20 Desember, 2019

Pidato Pernikahan












Ini  pertama  kalinya saya mengisi pidato pernikahan, di rumah Bu Boyo kawan di organisasi Aisyiyah


Setelah merangkum dari sana sini, ini akhirnya yg aku tulis dan aku sampaikan di acara tersebut.
Awalnya deg degan..tapi selanjutnya mengalir saja😀
  Prinsip Pernikahan
1.Pernikahan sebagai ibadah
2.Pernikahan sebuah perjanjian yg agung
3.Pernikahan dalam mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akherat


1.Dalam rangka Ibadah
Pernikahan Dalam rangka ibadah
wa ma kholaqtul jinna wal insa illa liyakbudun, ini terdapat dalam surat Adzariyat 56
Seluruh aktifitas hidup kita adalah jalan bagi kita untuk mengabdi kepada Allah.
Dari akan tidur sampai tidur kembali
Ketika kita bekerja, makan, dalam perjalanan,termasuk dalam berumah tangga.
Dan ibadah terlama adalah berumah tangga.
Dalam hadits disebutkan
Menikah menyempurnakan setengah keimanan, maka bertakwalah dalam menyenpurnakan setengahnya.

Untuk itu, mari kita senantiasa menambah ilmu kita, agar hubungan suami istri senantiasa penuh dengan ketenangan.
Karena bagaimanapun laki laki dan perempuan adalah dua sosok yg berbeda.
Struktur otaknya pun berbeda
Yg satu corpus colosumnya tipis, yg satu tebal.
Maka laki laki karena  corpus colossum nya lebih tipis, hanya bisa konsen ke satu hal,  dan perempuan karena xorpus colosumnya lebih tebal 30% bisa mengerjakan banyak aktifitifitas dlm satu waktu, meski hasilnya biasa2 saja.

Ketika suami konsentrasi, pendengaran menurun, maka untuk para istri, jangan baper kalo kdg mungkin bapak tidak langsung menengok ketika kita panggil.


2.Pernikahan sebagai perjanjian berat dan agung ini ada dalam surat annisa 21

Dalam melaksanakan perjanjian yg agung ini hendaknya pasangan masing2 berusaha semaksimal mungkin melaksanakan janjinya agung ini yg sdh disaksikan Allah.

Dalam rangka mewujudkan perjanjian agung agar tetap kokoh,  ini hal yg bisa dilakukan adalah
Intrnalisasi nilai nilai islam bagi suami istri, suami dan istri melaksanakan hak dan kewajiban nya dengan sebaik baiknya.
Untuk suami, Nabi sendiri mencintohkan aku adalah yg terbaik dalam memperlakukan keluargaku.
Suami sebagi Pelindung seperti disebutkan dlm surat annisa 34.
Arrijalu qowwamuna ala niisa.

Bagi istri, sebagaimana diawbutkan dalam hadits, siapapun wanita yg shalat lima waktu, luasa ramadhan, taat pada suami dan menjaga kemaluan silahkan maauk surga dari pintu manapun.

Annisa 34 :
Permpuan yg saleh, adalah yg taat pada Allah dan menjaga diri ketika suaminya  tdk ada, karena Allah menjaga mereka.

Ini dicontohkan nabi dalam sebuah ahdits agung, Allah merahmati seorang suami yg bangun malam untuk shalam dan memabngunkan istri, jika tidak bangun dia memercikan air ke wajah istrinya begitu juga sebaliknya.


3. Pernikahan dalam mewujudkan kebahagiana dunia akherat
Arrum 21

Dan diantara tanda tanda kekuasaannya Allah ciptakan pasangan dr jenismu sendiri agar kamu sakinah.
Dan dia ciptakan rasa cinta dan kasih sayang
Sesungguhnya itu adalah tanda tanda bagi kaum yg berfikir.

Dalam rangka menjadi khalifah dimuka bumi, Allah sudah menyiapkan semua termasuk memberi pasangan pada kita.
Allah ciptakan mawaddah wa rahmah agar kita merasa tenang.

Mawaddah itu cinta karena fisik
Rahmah cinta karena ineraksi bathin, kepedualian, ada belas kasihan

Maka kita melihat orangtua kita yg sudah sepuh2. Suami sakit atau istri sakit masih mempertahankan rumahtangga, karena disitu ada rahmah.

Dan dalam mewujudkan kebahagiaan dunia akherat  perlu ada internnalisasi nilai nilai religius  baik antara suami istri, kepada anak dan keluarga diantaranya adalah dengan cara
Shalat berjamaah di masjid, mengajak untuk berdoa dalam setiap aktifitas, mengikuti jakian keagamaan, menfajarkan bersedekah dll
Dan  jangan lupa selalu memohon doa untuk kebahagiaan pasangan dan keluarga kita seperti yang sudah difirmankan Allah dlm surat Al Furqan 74.


Walaldzi na yaquuluna :  Robbana hablana min azwajina wa dhurriyatina qurrota ayun wa alna lil muttaqina imama.


Ya Allah anugerahkan pada kami pasanngan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami pemimpin orang orang yg bertaqwa.


17 Desember, 2019

Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah



Yasmin sedang belajar di Malaysia mengikuti pertukaran Mahasiswa, semoga kemampuan bahasa inggrisnya semakin baik, dan semoga bisa juga menguasai bahasa alquran alqur bahasa arab, aamiin


Dibawah, gambar Kak Nadia sedang berada di ruang Dokter PKU Muhammadiyah Sruweng untuk tes kesehatan, sebagai syarat mengikuti beasiswa pendidikan di luar negri, semoga Allah mudahkan jalan Nadia dan Jasmina dalam menuntut ilmu.

Semoga Ilmu nya bermanfaat untuk kemajuan umat. Niatkan mencari ilmu untuk mencari ridha Allah dan memberi manfaat sebesar besarnya untuk umat manusia.Aamiin.





01 November, 2019

Belajar Toleransi, Tawakal dan Dakwah dari Mr Faruq


By Jasmina Zahra






Pagi ini berkah sekali. Yasmin, melya dan lukas (teman dari ISI Surakarta) berangkat dari KL jam 11.30 menggunakan bis menuju Singapura. Kami sampai pukul 4 lebih setelah melalui imigrasi malaysia dan Singapura. Kami berhenti di Golden Mile tower, Singapura. Disana kami mencari money changer dengan arahan google maps yang tertulis 24 jam, namun tidak ada. Kami bingung. Melya dan aku pun mencari masjid terdekat,namanya Masjid Hajjah Fatimah. Kita mengajak lukas ke masjid dan dia mau. Masjidnya bagus, kamar mandinya bagus,bersih. Kami istirahat disana sambil mengecharge hp. Melya ke kamar mandi, sementara aku mengecharge hp. Kami berdua kebetulan sedang tidak solat. Kami datang pada saat solat subuh. Lukas bertanya apa password wifi pada orang2 setelah orang2 selesai solat, karena wifi disana sinyalnya bagus hehe. Namun tidak ada yang tahu. Aku menyusul melya ke kamar mandi karena dia lama sekali. Ternyata dia mandi. Lalu ada ibu2 jamaah yang mencari aku katanya "tu korang cari2 kawannya" Sambil menunjuk arah pintu masuk. Ternyata lukas mencari aku kemana, aku bilang barusan dari kamar mandi. Dia berkata ini bapaknya mau ngasih kopi sama roti. Terus aku melihat di belakangnya ada bapak2 berjanggut putih dan berambut putih,menggunakan sorban dikepalanya. Dia tanya hanya berdua? Terus aku menjawab yang satu masih di kamar mandi. Lalu dia bilang "bilang ke kawan kau,tunggu sini" Lalu aku pergi ke melya yang baru saja selesai mandi untuk menunggu di masjid. Kemudian bapak itu mengajak aku dan lukas untuk ke tempat makan dekat situ. Di perjalanannya beliau bicara tapi aku lupa beliau bicara apa karena aku berjalan dibelakang tapi dia bicara tentang islam. Kemudian dia bertanya pada lukas,dan sekali lagi aku lupa beliau bertanya apa namun aku bilang pada bapaknya " Sir, actually he is Christian " Terus bapaknya " MasyaAllah it's okay, it's okay" " Brother, do you know we believe in jesus too" Pokoknya bapaknya menjelaskan tentang islam,sampai2 jalan kita terhenti karena bapaknya menjelaskan ke lukas. Karena bapaknya sedang menjelaskan ke lukas,aku pun melihat kucing yang gemuk dan bermain2 dengan kucing tersebut, walaupun akhirnya si kucing pergi juga. Kami pun jalan kembali ke tempat makan. Tempat makannya kayak kantin, ada yang jual roti2 kaya toast, canai, dll. Ada yang jual kayak minuman2. Dan ada yang jual makanan berat. Kami ditawari mau minum apa, si lukas kopi tanpa susu (kopi o) aku teh 2, untuk melya. Di bahasa melayu kopi,milo,teh itu pakai susu, kalau yang tidak pakai susu bilang nya kopi o, milo o, teh o. Kemudian kami ditawari mau makan apa, yang ada baru mie rebus dan nasi lemak,kemudian kami memilih nasi lemak dan meminta maaf sudah merepotkan. Kami pun duduk dan tanya nama dan asalnya. Namanya Mohammad Faruq dia asalnya dari India,tapi pindah ke Singapore. Beliau rendah hati sekali,dia bilang dia dulu ada usaha tapi sekarang dia sudah pensiun sekarang apa apa dari Allah dan cukup. Dia bicara banyak tentang islam ke kita, dan bilang ke yasmin kalau yasmin harus menjelaskan ke orang2 tentang islam,dakwah. Yasmin mengangguk2. Kami pun bertanya tentang Singapore ke beliau. Kemudian makanannya datang, dan kami berterimakasih sekali sudah diberi apa2. Aku bilang "jazakallah khairan katsiran mr. Faruq " Dia bilang insyaAllah. Kami pun kembali ke masjid. Lalu menyantap hidangan. Kebetulan ayamnya ada 4 dan kita hanya ber3. Satu ayamnya melya dan aku kasih kepada ibu2 jamaah yang baru saja membersihkan wc masjid tersebut. Yasmin sangat bersyukur. Tempat istirahat, air untuk bersih-bersih, dan makan sudah dijamin oleh Allah.
فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ


Singapore, 30-10-2019

31 Oktober, 2019

Perjalanan




Siapa sih yang gak bangga kalo jalan- jalan keluar negeri?
Tinggal tujuan kita apa jalan jalan tersebut.Apa hanya karena ingin pamer? Atau dibilang berduit?
Yah semua punya niat masing masing.
Maka pelajaran paling baik, adalah teladan Nabi, mari luruskan niat apapun yang kita lakukan hanya untuk mencari ridha Allah.

"Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya"
Jika kita diberi kesempatan bisa mengunjungi luar negeri, bersyukurlah..itu semua karena Kehendak Allah, jadikan perjalanan mu untuk mencari ilmu, yang nanti nya bisa membawa kemajuan masyarakat baik dunia maupun akherat  di negrimu.

Ambillah pelajaran...seperti yang di firmankan Allah swt dalam Al Quran...

"Berjalanlah dimuka bumi, dan perhatikanlah  bagaimana akibat orang orang yang mendustakan Allah"

Maka, kemanapun kamu pergi, tetap pegang erat Al Quran dan sunnah, insyaallah kau tidak akan tesesat..

Berikut adalah foto foto kak Nadia di Singapura setelah mengikuti kegiatan Simposium Pelajar Indonesia, dan Foto Jasmina ketika mendapat kesempatan mengikuti Program AIMS UAD( Program belajar 6 bulan di Malaysia)








20 Oktober, 2019

Tukang Sound System

Tukang Sound System

Dalam setiap perhelatan, salah satu faktor penting  untuk mensukseskan acara adalah Sound System.

Acap kali kita melihat, penampilan tukang sound system terkadang suka asal asalan. hanya memakai celana pendek, kadang bertato, sambil merokok mondar mandir membetulkan kabel di sekitar acara.
Yah itu memang tugasnya sih .
Tapi terkadang sebuah acara yang sudah cukup tertata rapi,  misalkan saja  acara nya tentang keagamaan, yang cukup sakral , jadi sedikit  terganggu oleh penampilan tukang sound system yang kurang rapi.

Nah, pada kesempatan ini, kebetulan hari ini adalah  acara pelantikan direktur pku sruweng, sebagai salah satu panitia seksi konsumsi, meski bukan tugas saya, saya mencoba melobi si bapak tukang sound system.
Saya mendekati dia, dan menyanpaikan padanya, "Bapak, besok pakai batik ya, biar tambah ganteng"
Si bapak agak terkejut.
Mungkin baru kali ini ada orang yang mengatur atur pakaian tukang sound system😜

Apa mau  dikasih seragam mbak? Kata beliau.
Hehe....gak...kan lebih ganteng kalo pake batik, kataku.

Esok hari, ketika aku menuju lokasi acara, aku melihat si bapak sudah berpakaian rapi bak mau kondangan, padahal semalam belai hanya memakai kaos dan celana pendek

21 Oktober 2019

27 September, 2019

Kegiatan Jasmina jadi Sukarelawan di Malaysia

Salah satu kegiatan Jasmina di Malaysia
Cerita nya tunggu ya.... Berikut gambar2 nya 






26 September, 2019

Taman Pendidikan Al Qur'an di Masjid Al Hamdu Pejagoan



Setiap Senin dan Kamis sore,  pukul 16.00
Ibu ibu di Komplek Griya Wahyu Permai Kewayuhan belajar membaca Al Quran.
Tidak banyak yang mengikuti kegiatan ini, hanya 4 orang, Ibu nya Bimo, Bu Ita, Ibunya Helen dan Bu Menik.
Meski hanya 4 orang, mereka sangat istiqamah.
Ada yang belajar mulai nol, ada yang memang sudah bisa membaca Al qur'an, tapi masih belum fasih tajwidnya.
Sekarang yang mengikuti kegiatan ini bertambah satu orang, dia adalah mas Etho, baru kelas 5 SD.

Alhamdulillah, semoga kegiatan belajar membaca Al quran  bisa tetap istiqamah.

Selain membaca Al Qur'an, Setiap 3 bulan Ibu Ibu tersebut juga tak lupa berinfaq ke LazizMu melalui kenclengan yang mereka isi dirumahnya masing masing.
Pak Imam Yudiantoro sangat rajin mengambil setoran ibu ibu yang akan berinfaq.

Dalam Al Qur an orang orang yang selalu membaca Kitab dan suka berinfaq , disebut sebagai orang orang yang sedang berniaga dan tidak merugi.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tiada merugi." (Fâthir [35]:29)

Wallahu a'lam bishawab


23 September, 2019

Cooking Class

Setelah lulus dari Fakultas Filsafat, kak nadia mengisi waktu dengan banyak kegiatan.
Selain masih aktif di IMM, kak nadia beberapa kali praktek membuat kue di rumah.
Kue coklat, kue cinamon, pernah dibuat kaka dengan tangan nya sendiri.
Sekarang kak nadia sedang belajar membuat kue di tempat Tante Yuyun.
Tante Yuyun sudah ahli membuat kue. nama toko kue nya Kasih Ibu.
Rasa kue nya  lembut, dan enak.

Apalagi kue pisang nya mak nyus tenan.


Hari Selasa ini, kak nadia mulai belajar membuat 🍰, sambil menunggu melanjutkan sekolah s2 nya .
Insyaallah kak nadia ingin ikut karantina dari majlis dikti muhammadiyah yang diselenggatakan untuk 50 orang saja .

Semoga Allah kabulkan cita cita kaka
Love....

22 September, 2019

Ibu Navi oleh Muhammad Abduh Hisyam

JURNAL HARI INI
Ahad 22 September 2019

Pagi ini Ibu mengisi pengajian di PCM Karanggayam, tepatnya di desa Kajoran.  Letak desa itu cukup jauh dan naik ke arah pegunungan.  Ibu berangkat pukul 05:30 dengan mata berat  karena kurang tidur.  Semalam ibu baru pulang dari Sragen bersama para pimpinan Aisyiyah untuk mempelajari pendirian SD Aisyiyah di Kebumen.  Tentu Ibu masih belum cukup istirahat.  Ia agak flu, dan radang tenggorokan ya g ia derita sejak pekan lalu belum juga membaik. Kemarin Ibu berangkat ke Sragen pukul 3 dinihari.

Kegiatan ibu pagi ini seperti pengulangan pekan lalu, saat pagi-pagi Ibu harus menembus dingin melaju dengan sepeda motor menuju desa Tanggeran Sruweng untuk mengisi pengajian Ranting Aisyiyah di sana.  Ranting Aisyiyah Tanggeran belum lama berdiri, anggotanya belum terdata dengan baik.  Perlu banyak pembinaan untuk ranting yang masih baru dan lemah.  Maka Ibu merasa sayang jika tidak hadir di kegiatan Aisyiyah  Tanggeran walau badan tidak fit.   PCM Karanggayam setali tiga uang dengan PRA Tanggeran.  Masih butuh banyak pembinaan karena masih baru dan belum tertata dengan baik

Usai shalat subuh Ibu harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke Karnggayam, sehingga tidak ada waktu untuk minum teh bersama bapak dan kakak.  Jeruk lemon yang sudah bapak siapkan untuk Ibu lupa Ibu minum, padahal ibu sangat membutuhkannya agar tenggorokan terasa nyaman.

Jika hari Ahad bagi orang-orang adalah hari bersantai bersama keluarga, bagi kita hari Ahad justru hari sibuk karena banyak kegiatan dakwah diselenggrakan di hari itu.   Pekan lalu, saat Ibu berangkat ke Aisyiyah Tanggeran, bapak bersama Nadia dan Jasmine berangkat ke gedung PDM untuk mengikuti pengajian bersama ketua PWM.

Pukul 10:00 Ibu dan Jasmine dijemput pengurus Panti Asuhan Yatim Aisyiyah untuk melatih paduan suara di sana hingga pukul 13:00.  Usai kegiatan di Panti Asuhan Ibu berangkat ke acara arisan keluarga Bani Nasir.  Di sana Ibu juga berceramah tentang nilai-nilai keluarga.  Ibu satu-satunya mubaligh perempuan di keluarga Bani Nasir, jadi di setiap pertemuan Ibu hampir selalu ditunjuk menjadi penceramah.  Berceramah di hadapan orang banyak butuh persiapan matang dan mental kuat.  Stamina pun harus prima, karena berceramah itu melelahkan.

Usai dari arisan keluarga, Ibu masih menghadiri pengajian Aisyiyah Ranting Kedawung.  Di sana Ibu juga menyampaikan ceramah agama, karena ustazah yang bertugas berhalangan hadir.

Betapa padat kegiatan Ibu.  Apakah kegiatan-kegiatan itu mendatangkan keuntungan materi buat Ibu?  Sama sekali tidak.   Acapkali Ibu justru mengeluarkan biaya untuk infak dan untuk transport ke tempat-tempat kegiatan itu.  Namun Ibu selalu mengerjakannya dengan gembira, dan berusaha membuat jamaah pengajian juga gembira.  Itulah ihsan.  Ibu tidak berharap kepada siapa pun selain Allah.

Seperti saat harus melatih paduan suara anak-anak yatim, ibu membawa serta organ milik keluarga. Ibu pula yang diminta untuk mengarang lagu mars Panti Asuhan oleh pengurus PAY, karena mereka akan mengikuti lomba yang diadakan oleh PWA Jateng.  Jika harus dengan uang, sepertinya tidak cukup uang sepuluh juta untuk biaya semua kegiatan di Panti Asuhan itu.   Para musisi professional tentu akan mematok harga untuk mengarang lagu, untuk sewa alat musik, dan untukmelatih paduan suara.   Namun semua itu tidak pernah terlintas di benak Ibu.  Dan Ibu selalu melaksanakan tugas-tugas melelahkan itu dengan gembira dan tulus ikhlas.

Ibu memang hebat. Semoga ibu selalu sehat.

20 September, 2019

Jasmina go to Malaysia

Alhamdulillah, dengan izin Allah swt, Jasmina bisa berangkat ke Malaysia untuk mengikuti Pertukaran Pelajar /Program AIMS UAD dan Universitas MARA Malaysia.








21 Agustus, 2019

Wisuda, High heel , dan Sakit gigi

Di balik foto foto yang penuh dengan keceriaan, sebenarnya ada dua hal yang membuat senyumku tak sebebas biasanya.


Apa pasal?

Yang pertama, high heel yg aku pakai sungguh tidak nyaman.
Merknya cukup  keren, tapi  ukuran nya kebesaran, padahal nomerku 38.
Ditmabha high heelnya terlalu tinggi.

Sepatu paling nyaman bagi wanita memang yang trepes...lebih manusiawi.

Al hasil ketika berjalan sungguh sangat menyakitkan.



Kedua sakit gigi.
Qadarallah pas acara wisuda kakak, gigi ku sakit, dan meski sudah ku. Obati sakit tetap tak beranjak...al al hasil selama upacara wisuda aku menahan sakit gigi yang ruarbiasa dan sakit kaki karena high heel


Alhamdulillah ala kulli hal semua terbayar dengan predikat Cumlaude kaka, semoga kaka bisa terus belajar mencari ilmu, agar bisa menjadi pencerah bagi dunia...

Mencari ilmu untuk mencari ridha Allah swt.

20 Agustus, 2019

Alhamdulillah , kakak sudah Sarjana Filsafat UGM

Setelah menimba ilmu selama 4 tahun, akhirnya kakak berhasil menjadi sarjana Filsafat, UGM

Aku, Jasmin dan Eyang ikut menghadiri acara wisuda tersebut.

Suami , mas abduh tidak bisa hadir karena sedang menunaikan ibadah haji.

Satu pesan Ibu, luruskan niat mencari ilmu hanya untuk mencari ridho Allah.
Semoga dengan ilmu yang dimiliki, benar benar bisa menjadikan kita manusia bijaksana dan bemanfaat untuk sesama.


Jogja, 21 Agustus 2019

03 Agustus, 2019

Teka Teki Rizki



Beberapa hari  ini ada yang kirim pesan tanya genteng, dari beberapa nomer yg  mengirim whats app, ternyata tidak ada yang jadi beli.
Harganya gak cocok sepertinya. jangan baper kalo ada yg cuma tanya tanya.
Tanya tanya adalah hak konsumen.
Aku juga sering tanya tanya akhirnya gak jadi beli...hihi.Konsumen adalah raja.
Disitulah misteri rezeki.

Dari yang bertanya tanya kemarin, memang aku kasih harga standar mas sokka.
Harga 2000 untuk genteng mas sokka adalah wajar.
Ndilalah, waktu itu di pasaran harga sedang jatuh.
Aku memberi harga mungkin menurut mereka tinggi. sehingga ketika mereka melihat di toko toko ada yg murah mereka memilih yg murah.

Harga naik Ldi Pasaran  aku Naik.amalah kasih harga rendah.😁

Seminggu lalu ada lagi yang tanya genteng, dan tanpa cek harga pasar, akhirnya aku turunkan harga Genteng, eh...di pasaran malah sedang naik.
Si Pembeli cocok, jadilah jual beli tersebut.
Karena harga di pasaran sedang tinggi, dan aku menjual harga kurang bagus, untung yg aku dapatkan sedikit.
Alhamdulillah...yang penting dapat rejeki😍

Salah tulis nota

Ibu ku yg terbiasa menjual genteng, memberi masukan , harga kamu terlalu rendah, mestinya di jual 2000.
Tapi karena sdh terlanjur, ya sudahlah.
Ternyata aku memberi nota dengan hitungan yang salah. Dari perhitungan nota harusnya 7.200.000 tapi yg tertulis 7.800.000
Ada kelebihan 600.000
Si Pembelipun tidak koreksi. aku juga alpa.
Yang koreksi malah supir angkutan.
Akhirnya aku sampaikan bahwa ada kelebihan uang dari pembeli sejumlah 600.000

Bisa saja aku diam, toh si Pembeli tidak tahu, belum lagi si Pembeli kemarin masih menawar harga yang sudah rendah lagi.
Tapi hati tetap tak tenang jika kita tak jujur
Lalu aku sampaikan bahwa uang bapak masih ada di kami dan akan segera kami kembalikan lewat transfer bank.

Diskon angkutan.

Aku segera membayar sewa angkutan ke ibu. Jumlah 1.000.000
Tak disangka, kata Ibu , ini 200.000 untuk Yasmin.
Tadi pagi waktu akan takziah aku pinjam uang Yasmin, eh yasmin malah siangnya dapet rizki dari meminjami Ibunya 😆

Laba

Dari total penjualan, Alhamdulillah ada Laba 550.000.
Prediksiku, aku mendapat laba sekitar 1.000.000.
Tapi yang aku terima 550.000😍
Alhamdulilah ala kulli hal 😍


Masyaallah.
Jadi ingat ceramah Ust Abdul Somad tentang Rizki, bahwa Rizki itu sudah dijamin Allah.
Kita hanya diminta menggerakkan kail.
Hasilnya dapet berapa atau tidak dapat, atau lewat mana, itu terserah Allah.
Bisa saja saya jual genteng, rugi terus, tapi Allah kasih rizki dari arah lain.
Tapi yang pasti Allah sudah menjamin rejeki kita.Tinggal kita usaha dengan cara yang diridhai.

Carilah rizki  yg halal, jangan menipu, jujurlah dalam berniaga.

Salam...😍

Jabres, 2 Agustus 2019


30 Juli, 2019

Berbagi Lauk

BERBAGI LAUK



Jarwal Mekkah, 30 Juli 2019

Badan lelah dan perut terasa lapar setelah berjalan mencari tempat pembayaran “dam nusuk” di sekitar masjdil haram. Saat itu pukul 15:00.  Pakde mencari mat’am (warung makan) di depan masjid.  Pakde beli satu porsi nasi biryani dan  ayam panggang. Pakde menyantap makanan di trotoar di depan warung makan.  Banyak orang duduk-duduk lesehan minum teh dan makan  di trotoar gedung hotel dan pertokoan di sekitar masjdil haram.  Di dekat tempat pakde duduk ada sisa makanan sekotak nasi yang ditinggalkan.

Saat sedang menyantap makanan, tiba-tiba datang seeorang mengambil  nasi yang teronggok di dekat tempat pakde.  Pakde kaget melihat seseorang memungut nasi berstatus sampah itu dan memakannya.  Pakde memandangnya.  Orang itu laki-laki berwajah Pakistan.  Cukup tampan. Bermata cokelat dan berjenggot.  Masih muda. Ia menunjukkan isyarat  sedang lapar.  Pakde memakluminya dan melanjutkan    makan.  Ia  mungkin tidak punya uang untuk membeli makanan.

Saat sedang menyantap makanan pakde sadar lelaki Pakistan itu  makan nasi tanpa lauk.  Pakde tawarkan ayam panggang  milikpakde dan ia dengan ragu-ragu menerimanya.  Ayam itu ia pegang dan ia tarik  sehingga terbagi dua. Kami makan dengan lahap hingga azan ashar terdengar.  Pakde tawarkan tawarkan air kepadanya dan ia menolak, karena air banyak diperoleh di masjdil haram

Pakde bersyukur mampu membeli makanan layak, tanpa harus memungut dari tempat pembuangan.  Dan lebih bersyukur lagi  karena mampu menolong orang yang kelaparan.***

22 Juli, 2019

Resep Kue Kering Coklat Recomended




Resep diatas , resep kue kering coklat  enak dari Ci S anaknya yg punya .

toko wangis wangi.Aku simpen di blog biar gak hilang.
Pas kemarin aku belanja bahan kue, tiba tiba si cik siapa gitu mendekat padaku.
Lalu dia cerita habis praktek bikin kue dan rasanya enak banget, dia kasih aku kue yang dia bikin.emang enak.
Rasanya renyah dan gak terlalu manis.
Kebetulan seleraku pas banget dengan si cik yg punya toko  kue.

Coba aja deh...recomended banget resepnya 😆

21 Juli, 2019

Jangan putuskan Silaturahim

Sutu hari suamiku membaca Sebuah Kitab Irsyadul Ibad dengan kisah kisah yg indah, salah satu ceritanya adalah seperti yang saya ambil dari web ini diceritakan
Www.Bagikanlahteman.com
Terimakasih sudah manshera kisah menarik tentang silaturahmi ini.


 Diceritakan dalam kitab Irsyadul Ibad bahwa:

Seorang pria yang kaya menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Sesampainya di Mekah ia menitipkan uangnya sebesar 1000 dinar pada seorang yang terkenal bisa dipercaya dan shalih sampai selesai wuquf di Arafah.

Saat ia sudah merampungkan wuquf, ia kembali pada Mekah serta merasakan orang yang dititipinya sudah wafat. Ia bertanya tentang uangnya pada keluarganya. Nyatanya tidak seseorang juga dari anggota keluarganya yang tahu. Orang itu juga menyampaikan masalahnya pada beberapa Ulama Mekah.

Mereka berkata: "Jika separuh malam sudah berlalu, mendekatlah ke sumur Zam zam, lihatlah, serta panggil namanya. Bila ia termasuk juga penghuni surga pasti ia bakal menjawab panggilanmu pada kali pertama."

Jadi orang itu ikuti saran mereka mendatangi sumur Zamzam serta memanggilnya. Tetapi tidak ada jawaban.

Karena itu ia kembali pada mereka, menceritakannya. Mereka berkata, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Kami cemas bebrapa janganlah temanmu itu termasuk juga penghuni neraka. Pergilah ke tanah Yaman, di sana ada satu sumur yang bernama sumur Barohut. Tuturnya sumur itu ada di pinggir jahannam. Lihatlah di saat malam, serta panggilah temanmu. Bila ia termasuk juga penghuni neraka, pasti ia akan menjawab panggilanmu. Jadi orang itu juga pergi ke Yaman serta ajukan pertanyaan mengenai sumur itu.

Seorang menunjukkannya serta juga mendatanginya pada malam hari. Ia melihat ke dalamnya serta berseru: "Hai Fulan!". Ternyata ada jawaban.

Ia ajukan pertanyaan, "Di mana duit emasku?".
Ada Jawaban : " Saya tanam dibagian " ini-ini " dalam rumahku. Saya memanglah belum memberitahukannya pada anakku. Galilah tentu anda memperolehnya. "

Ia ajukan pertanyaan : " Apa yang menyebabkanmu ada di sini padahal menurut prasangka kami, anda yaitu seseorang yang baik. "

Ada jawaban : " Saya memiliki seseorang saudara wanita yang fakir. Saya menjauhinya serta tidak menyimpan belas kasihan padanya. Jadi Allah menghukumku serta merendahkan kedudukanku seperti ini. "

Hal ini sesuai sama sabda Nabi saw dalam hadits yang shahih, "Akan tidak masuk surga orang yang memutus ikatan r4h1m." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (5984), Muslim (2556), Abu Dawud (1696), serta At-Tirmidzi ( 1909) dari Jabir bin Muth'im).


Tujuannya memutuskan ikatan r4h1m seperti saudara perempuan, bibi, keponakan, serta yang lain dari pada kerabat

Hadits tentang sumur Barohut:

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Thnx ab'n n'hma Allah Abbas, mengatakan: Rasulullah dan damai ly'h: khy'r ibu Ali vj'h alar'z ibu zm'zm


makanan huhusay de alt sedang vshfa 'de alsq'm, ibu berpihak Ali vj'h alar'z ibu bvady brhvt bqyh hz'rmv't krj'l al'jrad de al'hvam ys'bh ytdfq kelahiran C La Bilal bangkrut.

Artinya: Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

 " Sebaik baik Air yang ada di muka Bumi yaitu AIR ZAM-ZAM, karena air itu (seperti) makanan yang bisa mengenyangkan, serta air itu dapat mengobati beragam penyakit. Serta seburuk-buruknya air yang ada di muka bumi yaitu AIR YANG BERADA di Sumur LEMBAH BAROHUT, letak sumur ini di lokasi Hadhramaut, seperti kaki belalang (yang tunjukkan sumur itu begitu dalam), Setiap pagi air di sumur itu Naik keatas, serta Setiap sore di sumur itu airnya kering karena airnya turun lagi kedasar sumur ".

 (Shahih, HR Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir (11004, 11167) serta dalam Mu'jam Al-Ausat (3912, 8129), di shahihkan oleh ibnu Hibban, Tabrani, serta Al-Haitsami)

06 Juli, 2019

Sari Roti, Jokowi dan Martini



Hari  Kamis, adalah jadwal piket ku  sebagai dewan pengawasP Sruweng, setiap piket , aku berkililing bangsal menemui orang sakit, aku memang ingin menjenguk mereka, sambil melihat apa ada pelayanan yg kurang memuaskan.

Aku berkeiling di Bangsal baru Al Maun.

Semua pasien aku doakan dengan doa nabi Muhammad jika menjenguk orang sakit.

Jumlah pasien di bangsal Al Maun ada sekitar  20 orang yang aku jenguk dan aku doakan.

Salah satu pasien  nya kebetulan memakai kaos Jokowi Maruf.

Meski berbeda pilihan politik, aku tetap mendoakan si Bapak berkaos Jokowi agar segera sehat😀.

Sehari berselang, di Hari jumat, ketika aku shalat Dhuha, ada yang mengetuk pintu dengan keras..mengucap salam berkali kali, tapi karena aku sedang shalat, aku hanya mengucapak allahu akbar dengan keras agar sang tamu mengerti, bahwa si Tuan rumah sedang shalat.

Ternyata si tamu tetap tak mendengar...dan terus mengetuk pintunya .

Aku menuju ruang tamu, oh Ternyata Martini...sudah lama tak bertemu dengan nya.

Sekarang dia memiliki  duaa  dan menjadi sales Sari Roti.

Jleb....
Ada pengalaman buruk dengan sari roti.
Aku adalah peserta aksi damai  212  ygikut mendemo ahok karena dia menistakan surat al maidah 51.

Waktu peristiwa 212, ada seorang donatur menginfaqkan gerobak sari roti untuk peserta demo.

Ternyata Perusahaan sari roti tidak berkenan, bahkan menilis pengumuman di media massa, bahwa perusahaannya tidak terkait dg demo 212.

Perusahaan sari roti takut dibilang intoleran radikal kali ya...hihi.


Tokoku yg sempat menjual sari roti pun aku stop.

Martini, aku sebenarnya ingin membantumu, tapi aku punya pengalaman buruk dg roti ini.

Akhirnya dengan sangat terpaksa aku beli juga, untuk membantu Martini
Dan roti itupun aku berikan kepada karyawan ibu.


Jangan putuskan Silaturahim!!!




7 juli 2019
Alhamdulillah, ahad pagi yang cerah.
Pagi ini kita berempat menuju Masjid Al Kautsar Logede Pejagoan.

Kebetulan masjid ini adalah wakaf dari om saya.Haji Sunaryo, beliau pernah menjadi Ketua PD Muhammadiyah tahun 1998.

Pagi ini yang mengisi ceramah adalah suamiku.

Beliau mengisi tentang Muammalah.

Intinya Kita umat islam masih harus berbenah dalam hal muammalah. Umat islam tertinggal jauh.

Penemuan ilmu Pengetahuan banyak di  temukan di kalangan non muslim.

Thomas Alfa Edison yg menemukan listrik


Padahal dulu islam islam pernah berjaya , banyak ilmuwan dari kalangan islam, Aljabar,  Ibnu Sina, Ibnu Batuta dll.


Di akhir ceramah ada cerita menarik dari sebuah Kitab Irsyadul Ibad.

Kisah tentang seorang,  yang akan pergi Haji, dan menitipkan barangnya kepada seseorang yg nernama Fulan.


Ketika dia haji, dia mendengar bahwa si Fulan yg dititipi harta meninggal.

Setelah haji, dia segera menuju keluarga si Fulan, dan keluarganya pun tidak ada yg tahu.

Akhirnya si bapak ini menemui seorang ama Mekah. Laludia menceritakan kejadian nya.

Sang ulama menasehati, coba kau datang ke sumur zam zam, panggil dia, dia org yg amanah, kemungkinan dia masuk surga.


Ketika dia ke sumur zam zam dan memanggil si fulan, ternyata tak ada jawaban.

Si Bapak ini akhirnya menemeui ulama.tersebut dan sang ulama pun mengucap inna lillahi wa inna ilaihi rojiun
Lalu menasehati si Bapak, agar pergi ke sumur Berahout.

Sumur ini tersambung dengan neraka jahanam. Jangan2 si Fulan disana.


Si Bapak ini pun mencari sumur Berahot dan memangil si Fulan

" Fulan..apa kamu disana"

Lalu ada suara menjawab.Ya...aku disini

Si Bapak pun kaget, dan menanyakan dimana harta jya disimpan.

Akhirnya si Fulan menjawab, hartamu aku simpan di dadalam tanah di dekat rumahku..ambillah, katanya.

Si Bapak lalu bertanya, kenapa kamu berada si tempat buruk ini? Bukan kah kaku orang yg dapat dipercaya?

Si Fulan menjawab ," aku orang yg amanah,  yg membuatku masuk ke neraka ini karena aku memiliki saudara perempuan yg miskij, dan aku tak pernah berbuat baik padanya, aku memutuskan silaturahim dengan nya."


La tadkhul jannah qathiun.

Tidak akan masuk surga seorang pemutus

Yakni pemutus silaturahim.

Begitulah kisah Silaturahmi semoga menjadi pelajaran untuk kita...



Dalam bermuamalah, tak lepas dari silatirahmi...jadi disambung2 kan saja cerita diatas ya...😊







29 Juni, 2019

Pertemuan Di Stasiun Purwokerto








Kereta api adalah transportasi favorit keluarga kami.
Cepat, terjangkau dan nyaman.
Mestinya Pemerintah lebih banyak menambah jumlah kereta untuk masayarakat.
Menurut saya, sekarang masih kurang.
Dengan naik kereta, kemacetan dan kecelakaan di jalan insyaallah akan bisa diminimalisir.

Di Kereta, kita bisa berjumpa dengan orang lain, bersosialisasi. Bandingkan dengan naik mobil pribadi .
Yang ditemui ya orang di kenal saja.


Gambar diatas adalah gambar Keluarga ku, yang sedang mengadakan perjalanan dari Tegal ke Purwokerto, Jasmine dan Suami akan menuju kebumen, menggunakan kereta Joglosemarkerto.

Kereta Joglosemarkerto yang siang tidak ada yang sampai kebumen, hanya berhenti di Purwokerto. Selanjutnya memakai Kereta Bengawan. itupun kalo masih.
Kalo habis, ya terpaksa naik bus.
Naik bus, kurang nyaman, serimg macet.
Semoga Pemerintah bisa mengantisipasi ini.
Ayo genjot infrastuktur kereta...
Jangan Tol aja...🤣


Ternyata di Stasiun mereka bertemu dengan Nadia, si sulung, yg akan ke Tegal dari Yogyakarta.

Pertemuan yang tidak di sengaja....

Kalo berbicara Pertemuan, dua cerita yang selalu ku ingat.

Novel Andrea Hirata dan Cerita Hamka.
Di Novel Andrea Hirata, dia menulis, Pertemuan adalah rahasia Tuhan.
Dengan siapa kita bertemu, itu adalah sebiah rahasia Tuhan.

Begini tulisan Andrea di Novel nya:
Dulu, guru mengajiku pernah mengajarkan, bahwa pertemuan dengan seseorang mengandung rahasia Tuhan. Maka, pertemuan sesungguhnya adalah nasib. [….] Begitu banyak hidup orang berubah lantaran sebuah pertemuan. Disebabkan hal itu, umat Islam disarankan untuk melihat banyak tempat dan bertemu dengan banyak orang agar nasibnya berubah.”



Sedang, Hamka menulis, Kita hanya akan ditemukan dengan apa apa yg kita cari.

Mau ke mekah Pun jika yangbkau cari kemaksiatan...akan ada...

Ke Amerika , jika yang kau cari kebaikan, juga ada.

Itu adalah jawaban Buya Hamka kepada yg bertanya, atau meyindir bahwa Di Mekah ada pelacur.


Yuk kita mencari kebaikan dimanpun, insyaallah kita akan ditemukan dengan yang baik baik 😍.

Al ankabut 69

"Barang siapa berjuang mencapai keridhaan Kami, Kami akan tunjukkan jalan untuk menggapainya.
Sungguh, Allah benar benar bersama orang yg berbuat kebaikan"


Sadaqallah al al adzim

06 Januari, 2019

Bukti Ketinggian Ilmu Ali Bin Abi Thalib dari Copi paste dari Blog oediku.wordpress

Bukti Ketinggian Ilmu Ali bin Abi Thalib RA (“Pintunya Ilmu”)

Iklan
Saudaraku sekalian, dalam kesempatan kali ini saya akan mengajak Anda untuk kembali mengulik sejarah orang-orang shalih terdahulu. Ini bertujuan agar kita bisa mengambil banyak pelajaran dan ilmunya. Dan untuk pembahasan kali ini, maka kita akan lebih jauh mengenali sosok Imam Ali bin Abi Thalib RA. Seorang sahabat terdekat sekaligus menantu Rasulullah Muhammad SAW. Tentang betapa luas dan tingginya ilmu yang beliau miliki. Juga mengenai kecerdasan dan daya ingatnya terhadap informasi dan pengetahuan dari Rasulullah SAW dan tentunya Allah SWT.
Nah, untuk mempersingkat waktu, mari ikuti penelurusan berikut ini:
Di kala Umar bin Khaththab RA memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: “Hai Khalifah Umar, Anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada Anda. Jika Anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.”
“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar RA.
“Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?”
Khalifah Umar RA menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”
Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!”
Salman Al-Farisi RA yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”
Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib RA. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abul Hasan, selamatkanlah agama Islam!”
Imam Ali RA bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”
Salman RA kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar RA, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib RA datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abul Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”
Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib RA herkata: “Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah SAW. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”
Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib RA berkata: “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!”
“Ya baik!” jawab mereka.
“Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali bin Abi Thalib RA.
Mereka mulai bertanya: “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”
Jawab Imam Ali RA: “Induk kunci itu ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!”
Para pendeta Yahudi bertanya lagi: “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”
Ali bin Abi Thalib RA menjawab: “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!”
Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: “Orang itu benar juga!” Mereka bertanya lebih lanjut: “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!”
“Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus AS putera Matta. Nabi Yunus AS dibawa keliling ketujuh samudera!” jawab Ali bin Abi Thalib RA.
Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”
Ali bin Abi Thalib RA menjawab: “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!”
Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!”
Ali bin Abi Thalib menjawab: “Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).”
Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali RA lalu mengatakan: “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”
Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda.”
“Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan,” sahut Imam Ali RA.
“Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?” Tanya pendeta tadi.
Ali bin Ali Thalib RA menjawab: “Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu.”
Pendeta Yahudi itu menyahut: “Aku sudah banyak mendengar tentang Qur’an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!”
Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata: “Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasulullah SAW kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana.”
Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!”
Ali bin Abi Thalib menerangkan: “Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (sekitar 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala.”
Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?”
“Hai saudara Yahudi,” kata Imam Ali menerangkan, “mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri.”
Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: “Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!”
Menanggapi hal itu, Imam Ali RA menjawab: “Kekasihku Muhammad Rasulullah SAW menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.
Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.
Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.
Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai “tuhan” dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah SWT.
Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah SWT.
Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan – seorang cerdas yang bernama Tamlikha – memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: “Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.”
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: “Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?”
“Teman-teman,” sahut Tamlikha, “hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.”
Teman-temannya mengejar: “Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?”
“Sudah lama aku memikirkan soal langit,” ujar Tamlikha menjelaskan. “Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: ‘siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?’ Kemudian kupikirkan juga bumi ini: ‘Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?’ Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: ‘Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius’…”
Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: “Hai
Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!”
“Saudara-saudara,” jawab Tamlikha, “baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!”
“Kami setuju dengan pendapatmu,” sahut teman-temannya.
Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.
Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: “Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar.”
Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu. Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: “Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?”
“Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,” sahut penggembala itu. “Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!”
“Ah…, susahnya orang ini,” jawab mereka. “Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?”
“Ya,” jawab penggembala itu.
Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: “Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.”
Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.”
Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: “Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?”
“Hai saudara Yahudi,” kata Ali bin Abi Thalib RA memberitahukan, “kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.
Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali: “Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah SWT.”
Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua.”
Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: “Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!”
Imam Ali RA menjelaskan: “Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!”
Ali bin Abi Thalib RA meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah SWT mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.
Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.
Kepada para pengikutnya ia berkata: “Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!”
Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: “Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu.”
Dalam guha tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun. Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: “Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!”
Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah SWT membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: “Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi.”
Tamlikha kemudian berkata: “Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!”
Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.”
Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: “Kusangka aku ini masih tidur!” Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: “Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?”
“Aphesus,” sahut penjual roti itu.
“Siapakah nama raja kalian?” tanya Tamlikha lagi. “Abdurrahman,” jawab penjual roti.
“Kalau yang kau katakan itu benar,” kata Tamlikha, “urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!”
Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.
Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib RA: “Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!”
Imam Ali RA menerangkan: “Kekasihku Muhammad Rasulullah SAW menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!”
Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: “Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!”
“Aku tidak menemukan harta karun,” sangkal Tamlikha. “Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!”
Penjual roti itu marah. Lalu berkata: “Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?”
Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: “Bagaimana cerita tentang orang ini?”
“Dia menemukan harta karun,” jawab orang-orang yang membawanya.
Kepada Tamlikha, raja berkata: “Engkau tak perlu takut! Nabi Isa AS memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat.”
Tamlikha menjawab: “Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!”
Raja bertanya sambil keheran-heranan: “Engkau penduduk kota ini?”
“Ya. Benar,” sahut Tamlikha.
“Adakah orang yang kau kenal?” tanya raja lagi.
“Ya, ada,” jawab Tamlikha.
“Coba sebutkan siapa namanya,” perintah raja.
Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: “Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?”
“Ya, tuanku,” jawab Tamlikha. “Utuslah seorang menyertai aku!”
Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: “Inilah rumahku!”
Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: “Kalian ada perlu apa?”
Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: “Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!”
Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: “Siapa namamu?”
“Aku Tamlikha anak Filistin!”
Orang tua itu lalu berkata: “Coba ulangi lagi!”
Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: “Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka.” Kemudian diteruskannya dengan suara haru: “Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!”
Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: “Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?”
Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.
“Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua,” demikian Imam Ali RA melanjutkan ceritanya.
Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: “Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!”
Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: “Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!”
Tamlikha menukas: “Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?”
“Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,” jawab mereka.
“Tidak!” sangkal Tamlikha. “Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!”
Teman-teman Tamlikha menyahut: “Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?”
“Lantas apa yang kalian inginkan?” Tamlikha balik bertanya.
“Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,” jawab mereka.
Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: “Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!”
Allah SWT mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah SWT melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah SWT Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.
Foto: Gua Ashabul Kahfi
Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu.”
Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu.”
Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah SWT berfirman:
“Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa Saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, “Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka.” Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, “Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid.”
Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: “Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?”
Pendeta Yahudi itu menjawab: “Ya Abul Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!”
*****
Subhanallah… betapa tak terbayangkan jika diri ini bisa berhadapan langsung dengan Imam Ali RA dan bisa langsung belajar tentang banyak ilmu kepadanya. Membaca kisah di atas saja sudah cukup menjelaskan bahwa beliau ini adalah benar sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yaitu sebagai “Pintunya ilmu”. Terlebih beliau sendiri di ajari langsung oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW tentang beragam ilmu dan pengetahuan, selain hidayah yang di dapatkan dari Allah SWT. Sehingga bisa dikatakan bahwa beliau ini adalah cendikiawan Muslim yang pertama.
Jâbir bin Abdillah berkata: “Pada peristiwa Hudaibiyah, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda sambil memegang tangan Ali RA: “Orang ini adalah pemimpin orang-orang saleh, pembasmi orang-orang zalim, akan ditolong siapa yang membelanya, dan akan terhina siapa yang menghinanya.’ Lalunya mengeraskan suaranya: “Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasuki rumah, hendaklah ia masuk melalui pintunya”
“Engkau (Ali RA) adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darimu” (HR. Al-Bukhari).
Semoga dengan kisah ini, maka sebagai seorang Muslim kita lebih termotivasi untuk terus mengkaji beragam ilmu yang terbentang luas di jagat raya ini dan tidak pula melupakan kenangan sejarah kemuliaan dari generasi shalih terdahulu.
Yogyakarta, 22 Februari 2012
Mashudi Antoro (Oedi`)
[Disadur dari kitab: Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, karya: As-Sayyid Murtadha Al-Huseiniy Al-Faruz Aabaad]