07 Januari, 2013

Perda : membonceng harus menyamping? ..oh Nooo

Mendengar berita tersebut,hati rasanya langsung gundah gulana. Bukan apa apa, kenapa urusan sepele tersebut sampai diurusi pemerintah segala.


Mereka berdalih itu sesuai syariah. Syariah yang mana? bahkan Pada jaman nabi, Aisyiyah ikut berperang dan naik kuda.Bahkan Nabi bersabda : Ajarkanlah anakmu Naik kuda, berenang dan memanah.

Dan naik kuda itu harus mengangkang. Adakah yang salah? Kecuali orang orang yang berpikiran kotor.


Begitu juga ketika perang Uhud, ada seorang Pahlawan wanita yang jago berperang dan naik kuda bernama Nusaibah dan  Khaula binti Azur


Nusaibah

Sedikit cerita tentang Nusaibah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang mulia berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut melakukan hal yang sama – menghadang bahaya demi melindungi sang pemimpin orang-orang beriman.

Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, "Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka'ab berperang membelaku."

Memang Nusaibah binti Ka'ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutanUmmu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama RasulullahShallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.

Nusaibah adalah satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, "Jangan mengalirkan darah denga sia-sia."

Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara RasulullahShallallahu alaihi Wassalam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, "berikan perisaimu kepada yang berperang." Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.

Khaulah Binti Azur 


Siapa Ksatria Berkuda Hitam ini? Itulah Khaulah binti Azur. Dia seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan pandai bermain pedang dan tombak, dan terus berlatih sampai tiba waktunya menggunakan keterampilannya itu untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya.


Diriwayatkan betapa dalam salah satu peperangan melawan pasukan kafir Romawi di bawah kepemimpinan Panglima Khalid bin Walid, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Seperti singa lapar yang siap menerkam, sosok berkuda itu mengibas-ngibaskan pedangnya dan dalam waktu singkat menumbangkan tiga orang musuh.

Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasan sosok berbaju hitam itu. Mereka bertanya-tanya siapakah pejuang tersebut yang tertutup rapat seluruh tubuhnya dan hanya terlihat kedua matanya saja itu. Semangat jihad pasukan Muslimin pun terbakar kembali begitu mengetahui bahwa the Black Rider, di penunggang kuda berbaju hitam itu adalah seorang wanita!

Keberanian Khaulah teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam peperangan Sahura. Mereka dikurung dan dikawal ketat selama beberapa hari. Walaupun agak mustahil untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mau menyerah dan terus menyemangati sahabat-sahabatnya. Katanya, "Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Dimana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!"

Demikianlah Khaulah terus membakar semangat para Muslimah sampai mereka pun bulat tekad melawan tentara musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jika gagal melarikan diri. "Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insya Allah pertolongan Allah sudah dekat.

Dikisahkan bahwa akhirnya, karena keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil melarikan diri dari kurungan musuh! Subhanallah…


Dari dua cerita  pejuang wanita islam diatas, mereka adalah wanita wanita hebat, dan mereka mahir menunggang kuda dalam berperang, dimana menunggang kuda dalam berperang tentunya posisi duduknya mengangkang. Mengangkang tapi tetap sopan dengan jubahnya. Karena mereka menggunakan celana longgar, dan dilapisi jubah diluarnya.

Jika mereka dalam poisisi menyamping tentunya geraknya tidak akan bebas, apalagi dalam perang.
dan Nabi Muhammad  pada waktu itu tak melarang wanita menunggang kuda.Dan itu sudah terjadi berabad abad yang lalu. Kenapa sekarang justru kita jauh terbelakang dibanding jaman nabi yang sangat egaliter?


Ibu saya yang sudah berusia lanjut, sering dibonceng naik sepeda motor, dan selalu berposisi  duduk menyamping. beliau selalu mengeluh capek. akhirnya suatu hari adik saya yang didepan, meminta ibu untuk merubah posisinya duduk mengangkang, kebetulan ibu memekaia celana panjang.Baru sekali itu ibu duduk mengangkang, dan secara refleks langsung mengatakan " Oh ternyata enak ya naik motor begini," kata beliau ceria.


Aku juga sering mengalami hal serupa, duduk menyamping ketika dibonceng motor dibelakang rasanya  cukup melelahkan. 
Jika duduk mengangkang dianggap tidak sopan, sebenarnya itu tergantung pikiran kita. Bahkan aku tak pernah berpikir bahwa mengangkang itu tidak sopan.
Dan menurut saya, yang lebih  penting lagi  adalah keselamatan sang penumpang.
Bahkan jika naik motor, saya lebih menyarankan memakai celana panjang dari pada memakai rok, atau jika anda lebih nyaman memakai rok, pakailah dalaman celana panjang. Karena itu lebih aman untuk keseimbangan kita.

Mungkin disini banyak juga perempuan yang tidak setuju dengan pendapat saya, dengan alasan, gak islami, anggunnya hilang , bukan budaya kita dll. Saya juga sering dikritik, jika saya sering memakai celana panjang.
Karena saya adalah pemimpin sebuah organisasi di tempat saya. menurut saya asal pakaian itu sopan, tidak ketat dan tidak tembus pandang, sah sah saja memakai celana panjang.

Aturan menyamping atau mengangkang sebetulnya tidak perlu dikeluarkan oleh pemerintah. penumpang bebas memilih mau duduk menyamping atau mengangkang. Jika saya memakai rok, tentu saya akan menyamping, jika saya memakai kulot atau celana panjang saya akan lebih memilih posisi mengangkang.

Pemerintah daerah mestinya bukan mengurusi cara berpakaian, posisi naik motor, atau apalah yang sangat prifat, lebih penting dan urgent  mengurusi masalah kemiskinan, banyaknya anak anak  yang  kurang gizi, banyaknya kematian Ibu melahirkan,Tingkat pengangguran yang tinggi,  dan masih banyak lagi masalah perempuan yang perlu perhatian dari pemerintah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar