MENGENAL KI BAGUS HADIKUSUMO
Oleh Abduh Hisyam
MENGENAL KI BAGUS HADIKUSUMO
Oleh Abduh Hisyam
Pada tanggal
5 Nopember 2015 Presiden RI telah mengukuhkan Ki Bagus Hadikususmo sebagai
pahlawan nasional. Banyak dari aktifis
Muhammadiyah telah mendengar nama ini, namun tidak banyak yang tahu sosok Ki Bagus. Jika kita melihat potretnya, maka terlihat
wajah kurus, namun dengan sorot mata yang keras. Tulisan ini mencoba menggambarkan karakter Ki
Bagus Hadikusumo agar kita bisa
meneladani beliau. Ada empat kesan dalam diri penulis tentang
sosok Ki Bagus, yaitu teguh dalam
ber-Tauhid, sederhana, mengutamakan persatuan bangsa, dan konsisten.
Beliau
lahir di Yogyakarta pada 24 Nopember 1890.
Sehari-hari beliau adalah guru di Madrasah Muallimin Muhammadiyah
Yogyakarta, pernah aktif dalam Central Sarikat Islam, mendirikan Partai Islam
Indonesia (PII) pada tahun 1938 dan Masyumi pada 7 November 1945 di Madrasah
Muallimin Muhammadiyah. Di dalam Masyumi
beliau menjadi wakil ketua, sementara ketuanya adalah KH Hasyim Asy’ari,
pendiri Nahdhatul Ulama (NU). Beliau
juga pendiri Angkatan Perang Sabil pada saat Agresi Militer Belanda di bulan
Juli 1947. Beliau juga seorang yang
sangat intelek, dan penulis produktif.
Beliau menulis tujuh buah buku di bidang agama dan akhlak.
-1-
Dalam
kedudukannnya sebagai ketua umum Persarikatan Muhammadiyah, beliau pernah
berhadapan dengan seorang perwira Jepang, Kolonel Tsuda, yang memanggil ke
kantor Kempetei dan memintanya
menginstruksikan kepada para warga Muhammadyah agar melakukan sekerei
(membungkukkan badan kepada Tenno Haika) setiap pagi. Beliau menjawab, bahwa sebagai seorang
Muslim, ia tidak dibenarkan membungkukkan badan kepada sesama manusia. Sekerei
diyakini sebagai penyembahan kepada Tenno Haika sebagai putra Dewa Matahari. Seorang
Muslim hanya menyembah kepada Tuhan yang satu, Allah. Perwira Jepang itu marah dan membentak
beliau, namun beliau tetap bergeming, tetap berpegang pada prinsipnya. Ketika
perwira Jepang itu sedang marah, Ki Bagus justru menjelaskan dengan halus,
“Tuan Tsuda, anda adalah seorang yang beragama sebagaimana saya. Tiap agama tentu memiliki pinsip-prinsip yang
tidak boleh dilanggar. Anda pasti
memahamai hal itu.” Perwira Jepang itu
hanya terdiam. Akhirnya perwira Jepang
itu mengakui keteguhan hati Ki Bagus dan mempersilakan pulang.
Di bulan
Februari 1945 dalam kunjungannya ke Jepang bersama Soekarno dan Hatta memenuhi
undangan Kaisar Hirohito, Ki Bagus datang ke istana Kaisar mengenakan pakaian
adat Jawa lengkap dengan keris. Pada
saat Kaisar memasuki ruangan dan seluruh hadirin membungkukkan badan, Ki Bagus tetap
berdiri tegak. Usai acara itu, Kaisar
bertanya mengapa Ki Bagus tidak membungkukkan badan, ia menjawab bahwa
membungkukkan badan kepada sesama manusia merupakan penghormatan yang
berlebihan, apalagi dengan keyakinan bahwa Kaisar adalah anak Dewa
Matahari. “Tenno Haika, hal itu
bertentangan dengan keyakinan saya sebagai seorang muslim,” jawab Ki
Bagus. Kaisr Hirohito menganggukkan
kepala sambil tesenyum, mengagumi keteguhan iman Ki Bagus.
Demikian
pula pada saat berkunjung ke sebuah kuil dan seluruh delegasi disuguhi sake dan harus diminum sebagi bagian
dari ritual sembahyang, tangan Ki Bagus gemetar sehingga cawan yang dipegangnya
terjatuh dan pecah. Seketika para
hadirin terkejut, dan kejadian itu dilaporkan kepada Kaisar. Kaisar Hirohito justru menganugerahi hadiah berupa cawan
yang masih baru kepada Ki Bagus sebagai kenang-kenangan.
-2-
Beliau
adalah seorang yang amat keras dalam mendidik anak-anaknya. Sejak kecil diajarinya anak-anaknya bekerja
agar mampu membiayai diri sendiri. Beliau hidup dengan amat sederhana, sebagaimana
layaknya seorang guru. Beliau pernah
mencoba berwiraswasta namun tidak berkembang bahkan bangkrut. Sepertinya beliau tidak berbakat
berdagang. Kesibukan beliau sebagai
anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tentu
menyita banyak waktunya. Setiap kali
hendak menghadiri sidang BPUPKI di gedung Volksraad di Jakarta, beliau selalu
meminjam beberapa potong kain batik dari paberik batik adiknya dan dijualnya di
pasar Beringharjo. Uang dari menjual
batik itu ia gunakan untuk membeli tiket kereta api untuk pergi ke
Jakarta. Barangkali pada waktu itu,
anggota BPUPKI tidak digaji, padahal beliau adalah seorang pejabat negara.
Bandingkan
dengan para pejabat negara sekarang yang orientasinya tidak untuk
memperjuangkan nasib rakyat namun memperjuangkan kesejahteraan dirinya sendiri.
-3-
Ki Bagus
Hdikususmo ditetapkan sebagai pahlawan nasional di antaranya karena ia berjasa
menyusun naskah dasar negara Pacasila sehingga seperti sekarang. Ki Bagus yang menyelesaikan konflik antara
kelompok Islam dan lainnya dalam siding-sidang BPUPKI dalam perdebatan tentang
dasar negara. Kelompok Islam
menginginkan agarIndonesaia dijadikan negara Islam, mengingat mayoritas
warganya adalah muslim. Dengan demikian
mereka menginginkan negara ikut campur dalam kehidupan keagamaan warga sesuai
dengan syariat Islam. Keinginan kelompok
Islam ditentang oleh kelompok lainnya terutama yang berasal dari Indonesia
Timur. Mereka mengancam akan melepaskan
diri dari republik Indonesia jika Indonesia berdasarkan Islam. Sebagai komprominya, disusunlah kalimat
Ketuhanan yang mahaesa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
Ki Bagus
merasa, pembatasan syariat Islam bagi para pemeluknya berarti tidak berlaku
untuk seluruh warga negara. Ini akan
menjadikan kesulitan dalam pelaksanaanyya.
Karena ia meprediksi negara akan setengah-setengah dalam memberlakukan
syariat Islam, maka ia mengusulkan agar ketujuh kat aitu dihapus saja. Usulan Ki Bagus akhirnya diterima baik
kelompk Islam maupun lainnya dalam BPUPKI.
Oleh kelompk Islam Ki Bagus dituduh berkhianat, namun ia mampu
menjelaskan bahwa kepentingan bangsa lebih penting, dan biarkan persoalan agama
diurus oleh warga sendiri, tanpa campur tangan negara.
Prinsip
persatuan bangsa telah ditunjukkan oleh Ki Bagus, jauh sebelum ia menjadi Ketua
PP. Muhammadiyah. Pada waktu
Muhammadiyah masih begabung dengan Central Sarikat Islam (CSI), dalam salah
satu Kongres CSI, terjadi perpecahan antara kelompk Islam dibawah pimpinan
Abdul Muis dan kubu Komunis dibawah pengaruh Tan Malaka. Pada saat genting itu, tampil Ki Bagus
Hadikusumo, mengingatkan para peserta sidang agar tidak ada perpecahan dalam
tubuh SI, karena jika terjadi perpecahan, maka pihak musuh yaitu pemerinta hHindia Belanda akan sangat
senang sekali. Maka Ki Bagus berpidato,
dan mengatakan bahwa yang menginginkan terjadinya perpecahan adalah anek Hindia
Belanda. Dengan demikian faksi-faksi
yang ada di dalam CSI bersatu dan utuh kembali.
-4-
Ki Bagus
adalah seorang yang sangat konsisten dalam memgang sebuah aturan yang telah
disepakati bersama. Dan seringkali untuk
bersikap konsisen itu beliau serngkali harus menderita. Sebagai contoh untuk menggambarkan konsistensi
beliau adalah keputusan majelis tarjih tentang penggunaan tabir antara
laki-laki dan perempuan dalam setiap pertemuan.
Banyak pengurus Muhammadiyah tidak mengindahkan keputusan karena
dirasakan kolot dan sudah ketinggalan jaman.
Namun Ki Bagus menegur para pimpinan Muhammadiyah yang tidak mau
mengikuti keputusan Majelis Tarjih tersebut.
Beliau mengatakan, “Saya tahu bahwa saudara-saudara menganggap keputusan
mjelis tajih tentang tabir adalah sesuatu yang kolot, akan tetapi karena sudah
menjadi keputusan, maka kita harus menghormati apa-apa yang telah kita sepakati.
Itu adalah hasil dari sebuah ijtihad.
Jika kita tidak menyepakati keputusan tersebut, mari kita mengadakan
musyawarah untuk memutuskan sebuah ijtihad baru tentang tabir.”
***
Demikian beberapa
hal yang bisa ditulis tentang sosok Ki Bagus Hadikusumo. Beliau meninggal di Jakarta, 4 Nopemebr
1954, dan tahun 2015 dijadikan pahlawan nasional agar tindakan dan karaker
beliau yaitu teguh dalam tauhid, menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa,
sederhana, dan konsisten dengan setiap kesepakatan, diteladani oleh seluruh
bangsa.