30 Mei, 2020

Berkah di masa Pandemi

BERKAH DI MASA  PANDEMI COVID-19
Kultum Subuh oleh Abduh Hisyam
31/05/2020

Selama Pandemi covid 19, setiap orang harus menjaga jarak satu sama lain.  Hal itu harus dilakukan untuk mengurangi peluang tersebarnya virus corona penyebab coivd-19 ini.  Setiap orang kini lebih banyak berkumpul bersama keluarga dekat di rumah masing-masing.  Aktifitas di luar rumah yang melibatkan pertemuan dengan banyak orang harus dihindari.  Setelah dua bulan hidup dengan mengisolasi diri di rumah, banyak orang merasa bosan.  Mereka ingin keadaan kembali normal.  Mereka ingin berjalan-jalan, bertemu dengan kerabat dan handai tolan serta teman. 

Apakah berdiam di rumah sepenuhnya  menjemukan?  Bagi saya yang pada masa sebelum pandemi covid-19  beraktifitas di rumah, ketentuan WFH (work from home) bukan sesuatu yang mengejutkan.  Saya tidak merasa bosan.  Justru merasa senang karena berkumpul bersama dua anak gadis saya yang selama ini selalu berada di Yogyakarta.  Saat ini saya tinggal bersama istri, anak-anak, ibu dan adik  yang masih jomblo.

Ada hal-hal yang harus disyukuri pada masa pandemi ini.

1. Tadarus dengan zoom

Selama Ramadan kemarin saya mengajak saudara-saudara dan para keponakna membaca Alquran bersama lewat zoom.  Saudara-saudara saya tersebar di Jakarta, Bekasi, Tegal, dan saya di Kebumen.  Ibu saya walau tidak ikut membaca karena kemampuan mata beliau yang sudah menurun selalu ikut dalam pertemuan tersebut.  Kangen beliau kepada anak-anak dan cucu-cucu terobati, dan tentu sangat bahagia menyimak para cucunya lancar membaca ayat-ayat Alquran. 

2. Kultum tiap subuh dan menjelang tarawih

Karena saya sekeluarga harus selalu salat di rumah, istri saya mengusulkan agar tiap usai salat Subuh diadakan kuliah tujuh menit (kultum).  Penyampai kultum bergantian: saya, istri, Nadia, Jasmine, dan adik dr. Hasan Bayuni.  Eyang Putri cukup menjadi pendengar.  Selama Ramadan kegiatan kultum ditambah, yaitu menjelang salat tarawih.    Tiap hari masing-masing dari kami sibuk membaca buku atau tulisan pendek yang dapat diambil sebagai referensi kultum.

Dari lima orang jamaah terlihat kecenderungan masing-masing dalam menyampaikan kultum. Istri saya selalu menyampaikan hadits.  Hasan selalu menyampikan dalil tatacara salat, dimulai dengan hadits-hadits tentang bacaan surat Alfatihah di dalam salat.  Anakku Nadia senantiasa mengikuti pengajian dari YouTube yang diasuh oleh Imam Omar Suleyman dari Yaqeen Institute.  Jasmine selalu menyampaikan kisah-kisah yang memotivasi untuk berbuat baik.  Saya sendiri senantiasa berusaha menyampaikan hal-hal ringan dari kehidupan sehari-hari.
3. Suasana rumah yang semarak dengan bacaan quran

Eyang Putri, istri, dan kedua anakku adalah orang-orang yang senantiasa mendapatkan keasyikan dalam membaca Alquran.  Istriku selalu mengingatkanku perihal pesan Amien Rais tentang keharusan membaca Alquran paling tidak satu juz dalam sehari.  Amien Rais dalam banyak kesempatan bercerita bahwa ia pernah diceramahi oleh seorang tokoh Islam dari Mesir Muhammad Albahy, “Jangan pernah mengatakan bahwa dirimu pejuang Islam jika tidak pernah membaca Alquran minimal satu juz tiap hari.”  Seorang pejuang Islam harus mencintai Alquran dan menjadikannya pedoman hidup.  Salah satu cara menanamkan kecintaan kepada Alquran adalah dengan membacanya dan mempelajarinya sesering mungkin.

Istriku pernah kaget dan takjub ketika mendengar bahwa di bulan Ramadan Amien Rais senantiasa membaca alquran hingga tujuh juz setiap hari.   Ia pun berupaya mengikuti langkah tokoh reformasi itu. Namun ia belum dapat seperti Amien Rais.  Ia baru dapat menyelesaikan membaca lima juz dalam sehari.   Bagiku itu luarbiasa.  Berarti tiap pekan ia khatam membaca Alquran.  Sementara aku, paling hanya satu juz tiap hari.  Itu pun dengan susah payah.  Lumayan lah.

Jika di dalam rumah tidak terdengar suara orang membaca Alquran, mungkin saya tidak tergerak untuk membacanya.  Bahkan mungkin lalai terhadap Alquran.  Namun karena lingkungan rumah dipenuhi dengan orang-orang yang membaca Alquran maka saya pun terdorong untuk ikut membacanya. 

4. Salat malam berjamaah

Salah satu kekhasan bulan Ramadan adalah ibadah salat tarawih atau ‘qiyam al lail’.  Di mana pun berada umat Islam tidak meninggalkan ibadah ini.  Pada hakekatnya salat tarawih adalah salat malam yang semestinya sunnah dikerjakan di malam-malam di luar bulan Ramadan.  Tapi anehnya umat Islam memperhatikan salat malam hanya di bulan Ramadan saja, dan di luar Ramadan banyak di antara mereka mengabaikannya.  Barangkali mereka mengerjakannya namun tidak teratur.  Sesekali saja, tidak  setiap malam. 

Agar semangat bangun malam atau ‘qiyam al lail’ tetap terjaga, maka Hasan menyampaikan gagasan mengejutkan.  Ia mengusulkan agar tiap malam seluruh anggota rumah mendirikan salat malam berjamaah.  Menurut sunnah, salat malam dikerjakan seorang diri.  Namun tidak salah dan bukan bid’ah jika dikerjakan berjamaah.  Contohnya adalah salat tarawih. Salat malam terdiri dari delapan rakaat ditambah salat witir rakaat.  Jika salat malam dilaksanakan dengan berjamaah, akan ada semangat.  Kami setuju.  Sejak usai Ramadan, sudah tujuh kali kami melakukan salat malam berjamaah.  Semoga langgeng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar