29 Oktober, 2010

Mbah Maridjan dan Merapi


26 Oktober, merapi meletus. Dan menewaskan 32 orang. Tragis. Bencana alam yang mestinya bisa tanpa korban jiwa ternyata memakan korban juga. Termasuk sang Juru Kunci Mbah Maridjan.
Mbah Maridjan sebenarnya sudah diperingatkan untuk mengungsi, tapi beliau menolak, dengan alasan beliau akan menjaga merapi sampai akhir hayatnya. Pada tahun 2006 Mbah Maridjan pun punya sikap tegas, menolak diungsikan, karena keyakinan beliau, bahwa merapi tidak akan meletus. Dan pada tahun 2006 itu, apa yang di yakini beliau benar. Merapi tidak meletus. Tapi 2010 ini, ternyata keyakinan beliau meleset. Rupanya Merapi cukup dahsyat mengeluarkan awan panas, yang terkenal dengan sebutan Wedhus Gembel. Dan Mbah Maridjan dan beberapa tetangganya yang tidak mau mengungsi pun mati sia-sia.

Mengapa ku katakan mati sia-sia? Ya, karena, sebenarnya mereka semua sudah diperingatkan bahaya awan panas ini, tapi mengindahkan peringatan.
Bisa saja Pemerintah atau Ilmuwan salah, tapi paling tidak kita sudah berupaya menyelamatkan nyawa manusia.

Dengan segala kerendahan hati, saya mengacungi mbah Maridjan sebagai sosok yang punya prinsip, teguh hati , sederhana dan berani.Meskipun beliau sudah menjadi bintang Iklan terkenal, beliau tetap sederhana. Bahkan beliau tegas dan berani menolak keinginan Sultan.

Tapi di lain pihak, keyakinan beliau sedikit kurang tepat, karena ini menyangkut nyawa manusia yang lain. Jika saya boleh memberi masukan, mestinya Meskipun Mbah Maridjan tahu bahwa kemungkinan Merapi tidak akan meletus, beliau tetap memberi contoh dan menganjurkan warga yang lain untuk mengungsi. Semua orang di lereng Merapi begitu kagum dan menurut Kepada Sang Mbah. Mestinya kesempatan ini digunakan beliau untuk mengarahkan ke arah yang benar (menyelamatkan jiwa manusia yang lain).

Saya yakin 31 orang lain selain Mbah Maridjan punya keluarga, Mereka mungkin seorang Ayah yang harus menopang hidup keluarga nya. Seperti Wartawan Viva News, atau mungkin seorang anak yang masih panjang masa depannya, atau mungkin serang Ibu yang masih dibutuhkan kasih sayang oleh kelarganya .Yang pasti mereka masih bisa menghirup udara di Bumi ini, dan memberi manfaat bagi sesama, melakukan hal-hal besar di dunia ,jika mereka memilih mengungsi.

Entahlah, ini takdir atau bukan, dan jika boleh memberi saran, Menurut saya, Selain menjaga Merapi, tidak kalah penting lagi adalah menjaga manusia yang masih hidup, agar bisa berdampingan hidup dengan Merapi.

Manusia memiliki akal dan fikiran untuk menaklukan kedahsayatan Merapi, dengan kearifan lokal, menjaga lingkungan Merapi, dan perpaduan Ilmu dan Teknologi, niscaya Bencana bisa diminimalisir dampaknya.

Lahar merapi memberi efek subur pada tanah-tanah di sekitarnya, itu adalah Rezeki yang luar biasa Tuhan berikan pada kita. Tinggal bagaimana manusia bisa menggunakan akal dan fikirannya untuk berdampingan dengan alam dengan baik.Niscaya Bencana bisa kita rubah menjadi Berkah....

Wallahu'alam Bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar