24 Februari, 2015

Barang Langka itu bernama "Kepedulian"



     
      Siswa berseragam biru putih itu sedang asyik merokok, tiba tiba seeorang  pria mengambil rokok dari mulutnya dan membuangnya ke tempat sampah.
“Maaf, jangan merokok ya dek, kamu kan masih sekolah, kasihan orangtuamu,” kata sang pria menasehati siswa tersebut. Sang siswa yang tak dikenalnya pun merasa bersalah dan mengucap, “Maaf pak, terimakasih,”

Pria tersebut bukan guru sang siswa dan sepertinya tak mengenal  siswa berseragam biru putih tersebut, tapi, dia  punya keprihatinan besar, kenapa anak sekolah sudah merokok, pada saat jam pelajaran. Itulah yang bernama kepedulian.

Coba jika si penjual rokok tersebut peduli, dan tidak mengijinkan sang anak membeli karena masih di bawah umur, mungkin si anak tersebut urung merokok.

Suatu hari ketika khutbah Idul Fitri, Sang Khatib sedang serius berpidato, di ujung sana ada siswa siswa berseragam biru putih berlarian keluar dari shaf dan mencari tempat yang santai. Peristiwa itu sedikit memecah konsentrasi, karena sang Khatib sedang khusyu, sementara di ujung sana ada keramaian siswa yang  sedang berpindah tempat. Siswa siswa tersebut mungkin tak merasa jika apa yang mereka lakukan membuat suasana tidak tertib, seharusnya mereka tetap di posisinya, dan tekun mendengarkan khutbah. Tak ada satupun yang memperingatkan siswa siswa tersebut, padahal siswa tersebut didampingi sang guru. Celakanya, sang guru tak merasa bahwa yang dilakukan muridnya itu salah.Atau sang Guru tak peduli?

Ketika saya berlolah raga di alun alun, sering saya jumpai  beberapa siswa yang sedang praktek bermain bola mengucap kata kata kasar dengan teman mereka dan sang Guru diam saja, tidak menegur. Batin saya, ini guru hanya mengajar tapi tak mendidik. Bisa dimaklumi, jika sering terjadi perkelahian di dunia sepak bola kita.  Guru  tersebut hanya mengajar bermain bola saja. Etika tak pernah diajarkan.

Rupanya kepedulian menjadi barang langka di negri ini.  Bahkan di institusi Pendidikan yang merupakan tempat tumbuhnya calon calon Pemimpin. Bagaimana akan tumbuh Pemimpin, jika anak anak tak mendapat pendidikan  budi pekerti yang baik, ada anak berisik dibiarkan, ada anak merokok dibiarkan, ada anak berkata kasar dibiarkan, anak anak membuang sampah sembarangan dibiarkan.

Memang berat menjadi seorang Guru, kalo ingin enak enakaan ya jangan jadi Guru. Guru selain mengajar juga mendidik, jadi lah guru dimanapun anda berada, bukan hanya di sekolah, tapi diluar sekolahpun kita harus memiliki jiwa guru. Dengan memiliki jiwa Guru  akan tumbuh kepedulian baik di sekolah maupun di ligkungan sekitar anda.

Saya pernah menjumpai Guru merokok di lingkungan sekolah. Dan itu sangat disayangkan, merokok saja tidak baik, apalagi di sekolah, bagaimana mau menasehati siswa agar  tidak merokok, jika sang siswa melihat sang guru merokok di depan mata kepalanya sendiri.
Itu yang namanya “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari’

Jika semua pihak memiliki kepedulian terhadap pendidikan, baik orangtua, guru juga masyarakat, Insyaallah negri kita akan menjadi negeri yang maju.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar