11 Desember, 2011

You are what You wear???

Itu kata Bre  Redana, mengamati anatomi masyarakat sekarang. Betulkah? sepertinya Anggapan Bre Redana banyak benarnya. Kita bisa lihat ada salah seorang Duta besar yang masuk ke istana dengan mobil kijang bodol, sang satpam mengusirnya, Coba jika kita pakai BMW atau ferari, hemm sang satpam langsung memberi hormat. Pada mobilnya...:))) owalah...

Membaca Kompas minggu kemarin, tanggal 11 desember 2011, ada tiga artikel yang mengulas tentang kehidupan, khususnya "perempuan dan kecantikan".
Salah satu artikel dari Bre Redana adalah "Dia di Teater Simulakra".Tulisan yang menarik.

Begitulah Budaya Konsumsi sudah menggerogoti sendi sendi kehidupan. Orang diliat karena kemasannya. Bukan dalamnya.Itulah yang namanya "Pencitraan".

Begitu banyak yang menjadi korban, dan mau menjadi korban Konsumerisme.Meski sebenarnya dia tersengal sengal untuk memenuhinya, Tapi demi sebuah "Kemoderenan", dia terpaksa harus memenuhinya.

Akibatnya banyak yang melakukan hal hal yang tidak benar. Remaja banyak yang rela'Melacur" demi sebuah smartphone  "Blackberry".
Para suami terpaksa korupsi demi kebutuhan tas "Hermes" istrinya.

Contoh kasus baru baru ini adalah Sosialita Melinda Dee, yang mau membobol milyaran rupiah uang nasabah citybank demi memenuhi gaya hidupnya yang jet set, demi gengsi. Wajah dan bodinya pun dipermak modern.

Tampak melindaa dee, ketika masih sma dan melinda dee yang sekarang bedanya 180derajat celsius...heheh.
Penampilan Melinda Dee sekarang persis yang digambarkan Oleh Bre redana dalam tulisannya :
Perempuan yang digambarkan diatas, terlihat tinggi kerena terganjal hak 15cm, Dada yang nampak berisi dibikin oleh manipulasi kosmetik. Bulu mata palsu. Dari bahan nilon rangkap tiga. Begitu Pula rambutnya. Rambut itu palsu Wig, karena rambut yang asli telah rusak dan kusut disebabkan "HAir extension" Kuku juga palsu"






Bahkan Artikel Bre redana cukup menyengat hingga masalah"interior manusia ".Apa yang tidak bisa didapat dari dunia konsumsi? Dia mengatakan ini sebuah Tragedi.
"Contohnya melalui praktek praktek yoga, meditasi, melalui paket-paket yang dijual spa atau "Wellness centre". Dalam prektek meditasi ala mereka, orang diajak mengarungi pengalaman bathin, sampai menangis nangis karena keharuan pada pengalaman hidupnya sendiri.Untuk memotivasi diri dalam profesi, tersedia paket paket yang disajikan oleh mereka yang menyebut diri motivator. Seusai menerima ceramah sekitar 2 jam,orang merasa mendapat semangat baru-seolaholah kehidupan tak berbatas. Slogan mereka "sky in the limit"


Hemm..kritikan yang tajam. Mungkin kalo dalam agama kami, banyak yang   melakukan umrah berkali kali, haji berkali kali, yang sebenarnya di anjurkan Nabi hanya sekali saja. Tapi demi sebuah gengsi dan demi sebuah citra diri  mereka melakukan itu.

Benar benar sebuah tragedi. Bisa kah kita melawan budaya konsumsi yang sudah semakin akut?
Kita benar benar  sudah terperangkap dalam gegap gempita budaya konsumsi.
 BAgaimana menangkalnya. ?
"Kesederhanan" kebersahajaan", yang harus kita lakukan . memberi contoh kepada masyarakat, bahwa kita tidak perlu "ikut ikutan" Budaya yang tidak memberi manfaat.Mulai dari diri kita.Dan keluarga.Mari hidup sederhana, seperti yang dilakukan orang orang bijak.Muhammad, Umar bin Khatab, Dalai lama ,Mahatma Gandi, Hatta, mereka orang orang hebat yang sederhana.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar