28 Januari, 2016

MENGENAL KI BAGUS HADIKUSUMO




MENGENAL KI BAGUS HADIKUSUMO
Oleh Abduh Hisyam

MENGENAL KI BAGUS HADIKUSUMO
Oleh Abduh Hisyam
Pada tanggal 5 Nopember 2015 Presiden RI telah mengukuhkan Ki Bagus Hadikususmo sebagai pahlawan nasional.  Banyak dari aktifis Muhammadiyah telah mendengar nama ini, namun tidak banyak yang tahu sosok Ki Bagus.  Jika kita melihat potretnya, maka terlihat wajah kurus, namun dengan sorot mata yang keras.  Tulisan ini mencoba menggambarkan karakter Ki Bagus Hadikusumo  agar kita bisa meneladani  beliau.  Ada empat kesan dalam diri penulis tentang sosok Ki Bagus, yaitu  teguh dalam ber-Tauhid, sederhana, mengutamakan persatuan bangsa, dan konsisten.
Beliau lahir di Yogyakarta pada 24 Nopember 1890.  Sehari-hari beliau adalah guru di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, pernah aktif dalam Central Sarikat Islam, mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938 dan Masyumi pada 7 November 1945 di Madrasah Muallimin Muhammadiyah.  Di dalam Masyumi beliau menjadi wakil ketua, sementara ketuanya adalah KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdhatul Ulama (NU).  Beliau juga pendiri Angkatan Perang Sabil pada saat Agresi Militer Belanda di bulan Juli 1947.  Beliau juga seorang yang sangat intelek, dan penulis produktif.  Beliau menulis tujuh buah buku di bidang agama dan akhlak.
-1-
Dalam kedudukannnya sebagai ketua umum Persarikatan Muhammadiyah, beliau pernah berhadapan dengan seorang perwira Jepang, Kolonel Tsuda, yang memanggil ke kantor Kempetei  dan memintanya menginstruksikan kepada para warga Muhammadyah agar melakukan sekerei (membungkukkan badan kepada Tenno Haika) setiap pagi.   Beliau menjawab, bahwa sebagai seorang Muslim, ia tidak dibenarkan membungkukkan badan kepada sesama manusia. Sekerei diyakini sebagai penyembahan kepada Tenno Haika sebagai putra Dewa Matahari. Seorang Muslim hanya menyembah kepada Tuhan yang satu, Allah.  Perwira Jepang itu marah dan membentak beliau, namun beliau tetap bergeming, tetap berpegang pada prinsipnya. Ketika perwira Jepang itu sedang marah, Ki Bagus justru menjelaskan dengan halus, “Tuan Tsuda, anda adalah seorang yang beragama sebagaimana saya.  Tiap agama tentu memiliki pinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar.  Anda pasti memahamai hal itu.”  Perwira Jepang itu hanya terdiam.  Akhirnya perwira Jepang itu mengakui keteguhan hati Ki Bagus dan mempersilakan pulang.
Di bulan Februari 1945 dalam kunjungannya ke Jepang bersama Soekarno dan Hatta memenuhi undangan Kaisar Hirohito, Ki Bagus datang ke istana Kaisar mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan keris.  Pada saat Kaisar memasuki ruangan dan seluruh hadirin membungkukkan badan, Ki Bagus tetap berdiri tegak.  Usai acara itu, Kaisar bertanya mengapa Ki Bagus tidak membungkukkan badan, ia menjawab bahwa membungkukkan badan kepada sesama manusia merupakan penghormatan yang berlebihan, apalagi dengan keyakinan bahwa Kaisar adalah anak Dewa Matahari.  “Tenno Haika, hal itu bertentangan dengan keyakinan saya sebagai seorang muslim,” jawab Ki Bagus.  Kaisr Hirohito menganggukkan kepala sambil tesenyum, mengagumi keteguhan iman Ki Bagus.
Demikian pula pada saat berkunjung ke sebuah kuil dan seluruh delegasi  disuguhi sake dan harus diminum sebagi bagian dari ritual sembahyang, tangan Ki Bagus gemetar sehingga cawan yang dipegangnya terjatuh dan pecah.  Seketika para hadirin terkejut, dan kejadian itu dilaporkan kepada Kaisar.  Kaisar Hirohito  justru menganugerahi hadiah berupa  cawan  yang masih baru kepada Ki Bagus sebagai kenang-kenangan.

-2-
Beliau adalah seorang yang amat keras dalam mendidik anak-anaknya.  Sejak kecil diajarinya anak-anaknya bekerja agar mampu membiayai diri sendiri. Beliau  hidup dengan amat sederhana, sebagaimana layaknya seorang guru.  Beliau pernah mencoba berwiraswasta namun tidak berkembang bahkan bangkrut.  Sepertinya beliau tidak berbakat berdagang.  Kesibukan beliau sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tentu menyita banyak waktunya.  Setiap kali hendak menghadiri sidang BPUPKI di gedung Volksraad di Jakarta, beliau selalu meminjam beberapa potong kain batik dari paberik batik adiknya dan dijualnya di pasar Beringharjo.  Uang dari menjual batik itu ia gunakan untuk membeli tiket kereta api untuk pergi ke Jakarta.  Barangkali pada waktu itu, anggota BPUPKI tidak digaji, padahal beliau adalah seorang pejabat negara. 
Bandingkan dengan para pejabat negara sekarang yang orientasinya tidak untuk memperjuangkan nasib rakyat namun memperjuangkan kesejahteraan dirinya sendiri.
-3-
Ki Bagus Hdikususmo ditetapkan sebagai pahlawan nasional di antaranya karena ia berjasa menyusun naskah dasar negara Pacasila sehingga seperti sekarang.  Ki Bagus yang menyelesaikan konflik antara kelompok Islam dan lainnya dalam siding-sidang BPUPKI dalam perdebatan tentang dasar negara.  Kelompok Islam menginginkan agarIndonesaia dijadikan negara Islam, mengingat mayoritas warganya adalah muslim.  Dengan demikian mereka menginginkan negara ikut campur dalam kehidupan keagamaan warga sesuai dengan syariat Islam.  Keinginan kelompok Islam ditentang oleh kelompok lainnya terutama yang berasal dari Indonesia Timur.  Mereka mengancam akan melepaskan diri dari republik Indonesia jika Indonesia berdasarkan Islam.  Sebagai komprominya, disusunlah kalimat Ketuhanan yang mahaesa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Ki Bagus merasa, pembatasan syariat Islam bagi para pemeluknya berarti tidak berlaku untuk seluruh warga negara.  Ini akan menjadikan kesulitan dalam pelaksanaanyya.  Karena ia meprediksi negara akan setengah-setengah dalam memberlakukan syariat Islam, maka ia mengusulkan agar ketujuh kat  aitu dihapus saja.  Usulan Ki Bagus akhirnya diterima baik kelompk Islam maupun lainnya dalam BPUPKI.    Oleh kelompk Islam Ki Bagus dituduh berkhianat, namun ia mampu menjelaskan bahwa kepentingan bangsa lebih penting, dan biarkan persoalan agama diurus oleh warga sendiri, tanpa campur tangan negara.
Prinsip persatuan bangsa telah ditunjukkan oleh Ki Bagus, jauh sebelum ia menjadi Ketua PP. Muhammadiyah.  Pada waktu Muhammadiyah masih begabung dengan Central Sarikat Islam (CSI), dalam salah satu Kongres CSI, terjadi perpecahan antara kelompk Islam dibawah pimpinan Abdul Muis dan kubu Komunis dibawah pengaruh Tan Malaka.  Pada saat genting itu, tampil Ki Bagus Hadikusumo, mengingatkan para peserta sidang agar tidak ada perpecahan dalam tubuh SI, karena jika terjadi perpecahan, maka pihak  musuh yaitu pemerinta hHindia Belanda akan sangat senang sekali.  Maka Ki Bagus berpidato, dan mengatakan bahwa yang menginginkan terjadinya perpecahan adalah anek Hindia Belanda.  Dengan demikian faksi-faksi yang ada di dalam CSI bersatu dan utuh kembali.


-4-
Ki Bagus adalah seorang yang sangat konsisten dalam memgang sebuah aturan yang telah disepakati bersama.  Dan seringkali untuk bersikap konsisen itu beliau serngkali harus menderita.  Sebagai contoh untuk menggambarkan konsistensi beliau adalah keputusan majelis tarjih tentang penggunaan tabir antara laki-laki dan perempuan dalam setiap pertemuan.  Banyak pengurus Muhammadiyah tidak mengindahkan keputusan karena dirasakan kolot dan sudah ketinggalan jaman.  Namun Ki Bagus menegur para pimpinan Muhammadiyah yang tidak mau mengikuti keputusan Majelis Tarjih tersebut.  Beliau mengatakan, “Saya tahu bahwa saudara-saudara menganggap keputusan mjelis tajih tentang tabir adalah sesuatu yang kolot, akan tetapi karena sudah menjadi keputusan, maka kita harus menghormati apa-apa yang telah kita sepakati. Itu adalah hasil dari sebuah ijtihad.  Jika kita tidak menyepakati keputusan tersebut, mari kita mengadakan musyawarah untuk memutuskan sebuah ijtihad baru tentang tabir.”
***
Demikian beberapa hal yang bisa ditulis tentang sosok Ki Bagus Hadikusumo.   Beliau meninggal di Jakarta, 4 Nopemebr 1954, dan tahun 2015 dijadikan pahlawan nasional agar tindakan dan karaker beliau yaitu teguh dalam tauhid, menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa, sederhana, dan konsisten dengan setiap kesepakatan, diteladani oleh seluruh bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar