05 Januari, 2023

PENGALAMAN GURU SHADOW DI SD MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

 


 

 

Navi Agustina1, Daliman2

 

1Magister  Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

2Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

navi140875@yahoo.com

 

 

Abstrak

.

“….lebih bersyukur ternyata ujian yang Allah berikan kepada kita ini belum ada apa-apanya.  bahwa ternyata bekerja didunia Disabilitas butuh kesabaran, kesadaran dan keikhlasan. Pastinya jadi lebih respect terhadap orang – orang dengan disabilitas maupun dengan keluarganya” itulah salah satu  ungkapan Guru setelah  beberapa bulan menjadi Guru Shadow.Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga negara, termasuk didalamnya adalah Anak anak dengan disabilitas.Penelitian Kualitatif ini dilakukan di salah satu Sekolah Inklusi di Kebumen yaitu  SD Muhammadiyah Karanganyar Kebumen. Sekolah Inklusi disini baru memiliki 4 Guru Shadow sebagai Guru Pendamping Siswa Berkebutuhan, Beberapa temuan yang berhasil diungkap dalam penelitian ini, Peneliti  membagi menjadi  5    Tema  dan 13 sub tema sebagai berikut :

1.       Persepsi Pada Guru Shadow :Perubahan Persepi pada Profesi  Guru Shadow dari awal yang kurang respek menjadi lebih bersykur,Memiliki Pandangan Bahwa Menjadi Guru Shadow harus memiliki sifat sabar, ikhlas, telaten dan penuh kasih sayang,

2.       Makna menjadi Guru Shadow :Menjadi Guru Shadow menumbuhkan rasa Syukur, Merasa Bahagia Ketika siswa memahami apa yang diajarkan, Ingin menjadi sesuatu yang bermakna ,

3.       Pendampingan kepada Siswa ABK : Meyakini bahwa  Refreshing dan memberi Reward mampu meningkatkan semangat siswa,Meyakini Mengatasi anak Tantrum dengan dibawa ke ruangan yang tenang, Meyakini Pendampingan satu persatu yang paling efektif dalam Proses Pembelajaran, Meyakini bahwa dengan memberi pemahaman dan bersosialisasi dengan siswa regular akan menumbuhkan rasa empati pada ABK, Meyakini bahwa Ketegasan sebagai cara efektif dalam menerapkan Kedisiplinan, Meyakini bahwa kerjasama dengan Orangtua sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa,

4.       Coping Stress : Guru Mengurangi rasa jenuh dengan  banyak bersyukur, berpikir positif, me time, dan rekreasi

5.       Harapan : Harapan pada ABK semoga kelas menjadi manusia berguna, kepada Pemerintah agar lebih peduli  dan perhatian  terutama pada peningkatan sumberdaya dan fasilitas bagi Pendidikan inklusi.

 

 

Kata kunci: Guru Shadow, Pendidikan Inklusi, Pengalaman

 

Abstract

 

"...More grateful that this test that God has given us has not been anything. that it turns out that working in the world of disabilities requires patience, awareness and sincerity. Surely there will be more respect for people with disabilities and with their families” is one of Teacher's words after several months as a Shadow Teacher. Education is a right for all citizens, including children with disabilities. This qualitative research was conducted in one school. Inclusion in Kebumen is SD Muhammadiyah Karanganyar Kebumen. The Inclusive Schools here only have 4 Shadow Teachers as Companion Teachers for Students with Need. Some of the findings that were successfully revealed in this study, the researchers divided them into 5 themes and 13 sub-themes as follows:

1. Perception on the Shadow Guru: Changes in the perception of the Shadow Teacher Profession from the beginning of being less respectful to being more grateful, Having the view that being a Shadow Teacher must have a patient, sincere, painstaking and loving nature,

2. The meaning of being a Shadow Teacher: Becoming a Shadow Teacher fosters a sense of Gratitude, Feeling Happy When students understand what is being taught, Wants to be something meaningful,

3. Assistance to ABK Students: Believing that Refreshing and giving rewards can increase student morale, Believing in Overcoming Tantrums by being brought to a quiet room, Believing that one-on-one assistance is the most effective in the Learning Process, Believing that by providing understanding and socializing with regular students will foster empathy for children with special needs, believe that assertiveness is an effective way to apply discipline, believe that cooperation with parents is very influential on student success,

4. Coping Stress: Teachers reduce boredom with a lot of gratitude, positive thinking, me time, and recreation

5. Hope: The hope for ABK is that the class will become useful human beings, for the Government to be more concerned and pay attention, especially to increasing resources and facilities for inclusive education.

 

Keywords:  Shadow Teacher, Inklusif School, Experience

 


PENDAHULUAN

 

Pendidikan adalah hak bagi semua warga tanpa kecuali. Hukum di Indonesia telah   menentukan bahwa anak penyandang disabilitas berhak  memperoleh perlakuan khusus untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini  dijamin oleh Pasal 28H ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang menentukan bahwa “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disebut UU No. 20 Tahun 2003) yang  menentukan  bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Begitu juga dalam  Pasal 51 Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menentukan bahwa “Anak Penyandang Disabilitas diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus”. Dengan demikian,  maka  pendidikan inklusi dan/atau pendidikan khusus berhak diperoleh  anak penyandang disabilitas

Dalam mengikuti pembelajaran di kelas,  siswa berkebutuhan khusus memerlukan guru pendamping, yang sering disebut guru Shadow atau Guru Bayangan .Guru shadow adalah istilah guru pendamping khusus pada anak berkebutuhan khusus .

Guru shadow adalah seseorang yang bertugas membantu guru kelas regular, untuk mendampingi anak autis, dengan tujuan  agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar tanpa gangguan (Rahayu, 2017)

Guru Shadow  adalah layanan profesional yang ditawarkan kepada sekolah dan keluarga untuk lebih mengelola kebutuhan siswa yang memiliki perbedaan belajar. Guru bayangan atau Guru Shadow dipekerjakan oleh orang tua untuk bekerja dengan anak mereka di sekolah. (Mahmmoud, 2020) .Guru  Shadow memainkan peran penting dalam memberikan dukungan tambahan di  sepanjang hari sekolah baik secara akademis dan psikologis, kepada siswa yang membutuhkan dukungan tambahan ini. Rekomendasi dari penelitian ini, agar menyediakan guru shadow bagi sekolah-sekolah Palestina untuk membantu siswa berkebutuhan khusus.

Penelitian (Hamid,  2021) yang meneliti   186 Guru, dan   dipilih melalui teknik random sampling  menunjukkan bahwa peran guru bayangan sangat penting di sekolah inklusi dan bagi anak luar biasa untuk mengembangkan dukungan akademik dan sosial pada seorang anak. Guru bayangan memberikan dukungan untuk mengembangkan keterampilan membaca, menulis, berbicara, membuat daftar, interaksi teman sebaya, manajemen waktu, dan pengembangan keterampilan menyapa pada anak. Rekomendasi dari Penelitian ini adalah bahwa guru bayangan harus lebih diperbanyak di setiap sekolah inklusi. Sekolah inklusi harus menyelenggarakan lokakarya dan seminar pelatihan untuk meningkatkan keterampilan guru bayangan.

 (Farakh ,2019) mengungkapkan sejumlah data bahwa sebagian besar orang tua puas dengan layanan yang disediakan oleh  Guru Shadow . Mereka juga merasa bahwa kualitas keterampilan Guru   dapat terus ditingkatkan dengan memiliki lebih banyak Pelatihan untuk meningkatkan kapasitas Guru Shadow.

Dalam sebuah wawancara  dengan Kepala Sekolah di  sebuah SD inklusi  ditemukan fakta  bahwa sekolah sesungguhnya sangat membutuhkan Guru Shadow dari lulusan Pendidikan luarbiasa (PLS). Tapi karena terbatasnya Guru lulusan PLS akhirnya  sekolah hanya menggunakan Guru Pendamping dari Sekolah yang bukan lulusan PLS, tetapi sudah mengikuti beberapa kali pelatihan dan  bekerjasama dengan Psikolog dari luar sekolah dan sekolah luarbiasa. Dalam menghadapi situasi seperti diatas, dibutuhkan strategi yang matang dari Sekolah dan guru dalam proses pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus agar proses pembelajaran  berjalan efektif.

Dalam   Penelitian sebelumnya yang membahas mengenai  efektivitas penyelenggaraan kelas inklusif (Berry, 2006), menemukan bahwa  Keberhasilan kelas inklusi yang efektif berasal dari keyakinan  dan perlindungan dalam meningkatkan prestasi akademik siswa.

Dalam Penelitian lain yang juga  dilakukan oleh (Elisa , 2013) menemukan bahwa  beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas Kelas  inklusif di sekolah, yaitu diantaranya adalah faktor guru. Faktor Guru ini  terdiri dari latar belakang guru, pandangan tentang anak berkebutuhan khusus, tipe guru, keyakinan guru, empati guru, dan gender guru.

Sementara Faktor pengalaman, terdiri dari bagaimana   pengalaman mengajar Guru, dan pengalaman kontak Guru dengan siswa berkebutuhan khusus. Faktor lainnya yaitu Faktor pengetahuan Guru. Faktor ini  terdiri dari tingkat pendidikan guru, pelatihan yang pernah diikuti, pengetahuan, dan kebutuhan belajar guru. Faktor terakhir yaitu  faktor lingkungan. Faktor lingkungan  terdiri dari dukungan sumber daya yang dimiliki Guru, bagaimana  dukungan orang tua siswa dan keluarga serta  bagimana sistem sekolah sebagai penentu kebijakan (Qiftiyah , 2021)

Penelitian (Muhibbin, 2020)  memaparkan beberapa gambaran ketekunan dan semangat pada Guru Shadow ditinjau dari Model grit,  diantaranya para Guru Memiliki Kompetensi pengasuhan anak, berupaya menghapus stigma negatif terhadap ABK, Memiliki dukungan sosial  , kemampuan coping stress dan adanya  penerimaan diri.

Gambaran pengalaman menjadi Guru Shadow diantaranya diungkapkan dalam Penelitian (Nase, 2018) bahwa menjadi Guru Shadow adalah sebuah  adalah berkah,  ada hikmah dalam membantu sesama, ada keadaan yang menguras emosi, bahkan sempat  merasakaan putus asa. Guru meyakini bahwa  kedisplinan  adalah salah satu  faktor penting dalam menghadapi siswa berkebutuhan khusus (Naser, 2018)

Berdasarkan latar belakang diatas, pengalaman mendampingi siswa berkebutuhan khusus tentunya berbeda beda bagi setiap guru, termasuk perbedaan daerah juga budaya di sekolah tentunya akan berbeda di tempat lain. Untuk itu , ini   menjadi hal yang penting untuk diteliti lebih lanjut guna menambah wawasan kelimuan dan pengembangan penelitian tentang Pengalaman Guru Shadow.

 

METODE

     

      Dalam Penelitian ini , Peneliti mengunakan Metode   Penelitian Kualtiatif dengan pendekatan Fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah Karanganyar Kebumen yang   menyelenggarakan pendidikan inklusi dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen. Penelitian dilaksanakan  pada Periode Bulan April – Mei 2021

Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang perempuan,  dengan karakteristik, yaitu: Guru Shadow  yg berusia 20 -40 tahun dengan lama mengajar antara 10 bulan dan paling  lama 4 tahun.

Karena Pengaruh  Wabah Pandemi Covid 19 yang masih merebak dan tidak memungkinkan untuk wawancara langsung,

HASIL

 

      Beberapa temuan yang berhasil diungkap dalam penelitian ini, Peneliti  membagi menjadi  5    Tema  dan 13 sub tema sebagi berikut :

1. Persepsi Pada Guru Shadow

a. Perubahan Persepi pada Profesi  Guru Shadow,

b. Memiliki Pandangan Bahwa Menjadi Guru Shadow harus memiliki sifat sabar, ikhlas, telaten dan penuh kasih sayang,

2.   Makna menjadi Guru Shadow

a.   Menjadi Guru Shadow menumbuhkan rasa Syukur,

b.   Merasa Bahagia Ketika siswa memahami apa yang diajarkan

c.   Ingin menjadi sesuatu yang bermakna ,

3.   Pendampingan kepada Siswa ABK

a.   Meyakini bahwa  Refreshing dan memberi Reward mampu meningkatkan semangat siswa,

b.   Meyakini Mengatasi anak Tantrum dengan dibawa ke ruangan yang tenang,

c.   Meyakini Pendampingan satu persatu yang paling efektif dalam Proses Pembelajaran

d.   Meyakini bahwa dengan memberi pemahaman dan bersosialisasi dengan siswa regular akan menumbuhkan rasa empati pada ABK,

e.   Meyakini bahwa Ketegasan sebagai cara efektif dalam menerapkan Kedisiplinan .

f.    Meyakini bahwa kerjasama dengan Orangtua sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa,

4.   Coping Stress

Mengurangi rasa jenuh dengan bersyukur, berpikir positif, me time, dan rekreasi

5.   Harapan

a. Harapan pada ABK

b. Harapan  Pada

DISKUSI

 

Bagaimana Gambaran pengalaman Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar?

Berikut penjelasan  hasil temuan dilapangan yang disusun dalam  5 tema dan 13 sub tema berikut :

 1. Persepsi pada Guru Shadow

 

a.Persepsi terhadap profesi Guru Shadow

Persepsi adalah proses seseorang dalam mengintrepretasi sesuatu terhadap stimulus (Walgito,1990). Persepsi merupakan suatu proses yang  diawali dengan  proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh  sesorang  lewat  alat indera. Proses ini bisa disebut dengan Sensoris. Hal ini merupakan pemahaman  seseorang tentang  informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi maupun bekerja sama. Dalam dunia ini, setiap orang tidak terlepas dari persepsi . Ketika ada persepsi bahwa Guru Shadow tak sehebat Guru kelas, hal ini diawali karena pengindraan seseorang  ketika melihat Guru Shadow harus mengambilkan makan, mengantar anak ke  toilet dll. Beberapa orang menganggap atau mempersepsikan pekerjaan  tersebut merupakan pekerjaan rendah.Demikian penuturan Partisipan (P3) tentang Persepsi  orang yang menyepelakan profesi ini

“Persepsi saya  awalnya sebagai shadow teacher pekerjaan yang di anggap sepele dan tidak di hargai, karena hanya membantu mengambilkan makan, minum dan membantu ketoilet” Reaksi orang tua saya terkejut dan kecewa,  kenapa menjadi shadow teacher bukan menjadi guru kelas. Orang tua saya merasa takut karena saya belum pernah menangani anak abk.(P3)

Philip Kottler memberikan definisi persepsi sebagai proses seorang individu  dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang memiliki arti. Persepsi disini tidak hanya tergantung pada hal fisik, tetapi juga berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut. Sedangkan dalam proses memperoleh atau menerima informasi tersebut adalah juga berasal dari objek lingkungan. Ketika Para Guru Shadow pertama kali tahu akan menjadi pendamping siswa berkebutuhan khusus, banyak persepsi yang muncul dari mereka.Ada yang tertarik karena ingin mencari pengalaman ada juga yang sedih, karena pandangan  orangtuanya yang  khawatir dan tidak setuju karena melihat beban yang berat menghadapi siswa berkebutuhan khusus,  karena  secara umum, siswa berkebutuhan khusus belum bisa mandiri sepenuhnya. Setelah beberapa bulan menjadi Guru Shadow, ternyata persepsi mereka mulai berubah.

“Perubahan yang dialami  setelah mengenal  ABK jauh lebih menikmati jika sudah terbiasa membersamai anak-anak ABK dan meningkatnya rasa syukur atas nikmat Allah yang sudah diberikan, apalagi mendampingi anak ABK adalah suatu pekerjaan yg mulia”(P3)

 

b. Meyakini menjadi Guru Shadow harus memiliki sifat sabar, ikhlas, telatan dan penuh kasih sayang

Dari Wawancara yang berhasil dianalisa oleh Peneliti, tentang pandangan Guru Shadow ideal, Guru  Guru memiliki standar khusus menjadi Guru Shadow. Maka menurut pandangan mereka, menjadi Guru Shadow harus memiliki sifat sabar, telaten, ikhlas dan penuh kasih sayang. Kasih sayang berbeda dengan kasihan. Kasih sayang tumbuh dari empati. Sebagaimana disampaikan oleh Guru Shadow berikut

“Pastinya untuk jadi shadow pendidikannya harus sesuai atau setidaknya pernah mendapat materi dan belajar tentang disabilitas, kedua harus memiliki niat yang kuat, hati yang teguh, dan rasa sayang terhadap disabilitas . “ (P1)

 

“menurut saya rasa sayang beda dengan rasa kasihan jadi jangan didasari oleh kasihan tapi rasa sayang ) . jangan membedak-bedakan dengan orang yang tidak berkebutuhan khusus,  mereka sama hanya cara belajarnya beda. Jangan mengharap balasan  Materi  jadi harus ikhlas” (P2)

 

2. Makna Menjadi Guru Shadow

a. Menjadi Guru Shadow menambah rasa syukur

Setelah beberapa waktu berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus rasa tertarik Guru  Shadow semakin menguat, dan semakin tumbuh rasa memiliki, dan sayang kepada siswa. Beratnya  hal yang dialami Guru Shadow bukan mengurangi semangat mereka, tapi justru meningkatkan kegigihan para Guru bagaimana agar bisa mendampingi siswa dalam pembelajaran sehingga sisa tersebut bisa memahami apa yang diajarkan.Guru Semakin  lama berinteraksi dengan siswa dalam proses pendampingan, Guru semakin memahami betapa berat tanggung jawab menghadapi anak  anak hebat .Pengalaman membersamai siswa berkebutuhan khusus baik suka dan duka membuat para Guru semakin bersyukur. Pengalaman tidak menyenangkan Ketika anak tantrum , dipukul, ditendang bahkan disobek kerudungnya, hal tersebut  tidak membuat guru marah atau  berputus asa. Semua itu diterima  Guru Shadow  karena semata mata  memahami kekurangan yang dimiliki siswa.Dari rangkaian pengalaman mendampingi siswa justru membuat Guru semakin bersyukur.

Demikian Penuturan Partisipan P2

“….lebih bersyukur ternyata ujian yang Allah berikan kepada kita ini belum ada apa-apanya.  bahwa ternyata bekerja didunia Disabilitas butuh kesabaran, kesadaran dan keikhlasan. Pastinya jadi lebih respect terhadap orang – orang dengan disabilitas maupun dengan keluarganya”(P1)

 

 

b.    Merasa bahagia ketika siswa memahami apa yang diajarkan

Menurut Seligman (2005), kebahagiaan bersifat subjektif, oleh karena itu pemaknaannya oleh setiap orang mungkin saja berbeda-beda. Kebahagiaan tidak terjadi begitu saja, namun merupakan akibat sampingan dari keberhasilan inidividu dalam memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (will to meaning). Artinya, makna hidup adalah gerbang menuju kebahagiaan. Mereka yang berhasil mencapainya akan mengalami hidup yang bermakna dan dirinya akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya mereka yang tidak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan, kehampaan hidup, merasakan hidup yang tidak bermakna, dan akhirnya tidak bahagia (Bastaman (2008).

Makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri, dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, dalam kebahagiaan dan penderitaan. Ungkapan seperti “makna dalam derita” (meaning in sufferring) dan “hikmah di balik musibah” (blessing in disguise) menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun, makna hidup tetap dapat ditemukan. Dari 4 Partisipan yang menceritakan pengalaman nya diantara yang menyenangkan adalah Ketika siswa bisa memahami apa yang di ajarkan oleh Gurunya, seperti diutarakan Partisipan (P4) yang menceritakan sangat Bahagia Ketika sang Siswa yang didampingi bisa mewarnai dan mendapat juara,  bisa mengucapkan angka 1 sampai 10 dengan lancar, ketika anak bisa membaca huruf  yang sebelumnya tidak pernah disangka sang guru, dan akhirnya bisa dibaca oleh anak autis, hal tersebut menimbulkan perasaan Bahagia luar biasa, pengalaman dan perasaan   yang tidak bisa ditukar denga materi.

Demikian wawancara peneliti dengan partisipan (P3)

“…Dan pengalaman menyenangkan itu saat reihan bisa berhitung 1-10 disitu saya merasa sangaaangat senang….”

c.     Ingin menjadi sesuatu yang bermakna

Dalam Terapi Logos, Vicktor Frankl (201&) menulis, Jika Hidup benar benar memiliki makna, maka harus ada makna dalam penderitaan. Karena penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus, ada suka dan duka yang dialami para Guru Shadow.  Kejenuhan karena rutinitas, badan yang kurang sehat, waktu yang padat, pukulan anak anak berkebutuhan khusus ketika mengalami tantrum adalah Sebagian kecil dari  pengalaman yang dialami para Guru. Semua pengalaman tersebut, baik suka maupun duka,  tak dirasakan  oleh para Guru Shadow sebagai suatu beban, Motivasi Para Guru tersebut adalah ingin berhasil mendidik siswanya menjadi anak yang sholeh dan berguna. Bahwa menjadi Guru Shadow adalah bukan hanya sekedar materi tapi tentang bekal kita di akherat nanti. Para Guru ingin menjadi sesauatu yang bermakna, bisa  menyenangkan dalam kehidupan anak dan suatu hari mereka  para siswa tersebut akan mendoakan para gurunya.

Dalam Teori Frankl dijelaskan bahwa dorongan utama kita dalam hidup bukanlah kesenangan, tapi bagaimana kita menemukan  bahwa ternyata pribadi kita memiliki makna bagi orang lain.Demikian wawancara dengan Partisipan bahwa menjadi Guru Shadow adalah ingin menjadi sesuatu yang bermakna (bermanfaat)

“…dapat membantu memberikan semangat kepada mereka ,dan juga membekali keterampilan sebagai bekal mereka dikemudian hari.(P4)

 

“Rasa syukur terhadap Tuhan karena telah memberikan kesempatan untuk belajar tentang hal yang belum pernah aku pelajari sbeelumnya dan kedepannnya mungkin ilmu ini bisa bermanffat untuk orang banyak terutama bagi orang-orang…”(P2)

 

 

3. Pendampingan pada anak ABK

 

a.     Meyakini bahwa kerjasama dengan Orangtua sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa

Orangtua memiliki peran terbesar dalam mendukung keberhasilan Pendidikan inklusi. Ketika penerapan aturan disekolah dan di rumah berjalan seiring sejalan, dapat dipastikan pengajaran akan optimal. Namun terkadang hal itu sulit dilakukan. Demikian hasil Analisa peneliti ketika mewawancarai Para Guru Shadow, yang sudah berusaha semaksimal mungkin memberi kedispilinan, tapi ketika dirumah aturan tersebut dilanggar. Hal tersebut karena Orangtua memiliki rasa iba terhadap anaknya, sehingga terkadang aturan yang sudah berjalan di sekolah tidak diterapkan dirumah. Misalnya tentang Kedisplinan pada makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak dengan syndrome autism , seperti makan makanan yang mengandung gandum, atau coklat. Ketika di sekolah sudah dilarang, ternyata di rumah orangtua memberikan makanan tersebut karena kasihan.

Berikut penuturan Partisipan tentang pentingnya kerjasama dengan orangtua dalam penegakan aturan. (P1) dan (P4)

“….ketika rutinitas di sekolah tidak sejalan dg penerapan di rumah. planning terkadang mjd lebih sulit utk dilaksanakan.. (P1)

 

” kurang kerjasamanya orang tua,ketika yg diterapkan di sekolah dan di rumah berbeda ,dan ketika alat peraga untuk pembelajaran rusak. (P4)

 

b. Meyakini bahwa Media gambar,  Alat Peraga  dan memberi Reward mampu Memotivasi semangat siswa

Hasil penelitian  terdahulu tentang strategi guru dalam memotivasi diri anak berkebutuhan khusus di SD Negri 5 Banda Aceh, Guru melakukan komunikasi menggunakan media gambar dan alat peraga untuk menarik minat dan motivasi anak dalam berkomunikasi secara interpersonal. Bahasa verbal dan nonverbal digunakan, misalnya   raut muka ekspresif, suara lantang, artikulasi jelas, gaya tubuh dan bahasa tubuh disertai dengan sentuhan, belaian, dan  tatapan mata. Demikian juga  Guru Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar juga memiliki strategi yang kurang lebih sama seperti diatas, yaitu menggunakan strategi intepersonal, juga menggunakan media gambar dan alat peraga untuk menarik minat anak, beberapa guru  mengajak siswa  keluar ruangan agar anak tidak bosan. Berikut penuturan Guru Shadow dalam  menyemangati siswa

“…. Anak diajak keluar kelas/ melihat video pembelajaran melalui gawai agar menyenangkan” (p1)

 

c.     Meyakini Mengatasi anak Tantrum dengan dibawa ke ruangan yang tenang.

Bagi siswa dengan syndrome Autisme, Tantrum adalah hal yang wajar dialami oleh siswa. Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar  menerapkan komunikasi persuasive dalam menghadapi siswa ketika anak sedang mengalami  Tantrum. Dalam menerapkan komunikasi persuasive,   Guru sepakat menerapkannya pada saat kondisi anak stabil yaitu Ketika anak dalam kondisi bisa dibujuk. Interaksi guru dengan anak  berjalan baik. Ketika guru mengerti dengan kondisi anak , anakpun merasa nyaman, disamping itu, guru juga selalu mengapresiasi pada setiap kemajuan yang ditunjukkan oleh anak anak tersebut. Penelitian (Alamsyah Taher,  2019 ) menunjukan bahwa,  dalam membentuk kedisiplinan pada anak gangguan autistic perlu  melibatkan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif perlu diterapkan karena melihat  kondisi emosi anak yang kadang tidak stabil. Jika  komunikasi  tidak tepat maka hal tersebut  dapat memicu tantrum (mengamuk) pada anak. Hal tersebut sering  terjadi  pada setiap anak berkebutuhan khusus dengan sindrom Autis khususnya.

Berikut penuturan Guru Shadow dalam menangani anak yang sedang Tantrum

“Cara menghadapinya dengan dibawa ke ruangan yang tenang , kemudian tunggu selesai tantrum, diberi minum dan diberi reward yang dia suka , misalnya kertas untuk menulis bebas atau mewarnai”(P2)

 

d.    Meyakini Pendampingan satu persatu yang paling efektif dalam Proses Pembelajaran 

Cara pendampingan Guru terhadap siswa berkebutuhan khusus  dalam proses pembelajaran  adalah menolong  atau membantu mengkomunikasikan pesan Guru Kelas yang sulit diterima kepada siswa.Seperti yang pernah disampaikan salah satu pengalaman orangtua dari siswa berkebutuhan khusus bahwa  Penggunaan petunjuk adalah teknik utama yang digunakan oleh guru shadow untuk membuat siswa mempelajari keterampilan apa pun.

       Di SD Muhammadiyah Karanganyar, satu siswa  ABK didampingi satu Shadow, dimana , Shadow membantu menterjemahkan keterangan Guru regular dan mengkomunikasikannya kepada siswa. Dengan pendampingan satu guru satu siswa, Guru lebih fokus dan anak bisa lebih mudah menerima pelajaran, seperti diterangkan Partisipan berikut :

 

anak duduk dikursinya dengan tertib dan belajar menirukan seperti membaca , menulis dan berhitung….”(P2)

 

e.     Meyakini bahwa dengan memberi pemahaman dan bersosialisasi dengan siswa regular akan menumbuhkan rasa empati pada ABK

Dalam proses mendampingi siswa berkebutuhana khusus, Guru Shadow selalu mendampingi tidak hanya ketika berada di dalam kelas. Ketika di luar kelaspun, Guru Shadow ikut mendampingi siswa ABK. Ketika bersosilaisasi dengan siswa regular terutama di luar kelas,  interaksi antar siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus menjadi lebih intens. Dengan membaur bersama siswa lain, serta memberi pemahaman pada siswa regular, memberi dampak yang baik pada siswa regular, yaitu tumbuhnya empati siswa regular  kepada anak anak berkubutuhan khusus. Hal ini sangat baik bagi pembentukan Pendidikan karakter bagi siswa regular  maupun non regular. Berikut diceritakan bagaimana Guru memberi pengertian pada siswa regular

“….dengan memberikan kesempatan untuk berbaur dengan teman-teman lainnya yang non ABK, untuk menanamkan teman-temannya juga rasa saling menghargai ,menolong dan menghormati sesama teman,tentunya dengan mengawasi interaksi terhadap sesama temannya dan menasehati ketika melakukan kesalahan…” (P4)

f.     Meyakini bahwa Ketegasan sebagai cara efektif dalam menerapkan kedisplinan

Sikap tegas dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus diwujudkan dengan menerapkan kedisplinan. Menurut (Hurlock, 20011),  sikap  disiplin yang baik adalah  selalu konsisten. Apa yang benar hari ini, besok juga benar dan lusa pun juga benar. Perbuatan yang salah harus mendapat hukuman yang sama bila perbuatan itu setiap kali diulang, dan perbuatan yang benar juga harus mendapat ganjaran yang sama . Penerapan aturan di sekolah harus sama dengan aturan ketika berada di rumah.

Pengalaman Guru dalam menerapkan kedisplinan pada siswanya digambarkan dalam petikan wawancara berikut :

“Bersikap tegas ada ketika anak-anak sudah tidak mendengarkan perkataan shadownya. Contohnya: ketika anak tidak mau belajar dan maunya hanya bermain terus…”(P3)

“….Pastinya tegas karena kebetulan anak yang saya bimbing itu syindrom Autisme jadi ketegasan sangat diperlukan…”(P2)

 

 

4. Coping Stress  Guru Shadow

Coping stress adalah suatu Prilaku kognitif dan usaha  yang dilakukan untuk menguasai, mentolerir, serta mengurangi tuntutan yang sedang dihadapi  individu (Lazarus & Folkman, 1984).Dalam Setiap profesi pasti ada tuntutan. Dan terkadang tuntutan menimbulkan tekanan atau stress yang kadarnya bebeda. Dari wawancara dengan beberapa Guru, secara umum kondisi tekanan pekerjaan masih dalam kategori sedang. Coping setress sebagai saran mengurangi tekakan atau kejenuhan dalam pekerjaan dilakukan dengan beberapa cara.  Diantaranya adalah dengan berpikir positif, seperti diungkapkan partispipan berikut

“Pernah mengalami jenuh akan tetapi dengan  berpikir positif dan bersyukur rasa jenuh itu akan hilang,mengingat juga bahwa ABK sangat membutuhkan dukungan dari kita” (P4)

Dalam ajaran Islam, memiliki Pikiran Positif  disebut dengan Husnudzan Huznudzon atau berpikir Positif, adalah sebuah ibadah yang sangat baik, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi sebagai berikut :”Sebagaimana sabda Rasulullah saw, bahwa, “Sesungguhnya berprasangka baik pada Allah adalah termasuk sebaik-baiknya ibadah.” (HR Abu Daud) Sementara sikap syukur yang  menjadi strategi Coping yang cukup efektif.  Dalam Kitab al-Ghunyah Syeikh al-Jilani membagi syukur menjadi tiga; “Syukur dengan lisan, yaitu mengakui adanya nikmat Allah dan merasa tenang. Syukur dengan badan dan anggota badan, yaitu dengan cara melaksanakan dan pengabdian kepada-Nya. Serta Syukur dengan hati, yaitu ketenangan diri atas keputusan Allah dengan senantiasa menjaga hak Allah yang wajib dikerjakan. Rasa jenuh adalah hal wajar yang dialami siapapun termasuk Guru Shadow. Ada  juga yang menghilangkan rasa jenuh dengan me time, rekreasi dengan oangtua, sehingga ketika bekerja, sudah segar kondisi psikologis Guru kembali. Berikut partisipan yang melakukan coping stress dengan melakukan me time, rekreasi, hingga menonton film.

“Pernah, jenuh pasti ,, karena setiap hari dari senin-sabtu rutinitasnya begitu terus. Cara mengahadpinya saya biasanya Naik gunung offroad sama bapak kehutan, dan nonton film. Jadi ada jeda dihari minggu untuk metime.(P2)

 

5. Harapan

a.     Harapan Pada Anak ABK

Edwards (dalam Lopez, 2009) berpendapat bahwa harapan adalah Suatu mental yang positif yang akan meningkatkan kemampuan seorang individu untuk mencapai tujuan di masa depan. Guru Shadow memiliki motivasi besar dalam mendidik dan mendampingi siswa ABK karena mereka memiliki harapan dimasa depan.

Berikut paparan dari 2 partisipan tentang harapan mereka :

“Cita-cita saya ingin menunjukan bakat yang di miliki anak-anak hebat bisa di lihat oleh semua orang. Contohnya bakat melukis, bakat murojaah.”(P3)

“ semoga pekerjaan ini bukan sekedar ttg materi. tapi mjd shadow adl ttg tabungan di akhirat, bgmn mendampingi anak' luar biasa titipan Allah dg sabar, telaten dan penuh kasih sayang 😊(P1)

Ketika  menghadapi  sebuah problem  dalam pekerjaan seberat apapun itu,   seseorang  yang memiliki   harapan  tinggi  cenderung  akan dapat memecahkan  masalah  yang  tampak  besar  menjadi masalah-masalah ringan. Bahkan masalah materi tidak menjadi ganjalan meski dengan beban kerja yang berat, karena tumbuhnya nilai nilai spiritula yaitu niat ikhlas dari sang Guu. Hal ini Sepeti diungkapan kan partisipan1 berikut

“semoga pekerjaan ini bukan sekedar tentang  materi. tapi menjadi shadow adalah tentang tabungan di akhirat, bagaimana  mendampingi anak' luar biasa titipan Allah dengan sabar, telaten dan penuh kasih sayang “(emoticon senyum)(P1)

.

b.    Harapan Pada Pemerintah

Semua warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak termasuk Siswa berkebutuhan Khusus. Meski Pemerintah sudah berupaya memberi perhatian pada dunia disabilitas, namun menurut para Guru, perhatian Pemerintah  masih harus terus ditingkatkan. Apalagi bagi siswa yang berasal dari kalangan ekonomi menengah kebawah. Sekolah Sekolah inklusi yang ada di Indonesia mestinya harus mendapat perhatian lebih, karena beban kerja mereka lebih berat. Hali ini juga dirasakan para Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar. Demikian harapan dari Guru Shadow kepada Pemerintah.

“…cita-cita semoga pemerintah lebih perduli terhadap para disabilitas dan guru-guru yang bekerja di dunia Inklusif” (P2)

KESIMPULAN

 

Dari penelitian tentang Pengalaman Guru Shadow di SD Muhammadiyah Karanganyar dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus, ternyata banyak pengalaman menarik yang bisa digali dari para Guru tersebut, mulai dari  penyesuaian diri, persepsi awal yang kurang baik terhadap profesi Guru shadow, hingga akhirnya bisa merasakan kenyamanan dan sampai tahap bisa  bersyukur menjadi Guru Shadow. Beratnya beban menjadi guru Shadow dimana harus mendidik dan mendampingi para siswa yang berkebutuhan khusus yang banyak juga dari kalangan ekonomi bawah, hendaknya  menjadi perhatian pemerintah agar lebih menunjukan keberpihakanya pada anak anak berkebutuhan khusus, para guru, dan  institusi yang menaunginya.

Temuan lain dalam penelitian ini adalah, dalam sekolah ini, Guru selalu menyebut siswa siswa mereka dengan panggilan “Anak hebat”. Hal ini menjadikan anak anak lebih dihargai dan meningkatkan rasa  percaya diri mereka.

 

DAFTAR PUSTAKA

     

Ahmad Naser, 2018, “The Experience of Shadow teachers in helping children with special needs in Telogo Patut elementary School” , Jurnal Ilmu Keperawatan.

Bimo Walgito, 1990, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset

Berry, R. A. W. (2006). “Inclusion, Power, and Community: Teachers and Student Interpret The Language of Community in an inclusion classroom”. American Educational Research Journal, 43, 3, 489-529.

Boeree, C. G. (2010). “Personality theories”, Jogjakarta: Prismasophie

Chairi, A. (2009). Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Discussion Paper Dimyati, J. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan

Elisa, Syafrida. 2013. Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Faktor Pembentuk Sikap . Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Vol. 2, No. 01, Februari

Hurlock, (2012), “Psikologi perkembangan :, hal  166, Penerbit Airlangga

Isra Yauminnisa, (2019) Tehnik Komunikasi Persuasif Guru dalam membenttuk Kedisplinan pada anak gangguan Autistik di SLB YPAC Banda Aceh

Vicktor Frankl, (2019) “ Mans Search for Meaning”, , Naura Inspirasi

Ibrahim Mahmoud, (2020) “ The Role of Shadow Teacher in Improving Autistic Students Ability in Learning”

Alamsyah Taher, 2019 , Teknik Komunikasi Persuasif Guru Dalam Membentuk Kedisiplinan Pada Anak Gangguan Autistik di SLB YPAC Banda Aceh

Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis

   Ilmiah   (KTI) Yogyakarta: CV Budi Utama.

Kustawan, Dedy, 2012, Pendidikan Inklusif & Upaya Implementasinya, Jakarta. Manzilati, A. (2017).

McClelland, D.C. 1987. “Human Motivation” New York : Cambridge University. Press.

Metode Pengumpulan Dataa Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia .

Muhadjir, N. (2006). Metode Penelitian. Cetakan kedua, Alfabeta, Bandung.

Muhibbin, 2020, “Model grit pada Guru Shadow (studi Fenomenologi mengenai Grit pada Guru Shadow di Sekolah Inklusi)”, Prosiding Seminar Nasional Millenial 5.0 Fakultas Psikologi UMBY

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. Solo: Cakra Books.

Philip Kotler dan Gary Amstrong, 2001, Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1, (Jakarta: Prehalindo)

Rahardjo, M. (2011, Juni 10). Materi Kuliah Metodologi Penelitian PPs. UIN Maliki Malang.

Rahayu, T. (2017). Burnout dan coping stress pada guru pendamping (shadow teacher) anak berkebutuhan khusus yang sedang mengerjakan skripsi. Psikoborneo, 5(2), 290-300

Seligmen, 2002, “ Authentic Happines”, Mizan Bandung

Semiawan, C. R. (2010). Metodei Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan

Situmorang, S. H. (2010). Analisis Data untuk Riset Menejemen dan Bisnis. Medan: USU Press.

Stainback dalam buku Sunardi (Sunardi, 2003:144-153)

Subadi, T. (2006). Penelitian Kualitatif. Surakarta: University Press.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta

Sutabri, T. (2012). Analisis Sistem Informasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Suwendra, I. W. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial

 Stainback, W. dan Stainback, S. (1990). Support Networks for Inclusive Schooling:   

 Independent Integrated Education. Baltimore: Brookes Publishing 

  Sunardi. (1995). Kecenderungan Dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Dikti.

      Depdikbud

Qiftiyah, 2021, Shadow Teacher for special needs student : Case study class VI Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta, Jurnal Pendidikan Dasar, UPI, Cibiru

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar