27 Agustus, 2010

Rindu bapak I

11 juli 1997 sudah 13 tahun yang lalu, bapak meninggalkan kami semua.
Beliau sudah sakit selama 7 tahun. dan dengan setia ibuku merawatnya.Sakit itu dimulai ketika aku sekolah di sma. Ketika aku masuk sekolah di sma muhammadiyah I jogjakarta, aku masih diantar bapakku. Waktu itu, masih sangat kuingat, bapak menyumbang untuk uang gedung sejumlah 1 juta. Bapak membawa koper berisi uang satu juta. bagiku waktu itu satu juta cukup banyak.yah tahun 1990, aku masuk muhi, setelah sebelumnya aku menimba ilmu di Pondok pesantren assalam solo.
Praktis , aku tidak punya waktu banyak mengenal bapakku sendiri.
Sekolah menengah pertman, aku sudah berpisah dengan orang tua untuk sekolah di assalam, dan dilajutkan di sma muhammadiyah I, terus langsung kuliah. jadi, keintimanku dengan bapakku bisa dirasakan, ketika aku lahir, sampai umur 12 tahun.Dimana aku selalu berada dekat dengan orangtuaku, orang yang telah mendidikku dengan susah payah, hingga aku menjadi seperti sekarang ini.

kenangan masa kecil dengan bapakku yang begitu melekat di otakku adalah, ketika pergi ke dokter gigi. bapakku sangat disiplin kepada anak-anaknya agar selalu menyikat gigi. pernah suatu ketika, gigiku ada yang harus dicabut. Aku takut setengah mati. Tapi dengan segala upaya, akhirnya bapakku membujukku untuk berani ke dokter, dan sebagai bonus aku diberu uang 10.000,-. uang sepuluh ribu waktu aku sd umur 8 tahun sangatlah besar. Dan kenangan itu terpatri hingga sekarang.

Kenangan yang lain, sekaligus kenangan yang cukup pedih, ketika bapkku harus pergi keluar kota. dan beliau menanyakan padaku. Aku mau dibelikan apa? kata bapak. Aku menjawab," sepatu pak, tapi harus yang berwarna merah,". Bapakku dengan semangat mengatakan akan berjanji membelikan sepatu yang harus berwarna merah itu.
Bapakku keluar kota bersama supir yang bernama Jono, memakai mobil chevrolet.
dan betapa kagetnya diriku, ketika menerima kabar, bahwa, bapakku kecelakaan masuk jurang. Aku sedih bukan kepalang, dan ternyata bapakkula yang menderita luka parah, supir tidak begitu terluka. akibat kecelakaan itu, bapakku dirawat di rumah sakit di jogja untuk beberapa lama. Setelah aku besar, aku mulai mngait-ngaitkan kejadian tersebut, apakah permintaan sepatu merahku dengan kecelakaan ada hubungannya? jangan-jangan itu adalah sebuah firasat yang samar. entahlah....kadang2 aku merasa bersalah...keapa aku nekat meminta sepatu merah itu....

Bapakku adalah seorang yang displin dan tegas. hampir semua orang mengatakan hal tersebut. beliau adalah seorang guru, juga pegawai di departemen agama. tapi karena tidak betah menjadi pegawai, akhirnya beliau keluar dan berwira swasta menjadi produsen genteng.

bapak memang jarang bercanda, terkesan kaku, tapi sebnernya dia sungguh sangat mulia. Wjar bila kadang2 sesekali beliau marah. dari pengalamanku diatas, menunujkan meski bapak seorang yang kaku, beliau, masih mau mengantarkan anaknya ke dokter gigi, membelikan sepatu. Kadang cinta dan kasih seseorang disampaikan dengan bentuk yang berbeda2.

Pernah suatu kali, jika ada sesuatu yang lucu, bapak tertawa terbahak2 sampai terpingkal2. kadang2, bapak suka memainkan ketiaknya, memakai tangan dan membunyikannya sehingga, kami semua tertawa.

Atau, kadang, bapak mengucakan kata2 bahasa arab, mungkin dari gontor, yang sangat cepat...sehingga aku kesulitan menirukannya.

dan aku mulai menangis...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar