12 Juni, 2020

Kultum Subuh
12/6/2020
Navi Agustina

*Keutamaan Sifat Tawadhu*

Allah SWT berfirman, *Dan berendah hati lah (tawadhu) kamu terhadap orang-orang yang beriman,"*
(QS 15: 88).

Dalam Ihya' Ulumuddin, diriwayatkan bahwa suatu ketika Yunus bin 'Ubaid, Ayyub As-Sakhtiani dan al-Hasan al- Basri mendiskusikan arti tawadhu.
Hasan berkata, "Tahukah kamu apa itu tawadhu? Tawadhu ialah saat kamu keluar dari rumah dan menjumpai seorang Muslim lalu kamu melihat bahwa orang tersebut memiliki kelebihan daripada dirimu sendiri."

Manfaat Sifat Tawadhu
1. Mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.
2. Menjadikan adil, disayangi orang2 di bumi

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ /rendah hati , melainkan Allah akan meninggikannya.”
 (HR. Muslim no. 2588).

 Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat.

Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia.

Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)

Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi.
 Nabi Musa ‘  membantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta.

Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya dalam Al quran

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”
(QS. Maryam: 32).

 Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’, mereka menjadi mulia di _dunia dan di akhirat_

Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita. Beliau  pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.”
 (HR. Muslim no. 2865).

Nabi Muhammad.saw sendiri suka memberi salam pada anak anak kecil juga kepada para hamba sahaya, dan menyapa mereka.
Nabi Muhammad juga tidak sungkan untuk membantu pekerjaan istrinya, memperbaiki sepatu, manjahit ,.mengangkut air dll.

Pernah seorang sahabat ketika shalat dan membaca samiallahu liman hamidah rabbana wa lakal hamdu si sahabat berdoa hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiihi

Lalu Nabi menyanpaikan kan bahwa ketika dia berdoa dg lafal tersebut para Malaikat mengerumuninya.

Disini Nabi menyampaikan kebenaran meski itu datang dari orang yg ilmunya di bawah Nabi. itulah sifat Tawadhu

Para Nabi adalah orang orang yang dekat dengan orang miskin.
Ketika Raja Heraklius menanyakan kepada Abu Sufyan bagaimana sifat Nabi, Abu Sufyan menjawab, Nabi menyuruh shalat lima waktu, membayar zakat, silaturahmi dan Nabi dekat dengan orang miskin.

Begitu mendengar jawaban Abu Sufyan Heraklius menjawab...
Berarti memang Muhammad adalah sorang Nabi.

Lawan sifat tawadhu adalah sombong.
Sombong adalah tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan manusia.
Firaun, Namrud , Qarun, adalah orang orang yg sombong karena _menolak kebenaran dan meremehkan manusia_ .Mereka meremehkan peringatan para Nabi, bahkan para Nabi dimusuhi.

Nasehat bagus dari beliau Sufyan bin ‘Uyainah yang mengatakan
_“Siapa yang maksiatnya karena syahwat_  maka taubat akan membebaskan dirinya.
Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya.

 Namun, jika siapa yang _maksiatnya karena sifat sombong_
(lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya.
Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

*Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu. (HR. Muslim)*

Kultum 12/6/2020
Sumber : Kitab Riyadushalihin
Republika
Muslim or id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar