06 Januari, 2013

Perjalanan ke Bandar

Kami berdua berangkat Pukul 08.00 pagi.Setelah Suami membaca peta,kamipun berangkat.katanya Bandar itu dekat Kali bening.Pukul 11.30 kami berhenti di Kajen, Di sebuah Pom bensin, sekalian Suami berganti pakaian batik, karena mau menghadiri  resepsi pernikahan seorang kawan kami, aku sudah memakai pakain resmi sejak berangkat. Aku hanya menambahsedikit lisptik, dan memoles bedak tipis.

Selepas mengisi bensin, melajulah kendaraan  kami, kira kira sudah satu jam, rupanya tak sampai sampai pula.  Tibalah kami di  daerah Doro, disana di sepanjang jalan ada pohon rambutan. Di sepanjang jalan, banyak sekali orang menjual durian. Kami ingin turun sebentar berdua, sambil menikmati durian, tapi kami putuskan nanti saja setelah acara utama selesai.

Asyik sekali memandangi pohon rambutan yang sudah memerah di sepanjang jalan. JUga buah durian yang dijajakan di sepanjang jalan.Di sudut jalan, ada  tugu berbentuk "Durian". yang dinamakan Tugu duren. Rupanya disini penghasil durian.

Kendaraan kami masih melaju.
Rasanya  aku sudah ingin sampai. Fikirku, Sebelahnya Kali bening, paling hanya 1 jam, atau 1/2 jam ternyata, dari Kali bening masih harus menempuh perjalanan sampai 3 jam.

Akhirnya tepat pukul 14.00 sampai pula kami di daerah Bandar. Tenang rasanya.Kami masih belum tahu dimana pondok tazakka.Kami menelpon teman, dan akhirnya kami melihat sebuah masjid besar nan indah dari kejauhan. Rupanya disanalah pondok tersebut. Masih banyak kendaraan terparkir disana. Rupanya acara sudah berakhir,Tapi alhamdulilah kami masih bisa memberi selamat kepada mempelai dan bertemu pak Hajri teman lama suami disana. Kami sempat menyantap nasi Kebuli dan emping.
Karena sudah selesai, kami langsung berpamitan pulang.

Kami keluar  dari Pondok pukul15.00 Wib.
Ada dua jalur menuju Doro. Suami memilih satunya. Aku bilang jika ragu, gak usah. Tapi suami tetap menempuh jalur tersebut, karena memang jalannya sepi. Suami lebih suka melewati jalan sepi yang berkelok kelok dr pada lewat kota yang penuh kendaraan. Okelah, Bola ada ditangan suami.

Kendaraan melaju, dan jalanan memang sepi. Asyik. sudah setengah jam, rupanya jalan semakin naik dan sepertinya sedikit "aneh" kok sepertinya mau ke gunung? . Karena keanehan itu, suami turun  dari kendaraan dan bertanya pada seseorang diujung jalan ."Mba, apa ini ke arah doro?"katanya. Oh bukan doro sebelah sana , sudah terlalu jauh pak, "kata wanita itu.

Akhirnya kamipun kembali, ke jalan awal, sudah 1/2 jam kami menempuh jalan yang salah, dalam suasana lelah dan akhirnya kembali lagi butuh waktu 1/2 jam untuk kembali ke jalan semula. Totalnya 1 jam kami menyia-nyia kan waktu. Tapi namanya juga ijtihad.  Jika benar dapat 2, salah dapat 1. dapat 1 nya besok jangan lewat jalan itu lagi ya...heheh

Akhirnya kita kembali  melewati doro, mulai banyak pohon rambutan di sepanjang jalan, dan durian yang harumnya menusuk hidung.Di pasar, banyak sekali durian di jual belikan di sore itu, kami melihat,  hampir di sepanjang jalan orang menjual durian. Seperti rencana awal kami, kami akan segera membeli durian, sayang nya hampir setiap warung yang menjual durian dipenuhi gerombolan laki laki dan ada yang membawa bendo. Seram sekali. Mungkin bendo itu, untuk membuka durian maksudnya. Tapi aku jadi tidak nyaman. hehe.

Kami lebih memilih penjual yang sendirian, atau wanita, yang dengan bebas kami menawarnya dengan harga yang pantas tentunya. Akhirnya kendaraan kami berhenti diujung jalan, Penjualnya laki laki dan hanya satu orang. di depan sebuah warung. Kami turun dan mulai menawar. Penjual durian itu menawarkan ini "ini 20.000 pak, sambil menunjukakan durian yang sudah diikat berisi 4 buah durian", Oya satu ikat ini 20 ribu pak?, kataku"
"wah..ibu ini, satu biji 20rb bu."katanya.
 "Wah masa mahal sekali, "kataku, di purworwo aja 10 ribu pak, aku ngeyel." "Mau berapa bu ya sudah kami turunkan 75.ooo /ikat, "katanya,
"Gak bisa pak, saya tawar 15.000/biji jadi satu ikat ini 60 ribu ya pak," aku mendesak
Akhirnya penjual pun setuju. Sebenarnya aku masih bisa menawar paling tidak 10 ribu. Tapi sudah malam, ya, itung itung buat tambahan si Bapak.
Aku duduk berjejeran  dengan suamiku, menikmati 2 buah durian. Suami memeasan teh hangat. Akhirnya setelah selesai makan, kami membayar semua dengan 75.000,- 3 buah dibawa pulang dan 2 buah dimakan disana.

Hari mulai gelap, sampailah kami ditengah hutan pekalongan, entah daerah apa namanya, aku tak sempat bertanya pada suamiku, daerah  yang amat gelap, di tumbuhi pohon pohon yang besar disertai hujan lebat dan petir yang menyambar nyambar.Kendaraan kami melaju pelan, karena kabut sangat tebal. Jarang sekali kendaraan yang malam itu lewat, seolah kendaraan kami hanya satu satunya. Tiba tiba ada bus angkutan umum didepan kami, kadang kadang aku suka berkhayal jika bus di depan kami itu hahahah. tidak ahhh.
Rasanya ngeri sekali melewati jalan itu, aku sudah tidak sabar dan ingin pulang,. Untuk mengurangi rasa takutku, aku terus mengobrol dengan suami Ketika petir menyambar, aku bertanya pada suamiku, "Pak, Indonesia sudah punya alat penyimpan tenaga petir? kan bisa untuk pengganti listrik. Sepertinya sudah, katanya. Masa belum, Benyamin Frankiln saja waktu kecil, bermain menangkap petir dan dimasukan botol, katanya. "oh, kataku. Iya tapi seperti apa alatnya? kataku. Eh malah suami bercerita dan menyambungkannya  dengan novel horor.Aku langsung menuntup dan bertanya lagi tentang tenaga petir itu.

Sudah setengah jam kami melewati hutan belantara yang menyeramkan ,ditemani, hujan lebat dan petir yang menyambar nyambar.Mungkin kalo siang hari, hutan itu sangat mengasyikan tapi karena keadaan sudah malam dan hujan lebat , akhirnya yang kurasakan hanya ketakutan. Takut mobilnya mogok, sementara bensin sudah menipis, dan Tidak ada pom bensin di Hutan!!!Coba bagaimana? hihihi

Bensin harus segera di isi dan, Pom bensin masih jauh di kali bening. Akhirnya sampai pula kami di Kota di Kali bening, dan kami mengisi bensin. Rupanya Premium habis. hah?Ya sudah mudah mudahan bensin cukup. Kendaraan kami melaju, menuju Kota banjar negara. Dari Kali bening menuju kota masih harus melewati karang kobar, masih melawati  hutan  dan kegelapan, rasanya pingin melihat rumah dan lampu lampu dimana disitu ada kehidupan. Hatiku malam itu rasanya sudah ingin di rumah. Mungkin karena cuaca buruk, jadi aku resah.
Suami selalu menenangkan,"lho kan sama aku, kapan lagi kita jalan2 berdua seperti ini,"katanya 

Akhirnya sampai juga kami di kota Banjarnegara, kami mengisi premium. HAti sudah sedikit lebih lega. Karena rumah sudah hampir dekat. Paling tidak, sudah ada kehidupan.

Tapi umtuk menjuju Rumah kami, Kami masih harus melewati Hutan sempor, hutan yang indah jika siang hari, di tumbuhi pohon pohon pinus yang tinggi, dan indah,  tapi kalo malam, apalagi  ditemani hujan lebat pastinya jadi ngeri, takut longsor dan lain lain.

Dari Banjar negara menuju sempor, kelelahan menderaku hingga tak sadar aku tertidur dan sudah sampai di pertengahan hutan sempor. Aku terbangun di tebing hutan sempor. Gelap, kapan sampai  rumah ya..kataku pada suami. "Sebentar lagi sayang, katanya,"

Setelah 1 jam perjalanan dari Banjar negara, kami sampai dirumah dengan selamat,perjalanan yang cukup melelahakan. 12 jam perjalanan hanya untuk 15 menit pertemuan. Tapi itulah silaturahi, Silaturahim memang berat, tapi mari kita lupakan yang berat, mari kita menikmati durian doro yang manis dan empuk..:)



Sesampai dirumah , aku membuat teh untuk keluarga dan membuka 1 buah durian untuk dimakan bersama. Durian doro ini memang enak. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar