25 Maret, 2015

Mulutmu Harimaumu

Berhati-hatilah dengan pikiranmu, karena itu akan menjadi ucapanmu.
Berhati-hatilah dengan ucapanmu, karena itu akan menjadi tindakanmu.
Berhati-hatilah dengan tindakanmu, karena itu akan menjadi kebiasaanmu.
Berhati-hatilah dengan kebiasaanmu, karena itu akan menjadi karaktermu.
Berhati-hatilah dengan karaktermu, karena itu akan menjadi tujuan hidupmu." 


Margareth Theacer- Iron Lady Movie

Baru baru ini Gubernur Jakarta , AHOK mendapat sorotan dari masyarakat luas. apa sebabnya?
Beliau mengucapkan kata kata tak pantas  (kotoran manusia, dan upatan lain) dalam wawancara live di stasiun Tv Kompas. Bukan hanya sekali atau dua kali beliau mengatakan kata kata kotor, tapi sudah berulang kali, dan sudah di ingatkan oleh pembawa acaranya, namun rupanya Ahok sudah tak bisa mengendalikan diri dan tetap mengeluarkan kata kata tak pantas tersebut.

Meski masih ada saja yang membela dengan alasan lebih baik berkata kotor yang penting tidak korupsi, bagi saya tak ada alasan apapun, Pemimpin sudah seharusnya menjaga tutur kata nya, dalam keadaan apapun. Tidak korupsi itu sudah wajib, begitupun dengan menjaga tutur kata. Standar seorang pemimpin harus lah lebih tinggi dari pada rakyatnya, karena dia menjadi contoh.

Dulu, Goerge Bush pernah mengucapkan kata kata "Shxt" dalam perbincangan tak sengaja dengan Tony Blair dan terekam kamera. Seluruh Amerika mengecamnya. Kata kata tersebut tak pantas di ucapkan oleh sorang pemimpin negara.

Baru saja Stasiun BBC memecat seorang Pembawa acara "Top Gear" karena memaki sang Produser selama 20 menit dan meninjunya.

Bagaimana dengan kita? Mengapa masih membela orang yang salah? Ada apa dengan masyarakat kita? 

Apa ada kaitan dengan  pendidikan di negri ini?
Apakah Sekolah sekolah kita memperhatikan perkembangan anak anak didik kita? Atau hanya menilai dari sudut kognitif saja?

Yang penting nilai ujian bagus, tapi cara bicara mereka payah?
Sering sekali saya menjumpai, di sekolah, anak anak masih berkata umpatan yang tak sopan, dan tak ada yang menegurnya.
Pernah saya jumpai, anak anak sedang berolah raga sepak bola  di alun alun, dan  didampingi seorang guru, ada seorang anak yang mengumpat, mungkin sang guru tak mendengarnya, atau entah membiarkan nya.
Mudah mudahan bukan sekolah Muhammadiyah.

Betapa pentingnya menjaga tutur kata, karena itu adalah bagian dari pendidikan akhlaq.
Nabi bersabda :

Sesungguhnya Allah benci kepada orang yang buruk budi pekertinya serta kotor lidahnya.” (Hadits)

Kebetulan, saya mengajar di TPQ tiap sore, untuk anak anak  di sekitar rumah saya. Mereka berasal dari lingkungan yang kurang mampu dan kurang perhatian   serta pendidikan dari orangtua. Bisa dibayangkan, mereka sering sekali bicara kasar. Pertama kali mengajar mereka, saya cukup schock dengan umpatan umpatan kasar, seperti "guk guk", Gobxxok dan yang lain lain, yang tak pernah saya ucapkan sama sekali.Dan itu diucapakan oleh anak yang baru berusia 5 tahun.Sungguh memprihatinkan.Dimana mereka belajar?
Mereka tidak salah, karena mereka belajar itu dari keluarga, lingkungannya, ataupun dari televisi.

Saya tak kenal lelah untuk terus mengingatkan mereka, setiap ada yang berkata kotor, saya selalu menegurnya, dan memberikan sangsi.
Di sela sela kegiatan mengaji, untuk menambah kehalusan budi pekerti mereka, saya mengajari mereka banyak "Kata Mutiara" , menulis,  menyanyi, dan membaca puisi.
Di dinding tempat belajar, kata kata itu juga saya tempel, agar anak anak selalu membacanya. Sudah 1,5 tahun saya mengajar mereka, dan hasilnya, sudah banyak perubahan, kadang kadang masih ada kata kata buruk terlontar, tapi sudah berubah jauh lebih baik. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar