20 April, 2014

Perjalanan ke Jakarta I -Akhirnya aku berangkat juga

Akhirnya setelah" munda mundu" aku berangakatjuga  ke Jakarta. Sebelumnya aku sudah siap sih,  tapi...jika tiket pulang sudah tersedia. Tiket berangkat sudah dibelikan oleh hesti , memakai kereta api taksaka. Nah tiket pulang yang belum pasti membuat aku ragu untuk berangkat.

Akhirnya aku memberitahu hesti, kemungkinan aku tidak bisa berangkat ke jakarta jika tiket pulang tidak ada. Lalu Mba norma menelpon dan meyakinkan aku untuk harus berangkat, karena memang ini tugasku sebagi sekretaris departemen ekonomi, dimana acara di jakarta adalah acara bidang ekonomi. Tapi pikirku waktu itu, sudah ada Ketua dan anggota dll yg sudah membantu, jadi kedatanganku mungkin tidak begitu penting.  Meski sebenrnya juga ada tugas lain, menyampaikan materi "succes story" dalam berbisnis.
Aku sudah menyiapkan materi tersebut.Pokoknya aku siap berangkat.

Sekali lagi mba norma meyakinkanku untuk berangkat, dan mendengar telepon mba norma entah mengapa kekuatan itu ada, meski tiket pulang belum aku dapatkan.
Malam itu pukul 19.00 wib, hesti juga belum mendapatkan tiket. Tiket kereta habis. Tiket pesawat ada, tapi harganya 1,6 juta. Jakarta jogja . Itupun hari sabtu. Aku mencoba berbagai cara, aku searcging lagi, dan aku menemukan ada satu tiket dengan harga cukup terjangkau tidak semahal yg dicari hesti hanya 600 ribu jakarta jogja, dan masih di hari jum'at. Alhamdulillah, lalu aku hubungi hesti untuk memesan tiket tersebut.

Jam 20.00 aku segera bersiap siap ke jakarta, persiapan yang mendadak membuat aku sedikit bersalah dengan anak anak, karena anak anak sedikit kaget, dan akhirnya aku ungsikan ke rumah eyang.
Akupun belum memberitahu eyang kalo aku akan ke jakarta, begitu juga dengan suami, suamiku tahunya aku gak jadi berangkat, karena aku belum mendapatkan tiket. Dan satu alasan lagi suamiku agak khawatir denganku, karena aku belum pernah ke jakarta sendirian, apalagi ke PP muhammadiyah, dan waktunya malam pula.

Anak anak mengantarku ke stasiun sampe kereta datang jam 21.00.Sambil bercanda dengan dua anak gadisku yang beranjak dewasa, aku menunggu kereta datang. Ada seorang mbak mbak berbaju ungu, sama dengan warna bajuku malam itu, yang menyapa,"mau ke jakarta juga mba," katanya. Iya kataku, Aku turun di gambir, " kataku meneruskan," oh, Aku di jatinegara mbak, aku baru pertama naik kereta ke jakarta, makanya diantar bapak," katanya. Udah dapat tiket pulang belum? kataku," belum, tapi tadi ada yang jual lo PP,"katanya,"Oya, wah boleh juga tuh,"kataku. Lalu keretapun datang," aku memeluk dua anak gadisku, dan melambaikan tangan pada mereka," Aku mendapatkan kursi di tempat paling belakang, sendirian, nomer IC.
LAngsung aku duduk, dan segera membaca buku Robert Kiyosaki, buku lama, tapi masih oke juga buat bacaan ringan menjelang tidur.

Antara tidur dan tidak, petugas kereta membangnkanku, dan mengatakan sudah hampir sampai,katanya. Aku ke toliet, dan disan ada seorang Ibu yang menunggu untuk turun, Mau turun bu,? turun dimana, kataku,' dibekasi."Saya di gambir, masih lama gak bu? kataku, oh masih, setengahjaman katanya
Lalu ku masuk tolilet,dan kembali duduk ke kursiku. Petugas menawarkan minum hangat, ada teh , kopi, coklat panas. Hem rasanya mulut kecut sekali, akupun memesan segelas cokelat panas. Lalu aku minum sampai habis. Kereta berhenti, rupanya sudah sampai jatinegara. Dijatinegara kita kan berpisah....daku bersenandung lagu juwita malam..:)

Si mbak, yg berambut panjang dari kebumen tadi lewat, dan aku taklupa menyapanya untuk meminta nomer hapenya, siapa tahu nanti ada kereta yang bisa pulang bersama secepatnya.
Lalu kami pun berpisah.
Kereta melaju, dan akhirnya sampailah di stasiun gambir. Aku bergegas, dan mengkuit orang orang yang turun. Di bawah sudah disambut oleh banyak lelaki yang berprofesi sebagai tuakng ojek, supir taxi dll. 
Kata suami, Gedung dakwah PP muhammadiyah dengan gambir itu dekat sekali, beliau biasa jalan kaki. Tapi karena aku buta sama sekali, dan lagian waktu itu shubuh, jadi rada susah ya, aku memilih memakai jasa ojek, sebenarnya ojek yang aku pilih ini berlawanan dengan kata hatiku, intuisiku berkata ini orangnya rada gimana gitu, tapi anehnya aku menunjuk dia juga. 

Aneh kan? orangnya masih muda dari matanya rada sedikit pecicilan. "Mas ngojek ke menteng berapa? pp Muhammadiyah, kataku datar""35 rb  aja, katanya
"Eh deket banget masa 35rb, 20 rb aja, kataku
"Ya udah deh, naik mba," katanya
Akupun membonceng motornya.
Tas nya mau ditaruh depan apa? katanya" "Gak usah, bisa aku bawa," kataku
Enak aja, entar kalo di samber, gimana, pikiran aku negatif aja...
Diapun melajukan motornya dengan kencang, dan mundur mundur terus badannya, akupun jadi takut dan ikut mundur, dijalan yang aku ucapkan hanya " astaghfirullahal adzim, lahawla walaquwwata illa billah"....

Bersambung...mau nyuci dulu...:)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar