22 September, 2019

Ibu Navi oleh Muhammad Abduh Hisyam

JURNAL HARI INI
Ahad 22 September 2019

Pagi ini Ibu mengisi pengajian di PCM Karanggayam, tepatnya di desa Kajoran.  Letak desa itu cukup jauh dan naik ke arah pegunungan.  Ibu berangkat pukul 05:30 dengan mata berat  karena kurang tidur.  Semalam ibu baru pulang dari Sragen bersama para pimpinan Aisyiyah untuk mempelajari pendirian SD Aisyiyah di Kebumen.  Tentu Ibu masih belum cukup istirahat.  Ia agak flu, dan radang tenggorokan ya g ia derita sejak pekan lalu belum juga membaik. Kemarin Ibu berangkat ke Sragen pukul 3 dinihari.

Kegiatan ibu pagi ini seperti pengulangan pekan lalu, saat pagi-pagi Ibu harus menembus dingin melaju dengan sepeda motor menuju desa Tanggeran Sruweng untuk mengisi pengajian Ranting Aisyiyah di sana.  Ranting Aisyiyah Tanggeran belum lama berdiri, anggotanya belum terdata dengan baik.  Perlu banyak pembinaan untuk ranting yang masih baru dan lemah.  Maka Ibu merasa sayang jika tidak hadir di kegiatan Aisyiyah  Tanggeran walau badan tidak fit.   PCM Karanggayam setali tiga uang dengan PRA Tanggeran.  Masih butuh banyak pembinaan karena masih baru dan belum tertata dengan baik

Usai shalat subuh Ibu harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke Karnggayam, sehingga tidak ada waktu untuk minum teh bersama bapak dan kakak.  Jeruk lemon yang sudah bapak siapkan untuk Ibu lupa Ibu minum, padahal ibu sangat membutuhkannya agar tenggorokan terasa nyaman.

Jika hari Ahad bagi orang-orang adalah hari bersantai bersama keluarga, bagi kita hari Ahad justru hari sibuk karena banyak kegiatan dakwah diselenggrakan di hari itu.   Pekan lalu, saat Ibu berangkat ke Aisyiyah Tanggeran, bapak bersama Nadia dan Jasmine berangkat ke gedung PDM untuk mengikuti pengajian bersama ketua PWM.

Pukul 10:00 Ibu dan Jasmine dijemput pengurus Panti Asuhan Yatim Aisyiyah untuk melatih paduan suara di sana hingga pukul 13:00.  Usai kegiatan di Panti Asuhan Ibu berangkat ke acara arisan keluarga Bani Nasir.  Di sana Ibu juga berceramah tentang nilai-nilai keluarga.  Ibu satu-satunya mubaligh perempuan di keluarga Bani Nasir, jadi di setiap pertemuan Ibu hampir selalu ditunjuk menjadi penceramah.  Berceramah di hadapan orang banyak butuh persiapan matang dan mental kuat.  Stamina pun harus prima, karena berceramah itu melelahkan.

Usai dari arisan keluarga, Ibu masih menghadiri pengajian Aisyiyah Ranting Kedawung.  Di sana Ibu juga menyampaikan ceramah agama, karena ustazah yang bertugas berhalangan hadir.

Betapa padat kegiatan Ibu.  Apakah kegiatan-kegiatan itu mendatangkan keuntungan materi buat Ibu?  Sama sekali tidak.   Acapkali Ibu justru mengeluarkan biaya untuk infak dan untuk transport ke tempat-tempat kegiatan itu.  Namun Ibu selalu mengerjakannya dengan gembira, dan berusaha membuat jamaah pengajian juga gembira.  Itulah ihsan.  Ibu tidak berharap kepada siapa pun selain Allah.

Seperti saat harus melatih paduan suara anak-anak yatim, ibu membawa serta organ milik keluarga. Ibu pula yang diminta untuk mengarang lagu mars Panti Asuhan oleh pengurus PAY, karena mereka akan mengikuti lomba yang diadakan oleh PWA Jateng.  Jika harus dengan uang, sepertinya tidak cukup uang sepuluh juta untuk biaya semua kegiatan di Panti Asuhan itu.   Para musisi professional tentu akan mematok harga untuk mengarang lagu, untuk sewa alat musik, dan untukmelatih paduan suara.   Namun semua itu tidak pernah terlintas di benak Ibu.  Dan Ibu selalu melaksanakan tugas-tugas melelahkan itu dengan gembira dan tulus ikhlas.

Ibu memang hebat. Semoga ibu selalu sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar