04 Juni, 2013

Suatu Siang di Jalan Raya Gombong-Kebumen



Ini peristiwa sekitar dua tahun yang lalu. Saya sedang berkendaraan pulang dari sebuah rapat di Stikes Muhammadiyah Gombong. Saat itu pukul 2 siang. Panas matahari terasa membakar wajah. Kendaraan saya jalankan pelan, karena jalanan padat. Sepeda motor berseliweran dari arah depan dan belakang, menambah ruwet jalanan. Saat itu anak-anak sekolah memenuhi jalanan karena sudah jam pulang.

Ada seorang kakek tua hendak menyeberang jalan. Ia tampak kesulitan dan ragu-ragu hendak menyeberang. Sekali ia melangkah maju, namun kemudian mundur lagi. Lalu lalang sepeda motor yang demikian kencang membuatnya tidak bernyali untuk menyeberang. Tiba-tiba ada seorang pelajar menepikan sepedanya, turun, dan menggandeng sang kakek. Dengan perlahan ia menuntun kakek tua itu sambil tangannya ia lambai-lambaikan sebagai isyarat agar kendaraan-kendaraan memelankan lajunya. Akhirnya ia berhasil menyeberangkan si kakek ke sisi jalan yang lain. Sang kakek hanya bisa menatap anak yang barus saja menolongnya. Si pelajar itu segera berbalik, menyeberang jalan, dan menaiki sepedanya kembali.

Dalam hitungan detik, saya berjalan sejajar dengan pelajar tadi. Sekilas saya baca tulisan di lengan baju seragam biru putih sang pelajar, dan di situ tertulis: SMP MUHAMMADIYAH GOMBONG.

Saya sampaikan cerita di atas di hadapan guru-guru, siswa dan orangtua siswa SMP Muhammadiyah Gombong. Saya ingin mengatakan, seorang pemimpin adalah seorang yang peduli kepada sesama. Menjadi anak pintar itu biasa, lulus dengan nilai UN tinggi, itu hal biasa. Namun mencetak anak menjadi sosok manusia yang penuh kepedulian, itu luar biasa. Itulah yang dimilki sekolah-sekolah Muhammadiyah. Itulah yang dikerjakan guru-guru Muhammadiyah. Kita tidak sedang mencetak seseorang yang nantinya menjadi pejabat, politisi, bos perusahaan, atau ulama. Tidak! Yang kita kerjakan adalah: mencetak seorang manusia.!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar