyam pendidikan pesantren, namun cukup memahami bahasa Arab dan fasih membaca Alquran. Selanjutnya bersekolah di sekolah menengah Muhammadiyah dan melanjutkan ke Universitas Islam. Kini Ibu saya menjadi Tokoh Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah daerah, serta masih mau menyibukkan diri mengajar anak-anak di sekitar rumah supaya mampu membaca Alquran dengan mendirikan TPQ. Bagi anda barangkali luar biasa, bukan? Ini baru kedua orangtua saya. Kedua orangtua dari Bapak saya juga tokoh Muhammadiyah dan Aisyiyah, mereka berhasil mendirikan TPQ terbesar di kota, dan baru-baru ini memprakarsai berdirinya SD Aisyiyah di kota mereka. Orangtua Ibu saya pun keduanya tokoh Muhammadiyah dan Aisyiyah. Mereka memberikan sumbangan besar bagi Muhammadiyah daerah dan nama keluarga Ibu saya dielu-elukan warga Muhammadiyah. Saya Nadia Elasalama, (bangga) lahir dalam keadaan Muhammadiyah.
Bukan meyombongkan diri, toh ini juga mengingatkan saya bahwa akan sangat menyedihkan, sangat disayangkan, sangat memprihatinkan, sangat merugi—apabila perjuangan Muhammadiyah berhenti pada generasi saya. Atau bahkan, berhenti pada saya sendiri.
Saya dididik di TK, SD, dan SMP milik Muhammadiyah. Selanjutnya saya melanjutkan sekolah ke SMA negeri, pun hingga Perguruan Tinggi Negeri, dengan keinginan saya sendiri. Persis seperti alasan klasik para pelajar Indonesia: ingin sekolah di SMA favorit, sebab kira-kira mampu memenuhi keinginannya; supaya mudah mendapat akses berkuliah di perguruan tinggi dengan jurusan yang kualifikasinya dianggap terbaik—atau katakanlah bergengsi. Sesungguhnya alasan tersebut merupakan alasan yang sesat pikir (fallacy), sebab keberhasilan dapat diperoleh di manapun, bahkan sama sekali tak diperoleh walaupun berada di sarangnya. Namun ilmu yang saya ambil di perguruan tinggi memanglah belum tersedia di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, pun sangat tak bergengsi. Meski pengetahuan agama tak terlalu luas dan bersekolah di Muhammadiyah tak tuntas, saya besar berambisi kalau ilmu yang saya ambil saat ini kelak dapat memberikan manfaat guna pergerakan perjuangan Muhammadiyah melalui pengembangan ide dan konsep-konsep dasar maupun penyelesaian masalah yang harus dihadapi bersama.
Tentu kedua orangtua saya lebih menginginkan saya bersekolah di sekolah Muhammadiyah. Supaya apabila saya berprestasi, maka saya mengharumkan nama sekolah Muhammadiyah. Apabila sekolah Muhammadiyah itu mendidik siswanya dengan baik, maka pastilah saya akan terdidik dengan baik.

Tidak menyekolahkan anak di sekolah Muhammadiyah memang sungguh disayangkan. Namun, tebuslah dengan cara lain. Kenalkan anak pada Muhammadiyah, organisasi Islam paling keren dan progresif. Ajaklah ke pertemuan rutin supaya ia membayangkan perannya kelak apabila aktif di Muhammadiyah, kemudian doronglah untuk bergabung ke organisasi pemuda/kepelajaran Muhmmadiyah. Jadikan ia merindukan Muhammadiyah, sehingga ia akan berusaha memberikan kontribusi melalui minat dan kemampuannya.

01 Februari, 2016

Berburu Sate Klathak


 Penulis : Abduh Hisyam

Akhir pekan lalu saya dan istri ditemani Nadia -anak gadisku yang paling besar- berkunjung ke Yogya.  Anakku terkecil Jasmine akan tampil di konser  ulangtahun sekolahnya.  Ia bersekolah di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Saya sangat menunggu moment ini karena sudah lama tidak bertemu Jasmine.  Saat liburan sekolah tempo hari ia hanya sebentar saya temui karena saya harus menunggu bapak selama seminggu di rumah sakit.  Akhir pekan ini saat yang sangat saya tunggu-tunggu.

Akhir pekan yang lalu saya tidak mengajak Jasmine pergi ke Puncak, Jawa Barat untuk menghadiri reuni bersama teman-teman Formaci Forum Mahasiswa Ciputat).  Saya hanya pergi bersama Nadia. Saya merasa tidak adil tidak mengajak Jasmine, sekalipun alasan saya pasti sangat kuat karena Jasmine harus bersekolah sedangkan Nadia masih libur.  Kini saat menebus kegundahan hati saya.

Semestinya di Yogya saya akan bertemu dengan Yuniyanti Chudzaifah, anggota Komnas Perempuan, yang sedang berlibur di Yogya.   Namun saat belum tiba di Yogya ia kirim pesan bahwa ia harus segera ke Jakarta karena ada sahabatnya yang sedang sakit. Berangkat dari Kebumen pukul 9, kami tiba di Yogya pukul 12:30.  Perjalanan yang lambat. 

Sore hari kami berjalan kaki di jalan Parangtritis, minum kopi dan wedang jahe di angkringan dan bertanya-tanya tentang lokasi sate Klathak.  Sepanjang jalan Pangtritis adalah tempat yang sangat asyik untuk berjalan-jalan.  Jarak dari ujung jalan ke ujung lainnya sekitar 1,5 km.  Tidak terlalu lelah jika kita menyusuri jalan tersebut sambil melihat-lihat kiri kanan jalan.  Suasananya tidak tidak seramai jalan Malioboro, namun mengasyikkan.  Banyak hotel kecil di sepanjang jalan.





***
  
Beberapa hari sebelum ke Yogya istri saya selalu mengingatkan ingin mencicipi sate Klathak.  Ia sering mendengar sate Klathak namun belum pernah sekali pun merasakan makanan itu.  Saya pun menjawab dengan sekenanya, bahwa tidak ada sate seenak sate Tegal.  Oalah! Sindrom chauvinisme.

Mendenagr namanya, Klathak, membuat saya berimajinasi sate itu penuh dengan tulang sehingga jika dikunyah akan terdengar bunyi “..klathak…klathak..”  

Sungguh aneh nama kuliner yang saya pernah rasakan.  Kali ini sate yng akan kami cicipi adalah sate Klatahak.   Beberapa waktu yang lalu sepulang dari berlibur di kepulauan Karimunjawa kami  berhenti di Secang, tepatnya di kafe Kopi Klothok.  Di telinga orang Tegal, klothok adalah sebuah bunyi yang antara lain dihasilkan oleh sebuah benda yang diletakkan di dalam bumbung bambo yang sudah tua, dan dikocok-kocok.  Bunyinya adalah ..”klothok..klothok..”  Menurut empunya kafe, kopi Klothok adalah perpaduan antara kopi Robusta dan Arabica. 

Jika pulang kampung saat lebaran, di hampir setiap rumah di Tegal pasti disediakan kacang klithik.  Ini adalah kacang yang rasanya mirip kacang Bogor (ada yang menyebutnya kacang Banten) namun ukurannya kecil.  Saat kecil di bulan Ramadhan para tetangga sibuk merendam biji kacang ini  lalu dikupas, dijemur dan digoreng.  Teman-temanku banyak yang ikut mengupas kacang ini agar bisa mendapat upah beberapa rupiah.  Saat itu uang satu rupiah bisa untuk beli aromanis atau gulali.
Selain sate klathak, kopi kothook, dan kacang klithik, ada juga kluthuk.  Ini sejenis pisang yang brbiji.  Kini saya sudah tidak pernah memakannya.  Padahal dulu banyak dijual di warung-warung.  Asyik juga makan pisang dengan hati-hati memisahkan daging pisang dari biji-bijinya saat berada di dalam mulut.  Getah daun pisang kluthuk sangat berkhasiat menyembuhkan luka.

Sate Klathak, kopi Klothok, kacang Klithik, dan pisang Kluthuk.  Tinggal makanan bernama klethek saja yang belum  saya dengar.

***

Episode kali ini adalah hunting sate Klathak.  Saya sebetulnya tidak terlalu antusias. Namun karena istriku mengatakan bahwa sate itu sangat enak, saya pun siap hunting, apalagi Jasmine mengaku sudah beberapa kali ke Klathak.  Ia mengatakan sate itu sangat enak.   Rasanya asin, katanya.  Namun ia tidak tahu persis lokasinya.  

Kami ke menuju ke lokasi sate Klatahak usai menyaksikan konser di sekolah Jasmine.  Saat itu pukul 22:30.  Dengan dipandu GPS yang dioperasikan Nadia kami meluncur ke Pasar Jejeran, tempat sate Klathak.  

Jika anda sedang berada di  Yogya dan ingin menikmati sate Klathak,  anda tinggal meluncur ke arah Imogiri dari perempatan Giwangan.  Terus saja meluncur ke arah selatan hingga tiba di daerah Plered, tepatnya di Pasar Jejeran.  Jika anda bertemu dengan MAN Plered atau SMK Muhammadiyah Plered, maka anda sudah berada sangat dekat.  Tanya saja lah.  Insyallah semua orang di situ tahu. Warung sate Klathak yang saya rekomendasikan adalah Sate Klathak Pak Bari.  Nama Pak Bari mengingatkan saya kepada kitab Fathul Bari, sebuah kitab syarah Shahih Bukhari.   Saya juga teringat dengan pak Abdul Bari, atau Dul Bari yang pernah tinggal sekampung denganku di Tegal saat saya kecil. 

Jika anda datang ke Plered siang hari, warung pak Bari belum buka.  Namun tidak usah khawatir karena banyak warung sate Klathak lain yang buka siang hingga malam hari.  Warung pak Bari hanya buka malam hari, dan lokasinya di Pasar Jejeran. Warungnya terbuka dan tidak berdinding.  Ia hanya menggunakan ruang yang cukup lapang di dalam pasar.  Di siang hari, ruang itu dipakai oleh para pedagang untuk berjualan.  

Memasuki Plered anda akan bertemu dengan traffick light.  Beberapa meter arah selatan dari traffick light itu, monggo anda belok kiri memasuki pasar.   Di situ, di kiri kanan jalan akan anda temui banyak mobil dan motor parkir.     Jika anda beruntung, anda bisa langusng dapat seporsi sate Klathak, yaitu dua tusuk sate.   Daging sate ditusuk dengan kawat –mungkin bekas ruji sepeda—dan dibakar.  Rasanya asin.  Sate itu dihidangkan dengan kuah kari.  Sambil menunggu sate dihidangkan,  anda akan didatangi pelayan yang menawari minuman.  The poci dengan gula batu adalah minuman yang sangat pas.   The disajikan di dalam poci logam kecil yang berwarna hijau putih.  Saya teringat saat kecil dulu nenekku punya teko seperti itu.  Warnanya juga hijau putih. 

Jika pengunjung banyak, seperti saat saya datang yaitu pas malam Minggu, anda harus sabar mengantri.   Namun  anda bisa saja tidak mendapat jatah secuil pun.  Tapi jangan khawatir,  duduk-duduk di warung itu sambil minum teh poci bisa menghilangkan kekecewaan karena tidak kebagian sate.   Suasana di warung itu sangat mengesankan.  Anda bisa memilih tempat duduk di mana saja.  Mau lesehan boleh, mau duduk di atas kursi juga monggo.  Mau di tempat yang terang benderang bisa, mau di tempat yang remang-remang juga bisa.  i luar ruang juga disediakan meja kursi. Memandang para pengunjung  yang ada diwarung itu pun sudah membahagiakan hati.  Kebanyakan orang-orang yang datang ganteng, cantik, banyak yang berbusana muslimah, tidak sedikit pula yang pakaiannnya terbuka.  Ada pula  sekelompok pengunjung yang penampilannya sangat ndeso, baik wajah maupun pakaian serta obrolannya.  Asyik.

Saat saya tiba, warung sedang penuh pengunjung.  Waktu menunjukkan pukul 23:00.   Televisi tua yang ada di warung itu sedang menayangkan siaran pertandingan Liga Spanyol antara Bercelona vs Atletico Madrid.  Setelah pesan minuman, saya ke tempat orang yang sedang mengipas sate dan langsung pesan.  Ternyata orang yang mengipasi sate itu adalah yang bernama pak Bari.  Orangnya berbadan gempal dan usianya baru empat puluh limaan.  Barangkali sebaya saya.  Saya pun memesan sate dan nasi empat porsi.  Ternyata pak Bari mengatakan bahwa sate habis.  Saya  bilang kepada istri yang segera menuju pak Bari.  Saya dengan enteng pergi ke depan layar TV dan menonton Barcelona.  Tidak dapat sate, tapi bisa nonton Barca.  Impas. 

Entah apa yang dikatakan istriku.  Akhirnya Pak Bari bilang bahwa jatah sate untuk kami ada.  Bahkan ketika kami menambah satu porsi tongseng, o ternyata  bisa.  Wah. Alhamdulillah!  Kami pun meyantap hidangan sate Klathak  malam itu hingga tandas.  

Masih banyak orang berdatangan yang harus pulang lagi dengan gigit jari karena kehabisan sate.  Saat saya beranjak pergi, masih banyak orang yang mengobrol di warung itu.  Sungguh menyenangkan menghabiskan malam di tempat itu.






***

Rasa sate Klathak menurut saya tidak istimewa.  Bagi saya sate Tegal adalah sate terenak yang pernah saya nikmati.  Akan tetapi suasana warung pak Bari itulah yang membuat saya ingin datang lagi ke sana.