30 April, 2014

Perjalanan ke Jakarta V ("Tiket tak jadi mubadzir)

Setelah menikmati traktiran daeng di Telaga Sampireun, kamipun tepar, masing masing melepaskan beban dengan tidur. Tentunya shalat isya dan gosok gigi lah..
Tapi yang masih sibuk si dina....ngurusin administrasi dan laporan yang belum kelar. Satu satu pulang kerumah masing masing. Upik, Fitri...


Akhirnya  si dina selesai juga, dan di Kantor PPNA hanya ada kami bertiga. Aku Ulfa dan Danik.

Rencanaku semula sebenarnya akan pulang dengan mobil malam itu juga, bersama mba susi, teman dari kebumen, yang ketemu di kereta malam pas baerangkat. Dia menawari kumenumpang mobilnya. Aku senang saja, dan aku mengira itu gratis. Ahhh..kau ini mana ada yg gratis di dunia ini...:))

Padahal aku sudah mengantongi tiket pesawat lion air, dan pulang jam 16.00 wib.

Waktu aku masih makan di telaga sampireun, beberapa kali susi menelpon, tapi HP aku silent. jadi aku gak tahu. lalu susi sms, bahwa, kalo aku setuju ikut dengan mobilnya, aku diminta membayar 350.000,-. 
Ihik...wah kirain aku cuma menumpang aja, ternyata harus bayar, apalagi aku sudah punya tiket pulang dengan lion air. kalo lion gak aku pake, mubadzir dong...

Lalu aku menlpon suami, meminta pendapatnya. Kata beliau, lebih baik pakai pesawat saja, meunggu sehari tak apa, kamu kan bisa istirahat di kantor, toh siang nya aku juga sudah harsu ke bandara agara tidak terkena macet.

Lalu, aku sms ke mba susi yang baik yang sudah menawariku menumpang mobilnya, bahwa aku tidak jadi ikut, karena memang tiket sudah terlanjur dipesan, sedangkan, waktu janjian pun sepertinya juga meleset. Dia minta pulang habis isya, sementara aku sampai kantor PP baru jam 21.30 wib. Kasihan dia kalo lama menunggu.

Mungkin dia mengira aku keberatan kalo membayar, hehe iya juga sih, secara aku sudah punya tiket. selain aku harus membuang tiket pesawat, aku harus mengeluarkan lagi?. Dan lagi aku juga baru kenal dengan nya. Bukan bermaksud curiga tapi, keadaan yang tidak membuat aku harsu pulang bersamanya.
maafkan aku mba susi yang baik hati...atas tawaran tumpangannya.

Rasanya malam itu lelah sekali, memang sudah takdir aku untuk tetap memakai pesawat, coba kalo aku langsung nekat pulang dengan mba susi memakai mobil dari jakarta ke kebumen, aku pasti lelah sekali, dan jalanan dipastikan macet, karena hari itu hari libur, semua orang keluar kota.
Dan benar, saudaraku beberapa hari lalu bercerita bahwa, Perjalanan dari jakarta ke kebumen, hari yang sama, sangat macet, dari jakarta subuh sampai kebumen jam 11 siang keesokan harinya. wah memang Tuhan maha pengasih..

Subuh, aku terbangun, dan segera shalat, dan aku mulai kelaparan, kebetulan di kantor ada mie gelas, lalu akuseduh mie dengan air panas. Dan aku melahapnya, lalu aku membuat teh , rasanya segar sekali pagi itu. Akupun membuka internet untuk mencari berita sembari membunuh waktu. Ulfa dan danik masih terlelap.

Hari mulai siang, sekitar jam 9 pagi ulfa dan danik sudah rapi, dan mereka mengajak ku mencari makan. Kami berjalan menyusuri gang gang di dekat Menteng, danik ingin mampir warteg yang menjuat cumi hitam, tapi sayang cuminya sedang kosong. Akhirnya, pilihan jatuh di makanan jawa timur. Aku pesan soto ayam, Ulfa soto ceker, dan danik bebek goreng.

Selepas berbincang bincang sambil makan , kami menuju Kantor, dan Ulfa rupanya ada janjian untuk  segera pergi ke bogor. aku sekalian meminta ulfa untuk mengantarkan aku ke stasiun Gambir. Akupun mebonceng Ulfa, ruapanya dekat sekali ya menteng dengan Gambir, 5 menit tanpa helm lagi.

Ulfa mansehatiku, agar mencari bus damri yang menuju bandara. Kamipun berpisah.
Ku menuju deretan bus damri, disana sudah ada beberapa orang yang duduk di dalm bus.

Aku bersebelahan dengan seorang gadis dari semarang, yanga ka pulang untk liburan. Namanya akau lupa. Bus melaju ke bandara, aku tertidur, lelap sekali....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar