04 Juni, 2014

Si Mbah Pemulung


Selepas acara jalan sehat Dalam memperingati Hari TB sedunia minngu kemarin, aku duduk duduk sambil  menunggu jemputan suamiku.
Suasana alun alun kotor, banyak sampah berserakan. Dus snack, aqua, dll.
Hanya aku, desi, yoni dan mba esti wanita yang masih tersisa di belakang panggung. Aku agak terlambat pulang, karena kelamaan menyanyi, maklum menggantikan mc yang sudah lama pamitan.
Lagu terakhir yang kunyanyikan bersama ais, "Tak Kan terganti", mudah mudahan aja enak didengar hihi

Aku memperhatikan seorang wanita tua, sedang giat mengumpulkan botol bekas aqua, juga dus dus bekas snack,  lalu dia dikumpulkan dalam karung.
Aku mendekatinya dan berkata." Bade disade geh bu?" 
"Nggih, kata si mbah". Pinten niki nek sekilo?, kataku ," telungewu, katanya dalam bahasa jawa."
Sedinten angsal pinten kilo bu?. Setiap hari bisa dapat berapa bu, kataku. "Nggih mboten mesti," katanya. 

Dua bulan sekali, si mbah ini mengumpulkan plastik, dan baru dijual setelah terkumpul banyak.
Tanpa aku bertanya,  dia mulai bercerita, bahwa, semua ini harus ia  dijalani, karena dia masih harus  mengasuh cucunya. Ibu sang anak meninggal, dan bapaknya pergi  dan tidak mau mmebiayai si anak. Aku bilang ," kalo ibu mau,  cucu ibu bisa dimasukan di panti asuhan Muhammadiyah." Oya, katanya. Tapi sepertinya anaknya belum mau bu kata si ibu. 
"Nanti disekolahkan sampai sma, "kataku. "O nggih matur nuwun, "kata si ibu tersenyum.

Lalu aku menepi, dan duduk, terlihat dari jauh, motor supra fit orange datang, dengan pria berhelm dan berjaket cream, memberi kode padaku untuk menghampirinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar