16 Desember, 2011

NAHI MUNGKAR ...lebih sulit dari pd AMAR MA'RUF

De, namanyanya siapa? kata suamiku kepada dua anak  remaja berseragam Biru putih.
"Arif pak, "katanya. "Saya Ahmad pak", timpal yang satunya.
"Tolong lepas rokoknya ya,kalian kan masih sekolah"kata suamiku
"Ya pak," sahut mereka.
Mereka  berdua pun membuang rokoknya.
Lalu suamiku pergi.
Ketika suamiku menengok ke dua anak tersebut,ternyata dua anak tersebut memungut rokoknya kembali.
Suamikupun kembali ke arah dua anak tersebut dan bertanya,"Lo kok diambil lagi, ayo dibuang",
Dua Anak itu pun membuangnya kembali.AKhirnya suamikupun pergi. Dan dari kejauhan anak itu kembali berjalan santai sambil merokok.
Kemarin waktu kami berhenti menunggu di Traffic light, Supir  Mobil box di depanku, menunggu lampu merah menyala dengan memakan kacang dan membuang kulitnya di jalan raya. Terlihat dari belakang sekali dia membuang kulit kacang, terus dilanjutkan untuk yang kedua ketiga dan keempat. Akhirnya suamiku turun dr mobil den berjalan kaki menuju mobil box tersebut, dan berkata kepada sopir " Nyuwun nganpunten, ampun bunag samang teng margi nggih pak, kotor, disimpan dulu di mobil, nanti kalo ada temat sampah dibuang di tempat sampah', Ahirnya supir itupun menurut.
Ketika ada anak naikmotor dan bersms ria, suamiku tak sungkan sungkan mendekat dan menegurnya.

Bagiku apa yang dilakukan suami sungguh luarbiasa. Dia sangat peduli pada orang lain. Dan jarang sedikit orang seperti dia. Banyaka yang tidak eduli, karena bukan urusannya.
Bahkan kadang kita harus dicaci maki karena menegur, menegur orang yang salah bisa berakibat dibenci, orang yang disinggung marah, dan lain sebagainya.

LAin dengan jika kita beramar am'ruf, contoh kita membuang di tempat sampah, itu sudah biasa, atau kita tidak merokok, kita mencontohkan hal hal yang baik, mengikuti aturan di jalan raya, berjenti ketika lampu merah. Tapi ketika kita NAHI MUNGKAR, menegur , itu sesuatu yang berat.

Baru saja suamiku agak emosi, karena di SMP muhammadiyah tempat anakku belajar, ketika pengambilan rapor, wali siswa ditawari tiket akrobat. Mungkin gak wajib sih, cuman, karena ditawari yang sepertinya wajib, kami jadi membayar. Memang gak besar hanya 4000,-. AKu hanya sekedar bercerita di rumah, ternyata tanggapan suamiku lain. Dia gak setuju sekolah muhammdiyah dijadikan ajang menjual tiket dar i pihak lain. BAhkan PDM sendiri tidakpernah melakukan hal semacam itu.Apalagi ternyata dari Kodim. Dia memberi alasan, utnuk kegiatan Mhhammadiyah, Guru guru sering tidak rela membayar iuran untuk sesuatu yang urgent,  giliran dari pihak lain menarik pungutan dibiarkan.Dia sepertinya tidak rela. Pernah beberapa bulan yang lalu ada seminar pendidikan untuk gugu guru muhammadiyah, agar lebih baik kwalitasnya. Muhammadiyah hanya memungut iuran 10.000,- untuk snack  dan pembicara. BAnyak yang nggrundel dibelakang. Dia sedih sekali...sangat sedih dan tidak terima.
Sepertinya suamiku sangat esmosi, Lalu tak segan segan ia menelpon kepala sekolah. ternyata setelah dicek semua sekolah muhammadiyah ditawari Tiket.

Aku bisa mengerti maksud suamiku, mungkin kepala sekolah tidak peduli atau takut jika ada orang berseragam ke sekolah dan menawari tiket, apalagi itu dari Pemda atau Kodim, karena Muhammadiyah adalah sekolah swasta, Yang membayar bukan pemerintah jadi bukan pegawainya pemerintah, jadi tidak perlu takut. Rupanya mental para guru mungkin sudah saking lamanya terjajah orde baru sehingga takut jika menolak.
Misalnya saja salah seorang temanku guru, terpaksa memilih SBY karena takut dipecat. Dipecat siapa? wong dia guru swasta yang membayar Organisasi kok dipecat. Dipecat SBY? bisa dibayangkan kan? betapa mental banyak orang sudah lama terpasung. TAkut. Takut dan Takut.
AKu jga punya teman PNS< tapi di vokal...malah banyak kebijakan sby yang dia gak suka. Kanapa harus takut.
Apalagi temanku yang akuceritakan tadi diatas itu Bukan PNS. PIye jalll...kok wedi, kita hanya takut Pada ALLAH bukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar