04 Oktober, 2010

FOKUS

"It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it.
If you think about that, you'll do things differently" ~~ Warren Buffet



Kutipan Warren Buffet diatas, sungguh menjadi pengingat dan penyemangat bagiku. Apalagi dalam bisnis. Reputasi sangatlah penting. Bagaimana menjaga kepercayaan konsumen kepada produk kita.Aku bergelut di dunia bisnis, khususnya produksi genteng mulai tahun 1998. Waktu itu, Orangtuaku memberi / mewariskan pabrik padaku untuk dikelola. Sistemnya hasil produksiku disetorkan ke ibu. Karena hasil produksiku sudah pasti ada yang membelinya, yaitu orangtuaku, hal tersebut ternyata menimbulkan aku menjadi sosok yang manja. Sama sekali tidak berfikir. Karena sudah pasti dapat uang.Jarang sekali aku menengok pabrik. Aku sama sekali tidak punya perasaan memiliki pabrik tersebut. Lumayan jumlahnya ada 3 unit, semua mengerjakan satu jenis genteng yaitu jenis plentong.
Karena Krisis moneter, Perusahaan orangtua mengambil kebijakan agar mengurangi jumlah cabang genteng matang, termasuk perusahaanku.
Akhirnya setelah beberapa tahun kami mengikuti orangtua, mulailah kami mengelola pabrik sendiri. Hasil produksi kami tidak semuanya dibeli oleh Perusahaan orangtua.Kami harus berpikir dan bekerja keras, kemana menjual produk kami, jika perusahaan orangtua tidak membelinya.
Kami berpikir keras, bagaimana menggaji karyawan, padahal belum ada pemasukan dari penjualan genteng. Dulu, ketika masih dibawah perusahaan Orangtua, kami mau bon kayu, gaji karyawanam, bahkan bon pribadi bisa. tai sekarang? kemana lagi?
Sepertinya kami mulai dari nol lagi. kami mulai peduli, kenapa Hasil produksi kami kadang-kadang muda, bahkan rusak. Yah,kadang kami menyalahkan tukang bakarnya, atau salah dalam waktu proses pengeringan, atau kayu yang dipakai waktu pembakaran kurang kering.
Itupun berlangsung cukup lama, kami tidak meimilki jawaban untuk semua pertanyaan diatas.
Dan karena keputus asaan kami, kami mulai mengganti tukang garang proses penghangatan genteng). Tukang Bakarnya pun kita ganti. Hasilnya cukup memuaskan, genteng kami hasilnya semakin baik, warna cukup cerah.Jadi inti jawaban di atas, karena tukang bakarnya kurang profesional. yang pertama tukang garang memang sudah sangat tua, kadang dalam proses produksi ditinggal tidur, dan tukang bakarnya, meski masih belum begitu muda,entah kenapa sepertinya tidak memahami tobong tersebut. masa berkali-kali membakar tdk bisa mengerti, mungkin bukan soulmate kali yaaaaaaaaaa...:p
Itulah lika-liku perjalanan bisnis kami, belum tentu, karena kami keturunan ebisnis yang sudah malang melintang di dunia genteng, kami bisa menjalaninya dengan mudah. halangan dan rintangan luar biasa banyaknya. Pernah suatu hari, kami harus menggaji karyawan padahal kami tidak ada uang. Belum ada pemasukan, sementara pengeluaran untuk operasioanal segudang. kami harus menjual perhiasan kenang2 an...hiks. Gak papalah, demi karyawan, kami rela. Dalam hadist nabi, bayarlah segara sebelum keringat mmereka kering. Mereka sudah bekerja.Dan kami harus bertanggung jawab membayarnya. bagaimanapun caranya akan kami tempuh.
12 Tahun perjalanan kami di dunia bisnis usaha genteng, belumlah seberapa. Saat saat inipun, kami masih sering goyah. Ditengah persaingan yang begitu gila, kami sering lemah.Banyaknya genteng logam, menurunnya daya beli masyarakat, ditambah lagi di musim penghujan seperti ini, Biaya produksi besar, dan pembangunan rumah pun seakan mandeg menunggu musim kering. beberapa saudara kami yang dulu fokus di genteng banyak yang berpindah haluan. Bisnis Genteng tidak seperti dulu, sekarang biaya tenaga dan bahan baku sanagat tingggi, keluh mereka. Mereka lebih menyarankan kami utuk membeli genteng saja di pengrajin, dan menjualnya. Dari pada pusing2 memikirkan bahan baku, kayu bakar, belum karyawan.Aku mengamati, memang pabrik-pabrik genteng muali sedikit tidak seprti 20 tahun lalu ketika jaya-jayanya. Bahkan, tanteku pernah bercerita, ketika beliau ikut perusahaan orangtuaku dulu, hanya memerlukan 3 kali setoran genteng, sekitar 40.000 genteng, sudah bisa naik haji. jaman dulu pengusaha genteng banyak sekali yang pergi naik haji karena usaha genteng ini. Bandingkan dengan sekarang..Jauh..."katanya.Tapi kami saling mengingatkan aku dan suami -red), suamiku sering lebih kuat dibanding aku, dia cukup yakin usaha ini masih bisa eksis. Dia selalu mengingatkanku, jangan mudah goyah dengan pengaruh rang lain. Kita sudah yakin dan punya niat baik,kenapa harus mundur.
Benar juga kata suamiku, aku jadi teringat lagi kutipan Wanner buffet diatas. butuh 20 tahun untukmembangun reputasi/kepercayaan. Kami baru mulai...dan sudah putus sa, bagaimana ini...?
Kalo aku menutup usaha ini, akan ada 50 kepala keluarga yang kehilangan pekerjaan. Jika setiap keluarga memiliki 3 anggota keluarga,maka akan ada 150 orang yang tidak pasti kehidupannya,kata suamiku.
Hemmm, aku kembali merenung, mencerna kembali kata-katanya.
Benar, setiap hambatan dan godaan pasti akan ada dalam setiap usaha. Aku harus kuat. Apa jadinya aku tanpa dirimu ya...;)
Aku ini orangnya mudah terpengaruh. Mudah goyah.
Mudah-mudahanan, seiring waktu berlalu, aku bisa lebih tahan banting menghadapi kerasnya dunia ini. Menghadapi betapa banyaknya hambatan di dunia usaha. Bagi Warren Buffet perlu 20 tahun membangun sebuah kepercayaan. dan aku akan mencamkan kata-katanya, dan melakukannya.Tunggu aku Warren Buffet...aku akan menyalip dirimu....:))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar