24 Februari, 2016

Kenapa Gonawan tak mengarahkan putrinya???

Tak senagaja aku membuka website SGRC UI . 
Ya, itu adalah komunitas LGBT di kampus UI.
Salah seorang yang sudah melela (membuka diri bahwa dia LGBT) adalah Putri Gunawan Mohammad,  Paramitha MOhammad, pendiri Tempo yang terkenal bijak ditulisan tulisan nya.

Kejujuran Paramitha bahwa dia berbeda ketika masuk semester 3, entah kenapa awalnya, aku juga tak bisa menjustifikasi apa karena salah asuh, atau apa, atau keluarganya memang membebaskan dia berlaku apa saja yang penting tidak merugikan dia dan orang lain.

Dari pendapat ayahnya Gunawan Mohammad, sepertinya keluarga itu cukup liberal. Apapun yang di inginkan anaknya sang ortu membebaskan nya. begitu pun pada pilihan orientasi  sexual Mitha.

Meskipun membebaskan, Mitha pun mengungkapkan nya pada sang Bapak, bahwa di berbeda, sembari dia menyampaikan kekecewaan bahwa dia menemukaa surat cinta sang perempuan untuk Gunawan, yang dibela Gunawan bahwa itu dari seorang wanita amerika yang tak ada hubungan dengan dia.

Wallahu a'lam, yang tahu hanya Gunawan Mohammad dan Allah.

Ada beberapa tulisan yang menggambarkan, jika bertemu dalam keluarga jarang mengungkapkan secara emosi.




Padahal, mereka keluarga sastrawan besar, yang aku kira sungguh penuh dengan kebahagiaan dengan cara menunjukan emosi ke anak anak.Seperti menanyakan bagaimana harimu hari ini?



Gunawan Mohammad bukan orangtua kebanyakan 

Dan dari yang disampaikan Gunawan kepada putrinya, mereka menunjukan sikap datar, tak kecewa atau kecewa hanya mereka yang tahu, karena mungkin menganggap ini normal. Jadi disini, memang Gunawan tak berusaha menyembuhkan putrinya. Orientasi seksual Mitha normal menurut Gunawan dan istrinya.


Lain dengan jutaan orangtua diluar sana yang ingin  putra atau putrinya sembuh, itulah peran orangtua, ketika putrinya salah jalan, karena menurutkan hawa  nafsunya yang mungkin dikira cinta sejatinya, disitulah kita berdiri menemaninya untuk kembali lurus, bukan terus menerus menjerumuskan nya atas nama cinta, karena mencoba  menerima apa adanya.

Yang dialami mitha masih bisa diubah, Mitha harus bisa diajak kembali untuk kembali ke fitrahnya sebagai wanita sejati, yang bisa memiliki suami yang mencintai dia apa adanya dan kelak memiliki putra dan putri sebagai sumber kebahagiaan.Dan yang pasti ini adalah jalan yang di ridhai Nya

Disitulah titik perbedaan nya...Orang2 yang masih memegang  nilai nilai agama, pasti akan merasa resah jika putrinya mengalami kelaianan seksual/orientasi seksual, dan pasti akan berusaha meluruskan nya mengembalikan ke fitrah. Tapi akan sia sia kita bicara jika orang tersebut sudah tidak punya pegangan agama.

Ya sia sia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar